34| Everything's Fine

171 9 0
                                    

MET MALMING!!

COMEBACK NI🫣

HAPPY READING YA!

* * *

"Aleya, aku pikir kamu udah masuk kamar? Malah di dapur."

Andra menggaruk kepalanya bingung, Aleya masih tetap memunggunginya. Apakah ia marah pada Andra tentang kopi tadi? Andra memeluk gadis itu dari belakang yang mengenakan sweater oversized dan menggunakan tudungnya. Wajah Andra bersandar pada bahu kanan Aleya.

"Kamu jangan diemin aku dong, nggak enak tau dikacangin."

Pelukan Andra mengerat, rasanya hangat memeluk gadis tersebut. Namun, saat makin erat tiba-tiba tubuh yang ia peluk hilang. Hanya sweaternya  saja yang Andra peluk sekarang. Andra terkejut bukan main, apa yang ia peluk barusan?

"Andra, belum tidur?"

Suara Aleya membuat Andra berbalik, gadis itu mengenakan sweater yang sama, yang ia peluk tadi. Lalu digenggamannya tadi apa? Andra lihat tangannnya, mendadak tak ada benda apapun yang Andra pegang. Lalu ketika mendongak menatap Aleya,  sesosok gadis yang tak nampak wajahnya memkaai sweater yang sama tepat di tempat yang tak terkena cahaya lampu berjalan maju, mengangkat sebuah pisau di tangan kanannya mengarah pada Aleya. Seolah hendak membunuhnya. Gadis itu mendekat, wajahnya masih samar-samar. Makin mendekat, mata Andra seketika membulat.

Anaya?

"Andra, aku tanya juga."

"Aleya awas!" Andra dengan sigap menarik Aleya mendekat, memutar tubuhnya melindungi dari sosok Anaya yang nekat membunuh Aleya dan untungnya Andra bergerak cepat. Aleya bisa selamat. Namun, tubuhnya, rasanya ditusuk sebilah pisau yang menancap pada pinggangnya menebus dengan tepat.

"Andra?" Wajah Aleya muncul di balik dekapannya. Andra hanya bisa tertunduk melihat pinggang kanannya ujung pisau tersebut muncul bersamaan dengan darah yang mengucur.

"Aleya, tolong maafin kesalahan aku."

Andra terbangun kaget, tubuhnya yang hanya setengah telanjang itu duduk di sisi tempat tidur dan mengusap wajahnya dengan kasar. Andra baru ingat, ia tertidur usai mandi. Jadi hal tadi itu tidak benar-benar terjadi? Itu cuma mimpi? Mengapa rasanya nyata seolah Anaya hadir tidak menyukai hubungannya dengan Aleya?

Andra melihat jam dinding kamar, sudah pukul hampir 5 pagi. Ingin kembali tidur. Namun, rasanya tak mungkin. Lebih baik ia pergi jogging pagi ini sekalian ke luar rumah daripada harus terlelap terbawa lagi ke mimpi buruk.

* * *

"She's drunk when kiss me, gue udah ngehindar, lo jangan cari perkara sama gue, Vin."

"Oh ya, but she's pregnant. Anaya hamil anak lo bukan sih, sebelum mati? Dia bilang cinta sama lo, berharap lo bales cintanya dan perlakuan lo malah gitu sama dia. Are you crazy, Dra?"

Isi kepala Aleya selalu terbesit dengan kata-kata semalam. Aleya tidak fokus dimana kenyataannya benar orang yang ia suka adalah orangnya. Lalu bagaimana Aleya menghadapinya?

"Aleya, hati-hati!"

Gadis itu meringis tiba-tiba tidak sengaja tangannya terciprat ketika menuangkan air panas untuk membuatkan teh. Astaga, pagi yang ceroboh. Ia buru-buru mengulurkan tangannya ke sink, membasuhnya dengan air mengalir.

"Aku udah ingetin buat hati-hati masih aja." Aleya menoleh sejak kapan ada keberadaan Galvin di sini?

Galvin mematikan keran dan menarik tangannya. "Agak perih, tapi penanganan pertama pake salep lebih baik." Galvin mengoleskan obat tersebut pada luka Aleya yang lagi-lagi meringis. "Tahan, sakitnya cuma sementara. Tapi kami mesti kedokter kulit buat penanganan lebih lanjut, takut kenapa-kenapa."

GALANDRA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang