43. Sepenggal Mimpi

243 18 0
                                    

Perasaanku bercampur aduk, tak dapat dijelaskan. Rasa sakit pada tubuhku masih benar-benar terasa. Lalu rasa sakit apa lagi yang akan pria itu torehkan? Jangan tanyakan bagaimana keadaan hatiku saat ini, itu sudah hancur berkeping-keping.

"Tuan, kumohon jangan sekarang."

Air mata yang mulai mengering di pipiku kini kembali tersapu oleh butiran air mata yang baru. Aku menyesal telah melawannya.

"Diam dan nikmatilah!"

Pria itu mengeluarkan kejantanannya, lalu beralih menarik paksa celana dalam yang kukenakan. Detik selanjutnya ia menekan kedua lututku dan melipatnya. Rasa ngilu kembali terasa, membuatku meringis disertai air mata yang turun semakin deras dari pipiku.

Dalam satu kali entakan pria itu memasukkan kejantanannya ke dalam intiku, terasa sangat perih di bawah sana. Dia bahkan tidak melakukan pemanasan terlebih dahulu.

Tuan Osvaldo mulai memaju mundurkan pinggulnya sembari terus berpegangan pada lututku. Beberapa kali aku mengaduh. Namun, pria itu dengan kejamnya menyetubuhiku.

"Bagaimana? Aku jauh lebih baik dari pria bajingan itu bukan? Nikmatilah Kylie, nikmatilah!" Baru kali ini pria itu menyebut namaku, dan aku sangat membencinya. Aku tidak suka namaku disebut oleh pria biadab sepertinya.

Kurasa bagian bawah dari tubuhku saat ini tengah lecet. Bagaimana aku bisa menikmatinya seperti yang ia katakan? Terlebih lagi aku tidak merasakan perasaan apa pun kepadanya selain benci.

Aku hanya menggeleng karena aku memang tidak merasakan perasaan apa pun selain sakit di sekujur tubuhku.

Pria itu menamparku, dan beralih mencengkeram pipiku. "SIALAN! Secara gamblang kau bilang bahwa permainan pria biadab itu jauh lebih menyenangkan! Akan kutunjukkan permainan yang jauh lebih menyenangkan. Kau akan menyesal sepanjang hidupmu!"

Aku menepis tangannya kali ini dan berusaha melawan pria itu. Namun, badanku seolah remuk. Aku tidak mampu melakukan apa-apa, hanya tangan dan leherku yang masih bisa kugerakkan.

Aku mengusap air mata kasar. "Penyesalanku sudah dimulai semenjak aku menerima pinanganmu!"

Pria itu menghentikan pergerakannya sejenak, kupikir dia akan marah tapi sedetik kemudian ia tersenyum tipis. "Itu yang kuharapkan."

Pria itu menyentuh payudaraku yang masih tertutup baju, kemudian ia meremasnya secara kasar. Menjamah seluruh tubuhku dengan tangan kekarnya. Tak jarang dia menyentuh luka-luka di kakiku. Aku mengerang merasakan rasa sakit yang terus menjalar di tubuhku.

"Eranganmu membuatku semakin bergairah!" tutur pria itu sebelum akhirnya dia menekan kembali lututku.

"Aku tidak perlu memperlakukanmu dengan kasar karena kau telah terluka oleh kebodohanmu, aku hanya tinggal memainkan permainan yang sudah tersedia."

Pria itu sudah gila! Dia adalah iblis berkedok malaikat. Wajah rupawannya menutupi segala sifat buruknya.

Ketika aku sudah tidak kuat lagi merasakan rasa sakit ini. Ponsel pria itu berdering. Sejenak aku merasa lega, kupikir dia akan menghentikan aksinya. Tapi aku salah, dia justru semakin mempercepat gerakan pinggulnya.

Aku terus mengerang merasakan sakit di vaginaku yang tak kunjung berubah menjadi kenikmatan. Aku heran mengapa rasa nikmat yang biasa kudapatkan tidak muncul saat ini?

"Ah ... sakit!" erangku, ketika pria itu semakin mempercepat goyangannya.

Dia mendesah menikmati permainannya, desahan yang terdengar sangat menjijikkan di telingaku. Dia begitu menikmatinya berbeda denganku yang saat ini seolah berada di ujung kematian.

Unhappy Queen [ 18+ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang