Abadi Dalam Duka

13 8 6
                                    

'Kakak mau tidur cape hehe'

Dimalam itu semuanya berakhir. Hati Geano maupun tujuan hidupnya.
Permata nya telah hilang.

Geano kecil berlari di hamparan rumput ditaman belakang rumahnya, sebuah rumah sederhana yang memiliki pekarangan yang cukup luas untuk Geano kecil bermain.

Sang ibunda berdiri diambang pintu dengan senyuman terus terpatri di wajahnya. Melihat sang ibu berdiri disana lantas Geano kecil menghampiri sang ibu dengan tubuh yang sudah mulai kotor karna bermain tadi.

"Bu adeknya lama lagi ya keluar?." Tanya Geano kecil polos.

Sang ibu masih menanggapi dengan senyuman sambil sesekali mengelus perutnya yang sudah menginjak 9 bulan dan segera melahirkan.

"Geano kalau adek mu sudah lahir jaga dia ya perlakukan dia dengan baik."

"Baik Bu. Pasti dia besar nanti wajahnya kayak ibu, pasti cantik."
Geano kecil memegang wajah ibunya dan sedang berandai-andai tentang bagaimana wajah sang adik kelak.

Dengan usia masih 5 tahun Geano masih dengan pemikiran polosnya selalu membuat ibunya tertawa. Sang ayah yang memiliki pekerjaan sebagai manager disebuah perusahaan yang cukup besar yang selalu membahagiakan kedua belahan jiwanya. Dan sebentar lagi kelahiran seorang pelengkap hadir dalam keluarga kecil ini.

Semua tak abadi termasuk kebahagiaan.

"Kak ayah mana?."

"Bentar lagi pulang kok. Ayah kan udah janji bawain kita ayam goreng kan?."

"Iya kak."

Perbincangan seorang kakak dan adik yang sedang menunggu ayahnya pulang bekerja. Mereka lapar, mereka lelah, tapi peraturan sang ayah bahwa mereka boleh makan ketika sang ayah baru boleh pulang dari kantor.

Menunggu ibu untuk memasak? Tidak ibu Geano sudah pergi ketika melahirkan Regya Kyora, sang adik. Ibunda Geano meninggal akibat pendarahan hebat.

Beberapa kali Kyora merengek untuk minta makan akibat seharian belum makan. Tapi peraturan tetap peraturan kedua anak kecil ini tak diperbolehkan untuk makan sebelum ayah pulang kalau tidak mereka akan dihukum tanpa ampun.

Pintu rumah terbuka ayah mereka datang. Bukan membawakan ayam goreng melainkan ayah Geano membawa botol sake ditangannya. Bau alkohol serta rokok langsung menguar dari tubuh sang ayah.

"Yah mana ayam gorengnya?." Ucap Kyora polos.

"Pergi anak sialan."

Geano menatap sendu pada sang ayah yang langsung pergi begitu saja tanpa menepati janjinya pada Kyora. Sejak ibunya meninggal, ayah menjadi berubah. Ayah selalu pulang ke rumah dalam keadaan marah dan selalu mabuk, ayah tak pernah menunjukkan kehangatan nya pada Geano maupun Kyora lagi.

"Kak Kyora laper."
Kyora menarik lengan baju kakaknya, ia menangis dalam laparnya.

"Kakak yang masakin mau kan?."
Geano menghapus jejak air mata Kyora ia tak mau melihat adiknya menangis didepannya.

Shibuya's Crime (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang