04. Melodi Musim Gugur

817 290 165
                                    

Kylie menoleh kepada Albert yang langsung di sambut oleh senyuman tulus ayahnya. Kemudian ia menoleh ke arah ibunya, Charlotte mengangguk dengan senyum tersungging di bibirnya.

Kembali ia menatap Fergio, gadis itu menarik napas sembari memejamkan mata. “Aku menerima lamaranmu.”

Ucapan Kylie membuat seulas senyum penuh kemenangan terpampang di wajah tampan Fergio, sementara kedua orang tuanya saling pandang tidak percaya.

“Pernikahannya satu minggu dari sekarang!” tutur Fergio yang membuat Albert lebih tersentak lagi.

“Honey, apa kau sudah gila? Di matanya saja tidak ada dirimu, bagaimana mungkin kau berpikir jika dia mencintaimu?” Charlotte berbisik, namun pendengaran tajam Fergio mampu menangkap suara itu dengan jelas.

Baru kali ini wanita itu berbicara sekasar itu. Ia benar-benar tidak habis pikir, bagaimana mungkin Kylie menerima pria seperti Fergio sebagai suaminya? Sifat mereka saja sangat bertolak belakang.

“Kenapa kau buta? Kau bisa menolaknya jika kau tidak mau, keputusan berada di tanganmu!” sambung Charlotte geram.

Entah mengapa Charlotte memiliki keraguan pada pilihan putrinya itu. Apa yang bisa Kylie dapatkan dari seorang kriminal seperti pria itu? Sebagai seorang ibu dia akan bersikap posesif. Siapa pun pasti mengharapkan yang terbaik untuk anaknya.

“Aku mencintainya, Ibu!” tegas Kylie tanpa mengalihkan pandangannya dari Fergio. Sementara pria itu hanya tersenyum puas melihat ekspresi wajah Kylie.

“Baiklah, kalau begitu kami pulang dulu. Untuk kebutuhan pesta biar saya yang tanggung semuanya, kalian hanya tinggal mempersiapkan diri!” ujar Fergio lalu berjalan meninggalkan keluarga Caldwell diikuti oleh Lucas.

Dasar pria licik!

Sepeninggalan Fergio, Albert memandang putrinya, begitu pun dengan Charlotte. Sebelum ibunya protes, Kylie memilih untuk beranjak ke kamarnya. Saat ini ia tidak dapat memberi alasan yang jelas, otaknya tidak dapat berpikir jernih.

Ia berlari menaiki tangga, lalu mengunci kamarnya. Tubuhnya merosot di balik pintu dan air mata mulai turun melewati pipinya.

Bukan, bukan karena cinta, ia kembali berbohong kepada orang tuanya. Ia memberikan kehidupannya untuk pria kejam itu karena sebuah ancaman, bukan keinginan apalagi cinta pada pandangan pertama. Itu semua hanya omong kosong.

Kylie berdiri lalu berjalan ke arah meja riasnya, kertas itulah yang membuatnya harus menerima lamaran pria licik seperti Fergio.

Malam itu ...

Kylie memperhatikan bayangannya di cermin, dan berniat membersihkan wajah sebelum mandi. Matanya menelusuri meja rias saat pandangannya tertuju pada secarik kertas.

Sebuah kertas berwarna hitam. Bukan, bukan kertas melainkan sebuah amplop. Jemari Kylie bergerak ragu, membuka amplop hitam itu. Di dalamnya terdapat sebuah memo. Dengan penasaran, Kylie membaca memo tersebut.

_____

Terima lamaranku atau kau akan melihat orang tuamu tewas mengenaskan di atas ranjangnya.
Ini bukan sekadar ancaman.

Fergio Osvaldo
_____

Kylie membelalakkan mata, dengan tangan yang refleks membekap mulut. Ia benar-benar terkejut akan isi memo itu. Ia tidak menyangka bahwa Fergio memiliki rencana lain, itulah mengapa ia melepaskannya dari penculikan itu.

Unhappy Queen [ 18+ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang