21. Another Side

91 4 0
                                    


Crystal tidak habis pikir siang ini, Zanna sama sekali tidak membiarkan Rafanza mendekat. Bahkan saat pulang sekolah tadi, perempuan berparas cantik itu langsung menarik Crystal pergi dan masuk kedalam mobil yang telah menunggu untuk menjemput gadis itu. Zanna bahkan mengatakan bahwa sahabatnya begitu naif, namun Crystal bisa apa. Bagaimana bisa Crystal mengiyakan keputusan sepihak Rafanza untuk yang kedua kali, pertama untuk menjadi babu kedua untuk menjadi fake girlfriend, gila, bisa gila Zanna akibat keputusan tak berujung Crystal.

Ponsel yang terletak pada sakunya sejak tadi bergetar, tentu saja itu dari tiga sahabatnya yang heboh dan memberi amunisi pertanyaan-pertanyaan perihal apa yang ia putuskan. Crystal senang, tentu saja, dengan segala perhatian yang diberikan ketiga sahabatnya itu.

Lagi dan lagi, kala lonceng pintu cafe berbunyi, Crystal menghela nafas. Entah perasaan apa, kecewa mungkin karena orang yang selama ini menjahilinya tidak kunjung datang. Apa karena kejadian kemarin ya?

Menelisik jauh kearah jalan Crystal terdiam, sampai akhirnya ia dikagetkan dengan gelas dingin pada pipi kirinya.

"Mikirin apa sih Dek, ngelamun aja." Sejak kedatangannya, Rahayu perhatikan bahwa Crystal terus saja tidak fokus, atensi perempuan itu akan teralih kala lonceng pada pintu cafe berbunyi lalu menghela nafas.

Hanya gelengan yang menjadi jawaban Crystal atas pertanyaan berikut pernyataan Rahayu.

"Kemaren tuh, ada masalah lagi sama Rai?" Pertanyaan yang telah Rahayu timbun sejak kemarin akhirnya tersuarakan. Mengingat kemarin pula ada sesosok laki-laki yang terus memperhatikan Crystal dan pada akhirnya menarik gadis itu menjauh daru Rai.

"Gak ada mbak, aku cuma lagi mikirin masalah sekolah aja." Seberapa banyak kebohongan yang akan terlempar dari mulutnya, Crystal tidak tahu.

"Kenapa? Uang bulanan belum kebayar? Pake uang mbak dulu gimana?" Sederet pertanyaan meluncur dengan nada khawatir dari bilah bibir Rahayu.

"Engga, mbak, masalah pelajaran, kayanya nilai Crystal anjlok deh." Lagi, lagi dan lagi, terus saja Crystal berbohong. Tapi ia bingung harus bagaimana menceritakan apa yang terjadi pada wanita berkepala tiga itu.

Rahayu mengangguk dan nampak berpikir, "Gimana kalo kamu berenti aja kerja di mini market dek, bahaya juga malem-malem. Waktunya bisa kamu pake buat belajar."

"Gak bisa dong mbak, Crystal harus kerja biar kebutuhan aku terpenuhi. Sekalian nabung buat masuk universitas yang aku mau."

"Ya sudah, tapi jangan maksain diri kalo udah capek ya, istirahat dulu, mau lari sekuat apa juga kalo kamu akhirnya jatuh dan gak bisa bangun lagi karena espektasi, nanti kamunya juga yang akhirnya sakit sendiri." Perkataan Rahayu bagai menghantam Crystal, benar saja, espektasinya agar melihat sesuatu yang bahkan tidak menampakan diri saja sudah tinggi, bagaimana jika nanti ia jatuh dan akhirnya tidak bisa berdiri kuat layaknya ia selama ini.

Suara lonceng kembali berbunyi, dan masuklah sesosok lelaki tinggi yang telah dinobatkan sebagai pacar pura-pura, Crystal menggigit bibir bawahnya lalu mengikuti langkah lebar milik Rafanza.

Wajah datar Rafanza terlihat, "ice americano sama lo bisa?"

Sontak saja mata Crystal membulat, yang benar saja. "Sorry, maksudnya?"

"Gue mau ngomong sama lo, cepetan."

Crystal berjalan kearah Rahayu dengan sedikit berpikir dalam hingga kedua alisnya hampir menyatu, melihat itu pula Rahayu mengernyitkan dahinya.

Setelah menaruh gelas berisi ice americano pesanan dari Rafanza, Crystal ikut duduk dan menunggu lelaki berperangai buruk yang beberapa hari ini tidak membuat masalah. Maksudnya dalam hal adu bogem atau hanya meninju saja. Kalau masalah membully tentu masih.

HIDDEN SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang