Black and White

44 14 2
                                    

Seminggu sejak kematian Geano aku terus mendapatkan cibiran dari siswa di sekolah maupun dari masyarakat disekitar. Jujur saja hinaan tersebut terus membebaniku setiap saat bahkan hal itu mengganggu jam tidurku.
Awalnya aku tak terlalu memikirkan cibiran miring yang dilontarkan oleh manusia bodoh itu tanpa tau hal yang sebenarnya. Tapi hal itu membuatku semakin tertekan dengan adanya bullying yang dilakukan oleh sekolahku. Biasanya Geano saat ini sudah menyelesaikan masalah yang kumiliki.
Aku tak tahu bagaimana Geano melakukan nya tapi saat dia masih ada semuanya selalu berjalan lancar. Orang-orang disekitarnya selalu tunduk bahkan dengan hanya melihat tatapan matanya. Aku hanya tau ketika mereka menghadap minta maaf padaku mereka selalu terluka secara fisik aku menanyakan kenapa itu bisa terjadi dan Geano hanya menjawab..,

"Resiko yang pantas untuk sampah"

Jujur saja dari segi bicara Geano menurut ku itu cukup kasar tapi aku tak berani membantahnya.
Kalau kau tanya kenapa aku tak membenci nya walau dia menjadi kriminal. Hanya ada alasan kecil 'aku tak bisa'.
Aku terlalu mencintainya sehingga aku lupa untuk membencinya dalam keadaan sekarang. Seingatku dia bahkan sampai sakit untuk membujukku untuk kembali berkomunikasi dengannya. Geano itu sering berkelahi maksudku walau dia cukup populer dia selalu membuat masalah selalu pulang dengan keadaan berantakan saat kutanya dia hanya menjawab..,

"Ada kesenangan yang sayang dilewatkan"

Walau aku sudah cukup lama mengenalnya tapi aku selalu gagal untuk berusaha menebak isi fikirannya.

"Aku kesepian Geano."
Suaraku cukup menggema saat dikamar.
2 hari setelah rumah Geano ditutup untuk pemeriksaan akupun turut diintrogasi. Polisi menyatakan aku tak bersalah dalam setiap kasus Geano sebenarnya ada tersisip rasa lega dalam benakku sekaligus rasa bersalah.

"Pengen main gitar tapi gak bisa. Geano sih ngajarinnya setengah-setengah." Ocehku dalam tangis.
Ya setiap aku mengingat hal kecil tentangnya dadaku selalu sesak selama ini dia lelaki pertama yang serius denganku apa yang diucapkannya selalu dibuktikan bukan omong kosong belaka.

Aku mendudukkan diri ditepi ranjang. Merasa lapar setelah beberapa hari untuk mogok makan karna aku tak nafsu. Beberapa temanku menawarkan makanan kesukaan ku tapi tidak aku menolak.
Dengan lesu aku membuka kulkas yang isinya zonk tidak ada makanan. Pikirku aku tak pernah memakan cemilan ataupun makanan berat disini tapi yasudah lah aku terlalu lelah untuk mengomel. Sambil duduk dikursi ruang makan aku memesan beberapa kue manis dan beberapa puding untuk menyesuaikan lidahku dengan makanan.

Sekitar 10 menit makanan sampai dengan pelayanan cepat karna aku tak mau membuang waktu terlalu lama hanya untuk menunggu makanan. Dan yahh aku dengan lesu saat menyicipi makanan didepanku.

"Biasanya kalo cake strawberry bakal Geano makan duluan." Ocehku lagi dengan mata lesu.

"Kangen banget sama suara geano." Meninggalkan cake yang masih seperempat utuh aku kembali ke kamar mengambil ponsel yang tergeletak dibawah bantal berharap ada sesuatu yang kucari.
Aku mencari no ponsel Geano membuka pesan yang ia tinggalkan sebelum ia pergi.

Geano Regya
Last seen 03:10 AM
Elma
Maaf gangguin kamu sepagi ini.
Dirumahku ada origami buat kamu.
Liat nanti ya.
My lady bye.

"Pesan terakhir geano." Reflek aku melirik mading belajarku ada note kecil bewarna merah dengan tulisan khas Geano disana.

"Kenyataan selalu gak adil ya. Aku pengen nyusul Geano tapi Geano nanti bakal marah dan kemungkinan nya kecil buat ketemu Geano lagi." Sekali lagi aku menguatkan diri.

"Maaf"

"Geano ?!!" Aku mulai mencari sumber suara tersebut kesegala arah. Suara itu jelas terdengar di telingaku benar itu suara Geano pasti.
Saat masih asik dengan pencarian ku telponku berdering tanda ada pesan.

Shibuya's Crime (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang