Kedekatan

7 8 0
                                    

Perjalanan Geano masih berada di gedung rumah sakit yang dingin. Mata Geano terus mengedar ke semua sudut. Walau tak terlalu mengenal Elma entah apa yang terjadi, Geano terlalu takut untuk kehilangan nya lebih dari apapun.

Langkah Geano terhenti untuk satu ruangan didepannya dengan tangisan yang memecah hening di malam itu.

Seorang kakak laki-laki tengah menangisi seorang adiknya yang sudah pucat pasi. Adiknya cantik dengan bibir yang sudah dingin dan membiru. Persis seperti kejadian 10 tahun lalu yang dialami oleh Geano sendiri.

Geano berjalan menuju ke dalam ruangan itu untuk menenangkan seorang anak laki-laki dengan rambut kotor dan baju lusuh. Ego Geano untuk tak peduli dengan orang lain disini entah kenapa mulai pudar, hati terdalamnya seolah-olah terguncang dengan peristiwa tersebut.

Dengan lembut Geano memegang kepala anak laki-laki itu dan beberapa kali mengusapnya.

"Lu nangis sampai langit ketujuh pun, adek lu gak bakal balik." Kalimat Geano memang terdengar kejam untuk seseorang yang baru saja kehilangan. Tapi yang dikatakan Geano memang benar adanya.

Anak itu masih terdiam dengan air mata yang masih mengalir deras. Dengan umur yang masih muda kehilangan sesuatu seperti nyawa orang terkasih memang tak adil.

"Kenapa semesta selalu berpihak ama yang kaya?." Tutur anak bertubuh kurus itu dengan nada tercekat.

"Padahal luka adikku parah tapi karna gak bayar uang administrasi, adikku ditelantarkan gitu aja." Lanjutnya.

Mendengar nya Geano langsung terdiam oleh seribu alasan. Geano memindahkan tangannya ke dalam kedua sakunya. Geano sama marahnya dengan anak ini, rahang Geano mengeras ingin segera memberi pelajaran pada dokter rumah sakit ini.

Tak beberapa lama satu dokter dan beberapa perawat datang dengan wajah santai dan tak bersalah sama sekali. Mata Geano langsung menajam pada dokter itu.

"Udah telat lu kesini, dia udah mati." Teriak Geano.

Geano merogoh sakunya dan melemparkan beberapa uang cash ke wajah sang dokter. Semuanya terdiam termasuk dokter tadi matanya terbelalak melihat uang dengan pecahan 100 Yen itu bersinggungan dengan lantai begitu saja.

"Itu yang lu minta kan?." Tanya Geano dengan wajah yang sudah mulai memerah.

"Lu dokter kan?. Seharusnya lu pentingin nyawa daripada uang. Lu datang kesini bawa peralatan lengkap nyawa dia gak bakal balik." Lanjut Geano.

Geano sudah muak berada disini, dengan paksa Geano menarik tangan anak laki-laki tadi untuk keluar dari ruang perawatan. Sebagai anak yang masih polos dan lugu, Geano tak mau anak kecil ini melihat pertengkaran yang ia lakukan.

"Kak kita mau kemana?. Adikku kok gak dibawa?." Tanyanya terengah-engah.

Geano berhenti untuk melajukan langkahnya dan menatap kasihan pada wajah anak laki-laki itu yang masih sendu.

Geano berjongkok dan kembali membelai pelan kepalanya untuk memberinya sedikit semangat. Walau ini aneh Geano berusaha untuk tersenyum seikhlas mungkin didepan anak kecil ini.

"Mau Kaka beliin permen gak?."

Anak itu menggeleng memberi jawaban.

"Kamu pasti laper kan?. Gimana kalau kita makan dulu kebetulan ada warung ramen dekat sini." Tanya Geano yang masih mempertahankan senyuman kakunya.

"Aku emang laper kak tapi kalau aku makan adikku juga harus makan." Tutur nya dengan nada sendu.

Geano yang sejatinya susah berbaur dengan anak kecil harus melakukan berbagai cara agar anak kecil di depan nya ikut dengannya.

Shibuya's Crime (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang