22. Something In Between

327 24 0
                                    

Musim dingin telah tiba. Pagi ini, Kylie terbaring di atas ranjangnya, merapatkan selimut tebalnya dengan  mata yang telah terbuka sempurna. Ia memang tidak berminat untuk bangkit dari sana.

Udara dingin di luar membuatnya semakin betah berlama-lama di bawah selimut. Sesekali mulut mungilnya menguap. Namun, matanya tak dapat kembali terpejam.

Tak berapa lama, terdengar deru mesin mobil mulai menjauh. Kylie perlahan bangkit dan menatap keluar jendela. Matanya berkedip tanpa ekspresi. Fergio baru saja pergi bekerja, ini saatnya Kylie turun untuk sarapan.

Perempuan itu sengaja menunda waktu sarapan. Ia tidak ingin bertemu dengan suaminya dan kembali mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari pria itu.

Saat Kylie melangkah, perempuan itu merasakan sakit di bagian selangkangannya. Sepertinya itu efek dari hubungan badan mereka semalam.

Kylie memaksakan diri meski harus berjalan dengan lambat untuk sampai ke dapur. Namun, tidak ada makanan yang tersaji di atas meja.

“Pelayan, di mana sarapanku?”

“Maaf, Nyonya. Tidak ada makanan untuk anda. Semalam tuan melarang kami untuk memberimu makan.” Setelah berkata seperti itu, pelayan tersebut pun berlalu meninggalkan Kylie.

Kening Kylie berkerut mendengarnya.

Kylie mematung sebentar kemudian memutuskan untuk kembali ke kamar. Ia benar-benar tidak menyangka jika suaminya akan tega melakukan ini kepadanya.

Kylie meraba perutnya yang mulai berbunyi. Perempuan itu pun membuka lemari es di mini bar dan mengambil sebotol air mineral. Ia harap air mineral itu bisa membantunya mengurangi rasa lapar.

“Sampai kapan?” gumam Kylie setelah menenggak air tersebut.

🍁🍁🍁

Sudah dua hari ini, Mark tidak melihat Kylie turun untuk sarapan. Ia ingat kemarin lusa kakaknya melarang pelayan untuk memberi Kylie makan. “Apa jangan-jangan ... .”

Mark segera berlari ke kamar Kylie untuk memastikan jika perempuan itu baik-baik saja. Ia harap Kylie hanya menghindari sarapan bersama mereka, dan tetap makan ketika Mark dan Fergio sudah pergi bekerja.

Ia mengetuk pintu kamar Kylie. Namun, tidak ada jawaban.

“Kylie, ini aku.” Mark berseru dengan tetap mengetuk pintu tersebut.

Setelah cukup lama tidak ada jawaban. Mark hampir saja mendobrak pintu itu. Namun, pintu seketika terbuka menampilkan Kylie yang terlihat memegangi perutnya.

“Kylie, apa kau baik-baik saja?”

Kylie hanya tersenyum dan mengangguk lemah.

“Tidak, kau sedang tidak baik-baik saja. Ayo kuantar kau kembali beristirahat, biar nanti aku minta pelayan untuk mengantarkan makanan.”

Mark dan Kylie berbalik badan, baru saja beberapa langkah, Kylie kehilangan kesadaran. Beruntungnya, Mark sigap menangkap tubuh perempuan itu sebelum ia jatuh ke lantai.

“Astaga, Kylie!” Mark berseru panik.

Pria itu segera menggendong Kylie dan membaringkan tubuh mungil itu di ranjang. Setelahnya, Mark menelepon seorang dokter untuk datang saat itu juga.

Unhappy Queen [ 18+ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang