Rafanza berjalan bersama Crystal, lalu datang dengan tiba-tiba Abraham juga Cakra yang langsung ikut berjalan sejajar. Seluruh mata tentu jatuh pada mereka, dan dimana Crystal yang terlihat semakin dan semakin dekat dengan Rafanza. Rafanza yang selama beberapa bulan ini tidak mengelùarkan adu otot. Dan marah-marah seperti dulu yang ia lakukan.
Sedikit membuat mereka lega, bahkan anak bawahan Rafanza untuk mengerjakan segala tugas milik lelaki itu bebas. Rafanza sudah tidak membutuhkan bantuan mereka lagi.
Karena apa, karena Crystalnya memberitahu bahwa segala yang kita lakukan dan usahakan sendiri akan terasa lebih baik dari pada melimpahkan segalanya pada orang lain. Walau jarang mengerjakan pekerjaan rumahnya Rafanza akam memgerjakannya disekolah. Mencontek milik Cakra atau Abraham.
"Gue jadi pengen main tenis lagi nih, yuk lah Raf." Ujar Abraham mengajak temannya itu.
"Boleh, udah lama juga gak olahraga." Jawab Rafanza ringan.
"Halah, udah lama gak olahraga, tapi boxing gak pernah lewat." Sela Cakra dengan mulut mencebik.
"Itu keharusan, kaya lo kaga aja Cak." Balas Rafanza dengan sedikit memukul kepala bagian belakang Cakra.
"Jadi mau kapan tenis nya?" Tanya Abraham lagi.
"Hari sabtu malam minggu lah ya." Ujar Cakra dengan semangat.
"Dih, gak malmingan lo sama Nadira?" Abraham bertanya namun malah mendapatkan tendangan pada tungkai kakinya, hingga Abraham meringis.
Crystal mengerutkan keningnya mendenger itu. "Maksudnya gimana itu, kok malmingan sama Dira?"
"Kan mereka jadian Crystal, loh... lo gak tau?"
"Goblok!" Bentak Cakra pada Abraham yang mulutnya lemes seperti ibu-ibu arisan.
"Haha.. iya Al udah jadian tapi Diranya belum mau kasih tau siapa-siapa katanya." Jawab Cakra sedikit kikuk dan canggung.
Cakra juga Nadira sudah sah menjadi sepasang kekasih sebulan lalu, namun tidak ada yang tahu akan itu. Nadira bilang kalau gadis itu malu untuk mengaku sudah taken didepan sahabat-sahabatnya. Hingga akhirnya sekarang dengan kebodohan Abraham semuanya terbongkar didepan Crystal.
"KOK GITU SIH!" Crystal berjalan cepat kala sudah dekat dengan kelasnya. Masuk dan langsung mendatangi kursi yang hanya tinggal dirinya yang belum berada disana sedang ketiganya sedang sibuk mengobrol.
"Nadira! Lo ngaku gak sama kita-kita!" Teriak Crystal hingga bukan hanya mengintrupsi ketiga sahabatnya namun seisi kelas yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing.
"Apaan sih Al, tiba-tiba teriak gitu," Aneisha bingung dengan kedatang Crystal yang cukup heboh.
"Tanya Nadira deh, dia ada rahasia apa dari kita bertiga." Nadira yang melihat adanya Cakra disana langsung mengerti.
"Apaan nih Dir, lo rahasiain apaan dari kita, buruan spill the tea!" Zanna ikut heboh dan kepo dengan apa yang dikatakan oleh Crystal.
Cakra hanya dapat tersenyum kikuk kala mendapat tatapan dari Nadira.
"Bukan salah aku Dir, si Abraham yang mulutnya ember." Atensi ketiga sahabat Nadira itu langsung saja menghadap kearah Cakra yang berujar demikian.
Nadira menghela nafas panjang, menatap ketiga sahabatnya yang menatapnya penuh pertanyaan, "Gue sama Cakra udah jadian sekitar satu bulan." Ujar Nadira dan mendapat bulatan mata dari Aneisha juga Zanna.
Apa-apaan mereka yang sebagai sahabatnya tidak tahu sama sekali tentang itu.
"Ih.. kenapa dirahasiain sih Dir. Aneh banget lo." Ujar Zanna yang merasa aneh dengan itu. Mereka tahu bagaimana jalan cerita kedua orang itu pernah dalam salah paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN SIDE
Novela Juvenil"Mata Lo! Gue benci mata Lo!" Pertemuan yang diawali dengan saling adu mata merebah ruah menjadi lantunan cerita paling tidak dapat ditebak. Apa benar takdir selalu punya caranya tersendiri untuk merubah karakter seseorang dengan kedatangan manusia...