8. Change

120 7 0
                                    

Seorang lelaki tengah berada di sebuah balkon. Dengan menghirup asap nikotin yang ada ditangannya. Pandangan menerawang. Mata tajam itu terus menerus menatap langit yang bercahayakan sinar bulan, sekekali menghisap rokok yang ada di tangannya. Pikirannya terbang, perempuan itu telah membuat emosinya kalang kabut. Apa ini, siapa dia yang bisa berbuat seperti ini padanya.

Menghela nafas kasar, lelaki yang tak lain seorang Rafanza Dillon Abhicandra itu menginjak puntung rokok dan kembali masuk kedalam kamarnya. Direbahkan tubuh lelahnya, ditutupnya mata dengan lengan dan mencoba memahami apa arti dari tatapan perempuan itu.

Persetan sialan, umpatnya.

Dia benci dengan perasaan ini. Ingin ia lenyapkan dengan bagaimana pun seharusnya orang memandang dirinya.

Rafanza tidak ingin hal itu terjadi untuk kedua kalinya. Rafanza bahkan tidak segan membuang dirinya yang lama, dan menumbuhkan karakter baru yang lebih tidak tersentuh. Tidak ingin, siapapun lagi dapat menyentuh hati dinginnya.

****

Crystal dengan cepat turun dari angkutan kota dan memasuki gerbang SMA Gaswara. Dengan langkah cepat ia berjalan menuju kelasnya. Oh, Crystal pernah berharap ia dapat berangkat ke sekolah dengan tenang, tanpa terburu-buru. Sama seperti murid lainnya.

Berbeda dengan Rafanza yang telah berada di kelas dengan batang nikotin yang masih menyala. Tak ada habisnya ia menghisap nikotin itu hingga masuk pada paru-paru. Sesekali di hisapnya dan dihembuskannya diudara, melayangkan pandangan pada lapangan yang masih saja ramai. Tak ada yang berani menegurnya saat ini, untuk berhenti dari aktivitas menghisap zat beracun itu.

"Raf, ntar kita mau main tenis lapangan, lo ikut gak?" tanya Cakra dengan pandangan terfokus pada ponselnya. Tatapannya serius.

"Oke, jam berapa?" tanya Rafanza masih dengan menghisap nikotin itu.

"Jam tujuan," jawa Cakra dengan mendesah di akhir kata akibat kekalahan yang ia dapatkan. "Game sialan!" umpatnya keras.

"Lo yang gak jago main, anjing aja bisa ngalahin lo." kata Abraham mengejek, mendapatakan lirikan sinis dari lawan bicaranya.

"Heh, taik lo ya, emang lo jago, ngatain orang aja bisa lo, sialan!" kata Cakra kesal. Sudah kesal akibat kekalahan ia juga sekarang kesal dengan sahabatnya itu. Kenapa senang sekali mengejeknya, Abraham itu orangnya easy going. Tapi terkadang menyebalkan.

"Hubungan lo sama cewe itu apa Raf?" tanya Abraham seraya memberi isyarat menggunakan dagu mengarahkannya keluar. Dimana ada sosok perempuan yang berjalan dengan tergesa.

"Gak ada." ujar Rafanza seadanya. Ditatapnya Crystal yang tengah berjalan itu. Wajah perempuan itu terlihat gelisah.

"Gak mungkin, kita udah sahabatan lama Raf, gue kenal gimana emosi lo," balas Abraham menyangkal.

"Gue bisa beresin ini sendiri, kaya biasanya." ujar Rafanza santai, dihisapnya kembali nikotin ditangannya dan membuangnya jatuh keluar jendela.

"Pada ngomongin apa sih lo pada?" tanya Cakra penasaran. "Si Crystal kenapa memangnya?" tanya Cakra lagi dengan mata yang terus menatap kedua sahabatnya bergantian.

"Oh!" seru Cakra dengan menjetikan jarinya. "Rafanza suka sama Crystal!" ujarnya sedikit berteriak. Tolol, mulut Cakra kali ini sangatlah biadab. Seluruh kelas menoleh dan menatap kearah tiga lelaki itu. Menaruh atensi pada mata juga telinga.

Tatapan elang Rafanza tak luput dari Cakra. Hingga Cakra hanya dapat nyengir dan membentuk huruf V dengan jarinya.

Guru masuk dan sedikit melirik kearah Rafanza yang terlihat tak peduli. "Rafanza, kamu dari merokok?" tanya guru itu. Rafanza menatap guru itu dingin.

HIDDEN SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang