Crystal dengan susah payah mengikuti langkah Rafanza yang begitu lebar. Crystal terus berlari kecil mengejar Rafanza yang berjalan tanpa menoleh kebelakang. Sampai ponselnya hampir terjatuh ia mencoba menggapai dan tak memperhatikan langkanya. Crystal menabrak sesuatu didepannya. Bodoh, kesalahan terus terjadi tanpa ada hentinya.
Crystal melihat sepasang kaki dan mendongakan kepala menatap posisi Rafanza yang sedang menatap tajam dirinya. Bibir Crystal telah membentuk garis memperhatikan itu. Rafanza terus menatap Crystal tanpa henti.
Dengan kasar Rafanza mendorong kepala Crystal kebelakang. "Mata lo pake!"
Sekali lagi Rafanza mendorong kepala Crystap hingga mundur selangkah, "Kalo jalan jangan lelet!"
Lagi, Rafanza kembali mendorong Crystal. Bukan pada kepala namun pada bahu, Crystal tak dapat menjaga keseimbangannya dan terjatuh. "Kalo jadi babu itu yang lebih berguna Bego!" bentak Rafanza.
Sekarang banyak pasang mata yang menatap kasihan pada Crystal. Crystal mencoba berdiri dan menatap mata Rafanza. Rafanza yng melihat itu menggeram kesal.
Crystal baru sadar, ternyata begini perasaan Farah juga Kira saat menjadi kacung Rafanza. Tapi mungkin untuknya akan lebih menyiksa, karena terlihat jelas dari mata lelaki itu ketidaksukaan juga kebencian. Dan Farah juga Kira adalah Kacung Tugas Sekolah berbeda dengannya yang menjadi suruhan.
"Gak usah liat gue pake mata sialan lo itu!" Bentak Rafanza dan kembali mengayunkan langkah menuju kelasnya.
Rafanza berbalik dan mengulurkan lengannya. Crystal yang mengerti pun memberikan tas milik Rafanza dan hendak pergi. Sebelum suara Rafanza memberhentikan langkahnya.
"Woi babu! Istirahat kesini!" ujar Rafanza tak sarat dengan nada dingin.
Crystal mengenggam telapak tangannya dengan kuat. Ingin rasanya ia mengeluarkan semua kekesalannya. Semua itu Crystal urungkan dan segera melangkah menuju kelasnya.
Crystal langsung mendudukan diri dan mengetukan kepalanya pada meja beberapa kali. Sampai Aneisha memberhentikan kegiatan Crystal.
"Lo kenapa Al, cerita sama kita, ada masalah lagi?" tanya lembut Aneisha dengan tatapan khawatir.
Crystal menatap Aneish dan merengek, "Isha, gue dalam masalah.." ujar Crystal dengan nada merengek.
Crystal mengacak rambutnya kasar, "Ahh! gue salah ambil keputusan, gue harus apa!" teriak Crystal tak perduli berbagai macam pandangan telah terlayangkan padanya.
"Lo cerita dulu baru tanya saran Al, lo kenapa?" tanya Aneisha dan sediki membenarkan rambut Crystal yang berantakan.
"Gue jadi babunya Rafanza mulai hari ini," lirih Crystal. Sontak Zanna juga Nadira membulatkan mata mereka.
"Hah?! Jangan bercanda Al! Gimana bisa!" heboh Zanna. Zanna berteriak dengan hebohnya.
"Kenapa bisa lo jadi babunya dia?" tanya Nadira telah menetralkan keterkejutannya.
"Gue di paksa, gue harus gimana?" Crystal menenggelamkan kepalanya ada lipatan tangan dan terus menggerakan kakinya kesal.
"Minta di kasih pelajaran si Rafanza," geram Aneisha, Aneisha telah mencoba bersabar namun sekarang keadaanya telah menjadi lebih rumit. Aneisha pastinya bisa memberi pelajaran sebab relasi keluarganya tidak kalah kuat dari Rafanza.
"Gak, lo gak usah ikut campur Sha, dan lo berdua juga," tutur Crystal dengan menggelengkan kepala. Tidak ingin para sahabatnya tetlarut dengan masalahnya.
"Kenapa engga, kita lawan aja bareng-bareng!" ujar Zanna dengan mata yang berkobar.
"Gue yakin, gue bisa luluhin dia." ujar Crystal dengan menundukan kepalanya. Sebenarnya tingkat percaya diri Crystal hanya 50% tapi ia mencoba saja dengan resiko yang akan diterima nantinya. Bodoh memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN SIDE
Teen Fiction"Mata Lo! Gue benci mata Lo!" Pertemuan yang diawali dengan saling adu mata merebah ruah menjadi lantunan cerita paling tidak dapat ditebak. Apa benar takdir selalu punya caranya tersendiri untuk merubah karakter seseorang dengan kedatangan manusia...