05. Tentang Rasa

700 266 133
                                    

07.30
Alarm berbunyi membuyarkan setiap impian Kylie. Ia mengerjapkan mata, mengimbangi cahaya dari kisi jendela kamar yang perlahan menyelinap ke dalam kornea matanya.

Gadis itu kembali pada kenyataan pahit. Melihat perubahan sikap ibunya, ingin rasanya ia hidup di alam mimpi. Atau mungkin tertidur selamanya jauh lebih baik, daripada menggendam dilema besar dalam pikirannya.

Ingin rasanya ia merengkuh ibunya dan menceritakan segalanya. Namun, harus bagaimana lagi? Kylie tidak mau berbagi beban dengan mereka. Apalagi mengorbankan nyawa kedua orang tuanya demi menolak lamaran pria itu.

Biarlah mereka berpikiran buruk tentang Kylie, toh itu semua untuk kebaikan mereka.

Hari ini Kylie benar-benar merasa malas. Gadis itu bangkit dari kasur dan meregangkan tubuhnya, kemudian berjalan ke arah kamar mandi untuk melakukan ritual pagi.

Kylie terpejam di bawah guyuran shower, hujaman airnya terasa sangat menyejukkan, sedikit menghempas beban pikirannya meski tidak dengan masalahnya.

🍁🍁🍁

“Waw lihat, siapa yang baru saja tiba?” sindir Emily ketika melihat Kylie yang baru tiba di kafe itu. Namun, tidak ada respon dari Kylie. Gadis lugu itu tidak tahu jika perkataan Emily tertuju untuknya.

“Pantas saja dia datang seenaknya, ternyata pekerjaannya bukan hanya menjadi pelayan di kafe ini. Oops ... .” Emily bertingkah seolah dia tidak sengaja mengatakan hal itu.

“Apa maksudmu?” Kylie kebingungan mendengar penuturan Emily. Pasalnya, hari ini ia kembali datang terlambat.

Emily menghampiri Kylie dan berdiri di hadapannya. “Coba jelaskan, siapa pria yang menjemputmu semalam? Tidak mungkin pria kaya itu kekasihmu bukan?”

Kylie terdiam sejenak. Apa semua orang di kafe ini melihat mereka semalam? “Emily, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Aku harus mengganti baju.”

Kylie berbalik badan dan hendak meninggalkan Emily. Namun, gadis itu kembali bersuara. “Pekerjaan ini hanya pengalihan bukan?”

Kylie menghentikan langkahnya, perkataan Emily benar-benar sudah menyinggungnya. Gadis itu berbalik badan dan menatap Emily yang tengah menatapnya dengan tangan bersedekap dada.

“Apa masalahnya denganmu? Apa kau iri karena aku bisa mendapatkan pria kaya seperti dia?”

Emily tersenyum sinis. “Aku? Iri terhadap pelacur sepertimu?”

“Jaga mulutmu, Emily!”

“Kylie, sudah. Itu memang tujuannya agar kau terpancing emosi.” Karyl datang untuk menenangkan Kylie dan membawanya meninggalkan Emily seorang diri.

“Kalian memang sebelas dua belas ” Emily masih berusaha memancing emosi kedua orang itu.

“Sudah jangan didengar,” bisik Karyl seraya mengelus punggung tangan Kylie.

Kylie melirik temannya itu, ia mengangguk dan tersenyum simpul.

Karyl mengantarkan Kylie ke ruang ganti. Sementara Kylie bergegas untuk mengganti bajunya, sebelum kepala pelayan datang dan memarahinya karena datang tidak tepat waktu. Entah mengapa hari ini dia benar-benar tidak bersemangat dalam hal apa pun.

Unhappy Queen [ 18+ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang