40. Kepingan Luka.

166 17 0
                                    

Tidak! Jangan sampai pria itu berhasil menuruni tangga dan masuk ke dalam mobilnya. Saat aku hendak menyerukan namanya, tubuhku menabrak seseorang, membuatku ambruk seketika.

"Aw ... ."

"Maaf, Nyonya." Seorang pelayan wanita tertunduk ketakutan di hadapanku. Kami berdua sama-sama terjatuh.

Aku tidak memedulikannya, kulihat Mark sudah tidak terlihat lagi. Dengan cepat aku berdiri dan menatap nyalang ke arah wanita itu.

"Menyingkir dari hadapanku!" Aku mendorong wanita itu penuh emosi. Karena dia aku kehilangan kekasihku.

Aku sudah tidak peduli dengan perasaan siapa pun. Toh pelayan di sini sudah sering mendapat perlakuan buruk dari tuannya.

Di sini cukup banyak pelayan yang sibuk berlalu-lalang. Aku tidak peduli saat mereka menatapku dengan tatapan aneh. Mungkin mereka menganggapku gila, karena berani keluar rumah dengan mengenakan lingerie di musim sedingin ini.

Aku kembali berlari keluar rumah, namun sayup-sayup kudengar suara mesin mobil menyala. Tidak, kumohon jangan pergi, Mark! Beberapa langkah lagi aku akan sampai di sana dan merengkuhmu.

Belum sempat aku menapakkan kaki di teras, mobil itu telah melaju meninggalkan mansion ini. "Tidak, MARK!" Aku berusaha menyerukan namanya namun mobil itu benar-benar telah berlalu.

Aku terus berlari dan menuruni tangga teras ini, hingga tanpa kusadari sandal yang kukenakan terputus, membuat kakiku tersangkut di sandal itu.

Aku terjatuh dari atas tangga, dengan posisi menelungkup, lututku menghantam aspal menciptakan rasa ngilu di bawah sana.

Beruntungnya kepalaku tidak terbentur aspal, karena refleks yang dikeluarkan tanganku cukup baik sehingga bisa menahan kepalaku. Namun, tanganku terasa perih saat ini, sepertinya telapak tanganku terluka.

Seorang bodyguard menghampiriku, berusaha untuk membantuku. "Berhenti di situ!" Aku menolak bantuannya, aku benar-benar sedang hancur saat ini.

Aku terduduk di sini, air mata kembali berderai. Aku menangis bukan karena merasa kesakitan di bagian tubuhku. Namun, rasa sakit itu berasal dari hatiku.

"Mark ... ." Aku bertutur lirih sembari memejamkan mata lemah, membiarkan butiran air mata membasahi pipiku. Aku menelan ludahku kasar, tenggorokanku terasa tercekat mengetahui kenyataan pahit ini. Sekali lagi aku harus menerima kenyataan, Mark benar-benar meninggalkanku sendirian.

Mengapa dunia selalu menghukumku? Seolah aku tidak pantas mendapat kebahagiaan. Apa yang aku harapkan tidak pernah menjadi kenyataan. Aku hanya minta sedikit kebahagiaan, dan kebahagiaanku selain kedua orang tuaku adalah Mark. Tapi saat ini dia pun pergi.

Mark, kumohon kembali! Bukankah kau menginginkan pertemuan ini? Aku sudah di sini, Mark. Kembalilah dan peluk aku sesuka hatimu. Kecuplah aku dengan bibir lembutmu yang selalu meluluhkan perasaanku.

Berikan aku ciuman mendamba yang tak pernah kudapatkan dari pria mana pun.

Mari kita lakukan permainan panas yang biasa kita lakukan diatas ranjang mewahmu yang berbalut sutra. Mark, kembalilah! Dan bawa aku pergi bersamamu.

Maafkan aku Mark, karena diriku kau menjadi menderita. Kau diusir dari rumahmu sendiri itu pun karena aku. Kau tidak pantas mendapatkan semua ini, Mark. Seharusnya aku yang dihukum atas semua kekacauan ini.

Aku terus meracau dalam hati dengan air mata yang tak henti meluncur dari kedua mataku, isakkannya terdengar lebih kuat dari sebelumnya. Hatiku benar-benar hancur. Seandainya tadi aku mengalah pada egoku, mungkin saat ini aku tidak akan sefrustrasi ini.

Unhappy Queen [ 18+ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang