12. Kota Malaikat

648 202 56
                                    

Kylie kini tengah berada di dalam pesawat yang akan mengantarkannya ke Los Angeles, kota malaikat yang sedari dulu ia impikan. Kini satu dari sekian banyak mimpinya akan menjadi nyata. Namun, akankah kenyataan ini lebih indah dari mimpinya?

Kylie memandang ke luar jendela, awan putih berarak sejauh mata memandang. Pikirannya berkelana, jiwanya kini tidak berada dalam raganya. Memikirkan kenapa suaminya tidak mau menunggunya?

‘Ia lebih memilih berangkat pagi sekali dengan pesawat pribadinya. Bukankah menungguku sebentar saja tidak akan membuat dia kehilangan banyak waktu.’ Batin Kylie.

Ia berada di pesawat ini seorang diri, Lucas bahkan tidak ikut dengannya. Alasannya sederhana, ia masih harus menyelesaikan pekerjaannya di New York. Entah pekerjaan seperti apa. Lucas hanya membekali Kylie sebuah tiket. Benar-benar hanya tiket.

Kylie berdoa, berharap agar dirinya tidak dibuang. Konyol memang, tapi itulah yang Kylie pikirkan sekarang. Bagaimana jika ternyata Fergio masih berada di New York? Lalu bagaimana jika semua ini dirancang agar dirinya pergi jauh dari kota itu?

Kylie tertawa miring, untuk apa mereka melakukan itu?

🍁🍁🍁

Hari telah merangkak senja, setelah terbang selama tujuh jam. Pesawat yang ditumpangi Kylie pun akhirnya mendarat di bandara internasional Los Angeles. Kylie keluar dari pesawat dan menghirup udara sub tropis kota Los Angeles. Sebuah senyum terukir di bibirnya.

Setelah mengambil koper di bagasi, Kylie kemudian berjalan keluar, tapi ia tidak tahu harus pergi ke mana. Ia bahkan tidak tahu apakah seseorang akan datang untuk menjemputnya, atau mungkin dia benar-benar telah diasingkan. Lagi dan lagi perasaan takut itu menyergapnya.

Kylie menggeleng, dari raut wajahnya ia terlihat sangat lelah. Sesekali perutnya berbunyi, ia kelaparan dan sama sekali tidak membawa uang, gajinya belum turun semenjak ia resign.

Kylie terduduk di bangku tunggu, kepalanya terasa sedikit berdenyut, mungkin ia mabuk perjalanan dan masuk angin.

Sudah setengah jam ia menunggu di sini. Sampai akhirnya, seseorang dengan rambut coklat keemasan berjalan menghampiri gadis itu. Awalnya Kylie hanya menghiraukannya. Namun, sesaat kemudian ia memicingkan mata ketika pria itu melambai ke arahnya.

“Kakak ipar!” seru pria tersebut.

Kylie celingukan, memastikan bahwa dialah yang dipanggil oleh pria itu. Tidak ada seorang pun di dekatnya, sehingga ia menyimpulkan bahwa pria itu adalah orang suruhan Fergio. Kylie mengembuskan napas tenang. Ternyata pikiran buruknya tidaklah benar.

‘Tapi tunggu! Apakah pria itu memanggilku kakak ipar? Itu artinya dia adik Tuan Osvaldo?’ Pertanyaan itu terlintas dalam benak Kylie.

Pria itu berhenti tepat di hadapan Kylie. Ia tersenyum manis, memperlihatkan gigi putihnya yang berderet rapi. “Namaku Mark. Kak Fergio yang menyuruhku untuk menjemputmu.”

Pertanyaannya terjawab sudah, sebuah senyuman terukir di wajahnya. “Ahh akhirnya.”

“Maaf aku terlambat menjemputmu.”

“Tidak masalah, Mark. Perkenalkan namaku Kylie.” Gadis itu mengulurkan tangan, sangat sopan.

Mark terkekeh. ‘Siapa yang tidak mengenalmu, Kylie? Seseorang yang berhasil menaklukkan hati kakakku, bahkan kekasihnya saja tidak ia nikahi.’ Batin Mark.

Unhappy Queen [ 18+ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang