49. Life Goes On

40 2 0
                                    

Zanna sedang menunggu kepulangan Mama dan Kak Zandy. Sebenarnya juga tidak perlu pula ia menunggu, tapi dengar kabar dari kakak perempuannya itu bahwa sang Mama sakit dan tiba-tiba pingsan. Alasannya sudah jelas, Mama mogok makan semenjak tiga hari yang lalu, Papa tidak pernah menunjukan batang hidungnya selama seminggu.

Tidak ada yang perduli juga kemana sang Papa pergi. Namun tidak dengan Mama. Mama Jelita selalu tunggu kepulangan Papa, sampai tengah malam bahkan tidak tidur.

Sedalam itu Mama mencintai Papa, tapi apa?

Apa yang Mama dapat dari cintanya itu? hanya rasa sakit psikis juga fisik.

Jika kalian tanyakan bagaimana keadaan Zanna juga Abraham sejak hari dimana lelaki itu ajak ia bicara ketika disekolah. Makanya hanya ada satu jawaban. Validasi.

Iya, hanya itu, lelaki itu menelpon Ibunya, videocall, untuk tanyakan apa benar yang Ibunya itu lihat adalah Zanna. Saat itu Zanna sedikit bingung, entah apa maksud lelaki itu namun ia coba untuk coba dengarkan.

"Bu.. ini kan cewek yang ibu liat nangis bareng aku?" Tanya Abraham pada telpon yang tampilkan wajah wanita paruh baya cantik berhijab itu.

"Ini Zanna Bu, temen Abraham. Kemarin gak sengaja ketemu dan ternyata dia lagi gak baik-baik aja. Aku inget Ibu pernah bilang, mengayomi orang lain yang lagi gak baik-baik aja itu membantu,"

"Buat isi semua yang dia rasa, kasih semangat juga karena dia butuh itu. Abra cuma bantu."

"Iya-iya, ya sudah. Mana coba tadi Nak Zanna," maka ada telpon yang diarahkan pada Zanna.

"Hallo Zanna, kalo misalnya Abraham ngelakuin yang engga-engga kabarin Ibu ya, biar bukan cuma motor yang ditarik tapi sekalian kartunya juga mungkin sekalian disita juga skateboardnya." Dengan cekikikan Ibu Abraham mengatai sang Anak. Dan Zanna hanya dapat tersenyum tidak tahu seperti apa harus merespon.

Setelah kekehannya berhenti Ibu Abraham tersenyum lagi, "Kamu kalo lagi kenapa-napa dan butuh bantuan jangan takut minta tolong Abra ya. Insyaallah dia bisa bantu, Ibu juga akan senang kalo bisa bantu."

Zanna tertegun lalu mengangguk, "Iya, terimakasih ya Ibu buat perhatiannya."

Ada Abraham yang masih setia tatap Zanna dengan senyum kecil pula.

"Nanti ajak main Zanna kerumah ya Abra. Gak harus hari ini, kapan-kapan. Mau kan ya Zanna ya?"

Maka kembali lagi Zanna mengangguk, "Iya Ibu, terimakasih tawarannya."

"Bu, udah jelaskan yang buat nangis itu bukan Abra."

Sebenarnya alsannya dari ditariknya motor milik Abraham karena Ibu tidak mengajarkan anak laki-laki bertindak keterlaluan kepada wanita, tidak bertanggung jawab pula brengsek. Maka akan ada konsekuensi besar atas kelakuan itu.

Seorang lelaki harus bisa pegang kata-kata dan tindakan. Harus bisa bertanggung jawab akan apa kesalahannya.

Sejak kecil, Abraham diajarkan untuk mengayomi.

"Yasudah iya, Ibu mau pergi kerumah Tante Ani."

"Bu..." protes Abraham.

"Ihh, gak malu apa kamu ngerengek didepan Zanna. Sudah Ibu tutup, Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam." Jawab Zanna pula Abraham bersamaan.

Setelah panggilan itu terputus, lelaki bernama Abraham itu langsung ceritakan apa yang terjadi.

Motornya ditarik karena salah paham sang ibu yang mengira dirinya berlaku tidak baik pada perempuan sampai menangis. Bahwa Ibu sangat tegas dan tidak beri kesempatan bicara. Bukan hanya motor sebenarnya, kartu Abraham pula sudah disita dan diberikan uang jajan mingguan.

HIDDEN SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang