Entah keputusan bodoh apalagi yang Crystal ambil, tahu akan konsekuensi namun tetap dijalani. Ikut andil dalam hal yang mungkin akan memperumit benang merah yang terkait. Crystal hanya bisa merafal bahwa setiap langkah yang diambil kadang naif, bahkan untuk berpikir dua kali pun segan dilakoni.
Dengan lelaki perperangai buruk itu, dengan luka yang coba ia sembunyikan. Crystal bagai terhipnotis, ia hanya ingin lelaki itu dapat terbuka dengan luka. Bukan menguburnya dan ingin terlihat segan membuka pintu. Crystal setengah sadar akan lamunan yang terus menerus menghampirinya.
Entah ia lemah akan sikap lembut sang prangai buruk atau ia yang memang telah jatuh pada netra perangai tersebut. Jatuhnya pun tidak memiliki lembah akhir.
Seperti sekarang, Crystal berada dikelasnya dengan mata yang kosong. Sampai sebuah tangan menepuk bahunya, membawa alam bawah sadarnya kembali ketempat semula.
"Al, lo kenapa?" Tanya Aneisha dengan dahi berkerut dalam, sejak tadi Aneisha perhatikan Crystal yang terus saja kehilangan fokusnya.
Crystal menggeleng, ia hanya bingung. Bagaimana lagi cara ia akan menjeleskan pada ketiga sahabatnya itu. Setelah menjadi babu sekarang Crystal naik pangkat menjadi pacar pura-pura?
Lucu, Crystal hanya tertawa miris dalam hati. Entah permainan apa yang sedang ia geluti. Namun jika itu berkaitan dengan Rafanza ia hanya ingin mengerti, bodoh sekali bukan.
Ketika pelajaran telah selesai dan guru telah meninggalkan kelas, Aneisha langsung menghujami tatap kearah Crystal. "Sekarang cerita sama gue, lo kenapa?"
"Isha, sumpah gue gak kenapa-napa."
"Bohong, lo bisa cerita Al. Apa aja, jangan pendem sendiri."
"Sha gue keknya emang udah tolol banget ya."
Kening Aneisha semakin berkerut hingga dua alis hampir saja bertaut.
Baru saja akan membuka suara, namun perhatian mereka kontan menatap kearah sang pencuri perhatian. Disana Rafanza tengah berjalan kearah Crystal dengan perempuan bernama Sheila yang tadi pagi berkenalan dengan Crystal.
Terlihat, sangat jelas. Sosok Sheila itu terlalu mencolok dengan terus mendekati Rafanza sampai lelaki itu menyentak lengannya yang diamit oleh Sheila.
"Itu cewek siapa lagi dah," bisik Nadira dan diangguki oleh Zanna.
"Gak usah pegang-pegang gue," tidak membentak tapi ada nada kesal yang terselip diantara kata-kata Rafanza. Lebih kearah jengah, mungkin.
"Ih kan aku cuma kenal kamu disini." Ujar Sheila dan kembali mencoba merangkul lengan Rafanza namun gagal.
Rafanza berjalan kearah Crystal lalu tersenyum, entahlah apa artinya namun senyum itu mampu membuat kedua netra Crystal membulat. Mata bening perempuan berbinar kala melihat senyum itu.
Oh Crystal, ayo sadar, ini hanya sandiwara.
"Kantin bareng aku ya," Rafanza berujar dengan tatapan kontan kearah Crystal.
Tentu saja itu semua tidak luput dari pandangan ketiga sejoli yang tengah menatap aneh.
Sheila yang melihat itu hanya tertegun lalu tersenyum, "Ayo Crystal ke kantin bareng kita," ujar Perempuan berparas manis itu.
Crystal menoleh kearah ketiga sahabatnya yang masih bersitatap bingung, membaca situasi yang memang tidak terkendali.
Dan pada Akhirnya Crytal mengangguk lalu berdiri, diikuti dengan senyum Rafanza yang terasa asing dan jarang ditemui. Lalu dengan sigap Rafanza menggengam telapak tangan Crystal lalu berjalan berdamping. Siapa yang tidak heran akan lakon yang terjadi kali ini, baru saja kemarin ada keributan diantara kedua manusia itu. Dan sekarang bagai tidak ada hal yang terjadi mereka malah terlihat dekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN SIDE
Roman pour Adolescents"Mata Lo! Gue benci mata Lo!" Pertemuan yang diawali dengan saling adu mata merebah ruah menjadi lantunan cerita paling tidak dapat ditebak. Apa benar takdir selalu punya caranya tersendiri untuk merubah karakter seseorang dengan kedatangan manusia...