Pada dasarnya setiap manusia memiliki karakter tersendiri. Seberusaha apapun ia merubah dirinya, menjalani sesuatu yang sengaja walau bertolak belakang dengan segala prinsipnya maka cepat atau lambat akan berputar kembali. Dimana seharusnya ia mulai. Dimana seharusnya ia berjalan. Dan, dimana ia akan tinggal.
Segala hal pada dasarnya diciptakan dengan segala perbedaan. Maka tidak selama yang dirasa nyaman akan selalu nyaman, yang dirasa benar akan terus benar.
Bahkan, banyak manusia yang terkecoh hanya karena dapat mengatakan kata iya dan menyingkirkan segala hal untuk dapat terus ada dalam lingkungan. Dan lupa, bahwa kata tidak juga dapat ia katakan. Mementingkan diri sendiri diatas orang lain merupakan hal yang harusnya di nomer satukan.
Namun tak banyak dari bermilyaran manusia, ada diantaranya merasa akan terbuang bila menolak. Akan hilang arah jika mengatakan ketidak sukaan. Akan terbuang dimana tempat yang sebnarnya bukan tempat yang ia inginkan.
Hanya untuk diterima, hanya untuk di sadari kebaradaannya, hanya untuk terlihat sebagaimana manusia pada umumnya.
Dan tidak ada salahnya, jika mereka mengatakan tidak pula menolak. Tidak ada salahnya mereka cut off people from life as you move on, karena tidak ada yang akan tinggal selamanya. Tidak ada seorangpun yang akan berjalan bersama selamanya. People come and go, time pass by without any effort. And people just do what people thinks it's right for them.
Ya, padahal tidak segala hal yang mereka katakan benar. Tapi, human right yang seharusnya kita rasakan sedari dulu malah dirampas sejak banyak sterotip pula budaya dalam masyarakat.
Maka tidak adalah tidak, iya adalah iya.
Rafanza yang sudah terbiasa menyingkirkan orang tanpa ingin tahu value dari siapa orang itu merasa kalut. Mengapa dan apa sebenarnya alasan dari datangnya segala kejadian dalam hidupnya.
Tidak pernah tenang, mengecewakan pula melelahkan.
Poker face yang terus ia pasang tidak pula bawa banyak hal baik. Malah banyak sisi negatif yang timbul akan itu. Banyak prasangka buruk.
Namun itu yang buat Rafanza nyaman jalani harinya, tidak harus berurusan dengan banyak manusia munafik.
Walau Rafanza sadar bahwa dirinya tidak ada perbedaan dengan manusia lainnya. Sama munafiknya. Namun Rafanza tetap merasa beruntung, tidak banyak harus berurusan dengan orang-orang yang hanya memperlihatkan senyum dan berlindung dibalik kata maaf.
Rafanza lupa bagaimana mengatakan maaf ataupun terimakasih dengan tulus. Rafanza yang selama ini tertutup oleh perasaan dingin mulai merasakan hangat.
Banyak pemikiran yang merasukinya, bahwa, dirinya tidak juga baik untuk menjadi seseorang yang akan terus berada disisi Crystal. Bahwa dirinya tidak pantas. Bahwa ia tidak mungkin mendapatkan kebahagian dengan merenggut kebahagiaan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN SIDE
Teen Fiction"Mata Lo! Gue benci mata Lo!" Pertemuan yang diawali dengan saling adu mata merebah ruah menjadi lantunan cerita paling tidak dapat ditebak. Apa benar takdir selalu punya caranya tersendiri untuk merubah karakter seseorang dengan kedatangan manusia...