Kali ini kaki Crystal telah berpijak pada lantai rumah sakit. Perempuan itu sama sekali masih tidak mengerti apa yang terjadi hari ini. Lelaki yang sudah menyakiti tiga perempuan sekaligus itupun hanya diam tanpa berkeinginan menjelaskan apapun. Crystal sangat ingin mengajukan tanya namun tidak juga terealisasikan.
Sejak didalam mobil, genggaman tangan Rafanza terus melingkupi ruas jarinya. Semakin hari hati Crystal makin terisi hangat yang walau hanya perlakuan kecil. Ia tidak tahu apa dasar dari perlakuan itu namun hangat tetap menjalari hatinya.
Kisahnya klasik namun juga tidak pelik, dimana mereka saling mengenal dengan tidak baik. Dan dekat pula karena jaringan tali yang terus terikat satu sama lain, sampai saat ini, tali itu tidak juga terputus hingga mereka terus terjebak dalam sandiwara.
Namun tidak dengan perasaan Crystal, ia sama sekali tidak menolak akan apa yang hatinya rasakan pada si prangai buruk.
Tapi satu pertanyaan dalam pikirannya, apa bisa ia mendapatkan timbal balik dari sang prangai buruk, atau ia harus jatuh seorang diri?
Berusaha untuk tetap optimis pun kadang terasa sia-sia namun untuk menyerah pun tidak ada dalam pikirannya. Seperti saat ini perlakuan lelaki itu semakin membuat Crystal berlari lebih dalam pada labirin hati yang masih tidak ditemukan jalan keluarnya.
Tanpa terasa Crystal terus berperang dalam pikirannya, hingga mereka sampai pada salah satu pintu. Seperti yang tadi Crystal lihat dan dengar di SMA Alterio, Rafanza melakukan segala perilaku buruk itu untuk membalas apa yang terjadi pada sang Adik.
Namun, tidak ada pembenaran akan perbuatan itu. Tapi tidak juga menyurutkan pemikiran Crystal bahwa dibalik prangai buruk Rafanza terdapat sosok seorang Kakak yang amat menyangi adiknya.
"Kak... kok lama banget!" Suara rengean itu memasuki telinga Crystal kala pintu itu terbuka. Disana, terduduk seorang perempuan cantik dengan wajah merajuk yang terlihat begitu menggemaskan.
"Kan beresin urusan kamu dulu, udah makan siang belum?" Kali ini fokus Crystal berbalik pada Rafanza yang nampak begitu lembut menanyai kondisi sang Adik.
Satu pikiran Crystal terbang kala melihat wajah perempuan dihadapannya. Seperti tidak asing tapi dimana Crystal melihat gadis yang menyandang sebagai prioritas utama Rafanza itu.
Memorinya memutar balik kala malam itu. Ah, ternyata perempuan yang sedang sedih dengan Rafanza malam itu adalah ADIKNYA. Padahal, Crystal telah berpikir bahwa perempuan itu adalah orang yang spesial, bukan, maksudnya menyandang sebagai pacar Rafanza.
"Udah ah, ngomong aku-kamunya, lo-gue aja lagi." Protes Revanza, sang Kakak yang melihat itu hanya menjitak ringan kepala sang Adik.
"Kakak khawatir dek, malah ngomongin itu."
Rafanza diabaikan, kini atensi Revanza berbalik pada perempuan yang sejak tadi hanya berdiri diam disamping sang Kakak. Lalu tersenyum manis.
"Hai Kak, aku Revanza Abilitta, Adiknya Rafanza Dillon Abhicandra hehe." Ujar yang lebih muda pada Crystal, Revanza telah menjulurkan tangan dan sedikit cengengesan melihat ekspresi sang Kakak karena perkenalan yang ia ucapkan.
"Hai, aku Crystal.." hanya itu, Crystal bahkan tidak tahu harus berkata apa, ia bingung dengan situasi dan kondisi hari ini.
Oh, perempuan yang disebut namanya oleh Kak Rai kemarin, benak Revanza.
"Jangan kaku gitu dong, aku mah gak gigit, tapi kalo yang disebelah Kakak mungkin." Mereka terkekeh bersama, berbeda dengan Rafanza yang mendengus mendengar itu.
Lalu melihat ada tanda eksistensi manusia lain disana, dengan sebuah tas juga kunci mobil diatas meja.
"Dia disini dek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN SIDE
Teen Fiction"Mata Lo! Gue benci mata Lo!" Pertemuan yang diawali dengan saling adu mata merebah ruah menjadi lantunan cerita paling tidak dapat ditebak. Apa benar takdir selalu punya caranya tersendiri untuk merubah karakter seseorang dengan kedatangan manusia...