Pembunuh Itu Kembali

4 6 1
                                    

Geano tengah berada di kursi penumpang motor Kei. Hari ini bertepatan dengan jam makan malam Geano menuju rumah dia bersikeras untuk pulang karna tidak mau menjadi seperti bayi yang harus dijaga terus-menerus .

"Dasar bandel." Kei geram dengan sifat Geano yang seolah-olah begitu kuat baik fisik dan mental

"Diem atau gw aja yang bawa motor biar lebih cepet." Geano juga tak kalah kesal karna Kei selalu menceramahi dirinya.

Kei hanya diam saja dan sedikit mempercepat motornya. Karna jika terlalu lama angin saat malam hari juga dapat membuat tubuh akan sakit.

"Kei lu marah Ama gw?." Tanya Geano yang merasakan aura Kei sejak tadi berubah.

"Menurut lu?." Tanya Kei singkat dan sebelum ini nada bicara atau intonasi kei tak pernah seberat ini.

"Kagak." Jawab Geano sok polos.

"Huh- iya gw marah gara-gara lu. Bisa sedetik aja gak terlalu over Ama tubuh lu sendiri?. Gw gak suka orang egois Ama diri sendiri apalagi di keadaan lu yang masih sakit malahan lu pengen cepet pulang." Jelas Kei panjang lebar.

Sejujurnya tubuh Geano masih sakit untuk bergerak tapi dia lebih nyaman dirumahnya. Bahkan Geano belum sempat menceritakan kronologi cerita ini pada Kei sedikit pun

"Gw gak peduli Ama rasa sakit di tubuh gw, sama sekali gak." Geano menatap ke samping melihat bagaimana satu-persatu kendaraan lain berlalu darinya.

"Gw gak pernah minta buat orang lain ngertiin tentang luka gw, tapi gw cuma minta hargain keputusan gw buat hidup sesuai apa yang gw mau." Geano yang biasanya selalu berwibawa saat berbicara, namun disaat itu nada bicaranya berubah ada  perasaan memohon bahwa ia butuh pengertian dari orang lain. Dia juga butuh dekapan disaat ia diterjang duka atas dunia. Dan butuh dukungan ketika punggungnya mulai rapuh.

"D ASTRA selalu buat lu kapanpun itu, dan juga ada sumber semangat baru lu yaitu Elma." Kei sedikit meluruh ketika Geano bicara hal seperti tadi yang sebelumnya tak pernah ia ucapkan.

"Iya calon istri di masa depan." Geano tersenyum, karna ia memakai helm jadi Kei tak bisa mencacinya karna wajah nya sedang memerah.

"Idih pede banget taek kucing." Ledek Kei yang disauti dengan tertawa oleh Geano.

"Gw cuma takut lu pergi ninggalin gw disini Geano, gw takut."- batin Kei.

"Kei gw mau ke makam dulu." Pina Geano penuh harap. "Mau jenguk Kyora." Lanjut Geano yang tak bisa Kei tolak.

"Bentaran doang, habis itu pulang lu harus istirahat." Perintah Kei yang langsung mengarahkan motornya menuju ke pemakaman.

Geano senang bahwa Kei mengijinkan dirinya untuk berkunjung lagi ke pemakaman setelah sekian lama. Tak lupa di perjalanan Geano sempat membeli bunga Lily kesukaan adiknya itu. Kei mengusap matanya yang memanas dirinya terlalu sensitif soal hal sedih apalagi ini tentang luka sahabatnya.

"Kei ayo jalan malah bengong." Geano menepuk pundak Kei untuk menyadarkan nya dari lamunan.

Kei menghidupkan motornya dan melanjutkan perjalanan menuju pemakaman yang tak jauh dari lokasi penjual bunga.

Ketika sampai di gerbang utama, Kei memakirkan motornya dan melepaskan helm fullface nya. Geano juga turun sambil melepaskan helm.

"Kei lu disini aja?." Tanya Geano keheranan melihat Kei yang hanya melamun sambil memainkan ponselnya.

"Iyaa gw tunggu disini." Jawab Kei tanpa mengalihkan pandangannya pada Geano.

"Gw mungkin agak lama Kei, mau ngobrol." Ucap Geano lalu berlalu masuk ke dalam pemakaman.

Shibuya's Crime (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang