22. "More Than"

89 6 0
                                    

Crystal yang mendapati keberadaan mobil milik Rafanza menghela nafas panjang. Here we go again. Jadi pacar palsu yang langsung dikatai idaman oleh para siswa-siswi lain. Lain cerita yang terjadi, lain cerita yang tersebar.

Banyak yang percaya dari rumor yang entah dari mana bahwa Crystal berhasil meluluhkan hati dingin Rafanza. Tentu dengan pastinya karena hanya Crystal yang berani bersitatap juga melawan Rafanza. Dan asumsi mereka sampai pada saat Crystal dirundung dengan disiram Rafanza dengan makan siang kala itu, itu yang membuat lelaki bad manner itu berubah.

How can they think like that?!

Dan sekarang seperti orang bodoh Crystal berjalan menghampiri mobil yang telah terisi dua orang didalamnya. Crystal tersenyum pada Sheila yang tidak pernah absen ada didalam mobil Rafanza tiap pagi. How come? Mereka satu rumah atau apa?

"Maaf ya sayang, aku tadi malem gak bisa jemput kamu ke mini market." Crystal tersedak air liurnya sendiri kala mendengar perkataan Rafanza, 'sayang'. Gila nih orang buat jantung Crystal kembali bertalu tanpa tahu waktu.

Tersenyum dan bersikap seperlunya, "That's okay, aku tau kamu gak bisa setiap hari nemenin aku." Ujar Crystal, sebenernya rasa aneh dan canggung masih terasa, namun Crystal harus dapat mengendalikan keadaan juga mimik muka.

"Crystal kalo kerja gitu gajihnya gede? Aku mikirnya sih kenapa kamu kerja, kan ada ayah sama ibu kamu?" Crystal membuang nafas kala mendengar itu. Tolong jangan tanya.

"Gak usah dijawab kalo memang gak mau jawab," suara Rafazna seperti mendengung merdu dan lembut, dengan telapak tangan meraih tangan Crystal lalu mengelus lembut. Oh, sungguh, Crystal masih belum terbisa.

"Oh iyaa maaf ya Crystal, udah nanya yang privasi gitu." Ujar Sheila dengan nada bersalah.

"Yaudah, kita berangkat aja, entar telat lagi." Crystal menoleh pada Rafanza kala menyelesaikan kalimatnya, tanpa disangka Rafanza tengah menatap kearahnya. Senyum lelaki itu sedikit tergambar lalu mengangguk.

Jangan terlalu termakan suasana Crystal, itulah yang terus terlafal pada otak Crystal saat ini.

Boundaries, still.

Ketika mereka sampai bukan Crystal yang dapat mengapai lengan Rafanza namun Sheila. Crystal sedikit tersentak dengan kecepatan Sheila. Perempuan manis itu mengamit seraya tersenyum namun sentakan menjadi balasan.

"Sini Al, ngapain diem aja." Rafanza berjalan kearah perempuan yang melakoni peran penting sekarang.

"Kamu itu sering banget ngelamun ya sekarang." Rafanza menautkan kelima ruas   jarinya pada milik Crystal, sedikit membawa kembali kesadaran perempuan cantik disebelahnya.

"Aku cuma mikir aja, kalian berdua kayanya deket banget ya." Kalimat itu terangkai tanpa rencana hanya terucap tanpa makna.

Namun dampak dari itu didapati dengan kelima ruas jarinya yang terasa teremas amat kuat. Hampir saja suara ringisan menyeruak dari bibir Crystal.

"Hm, bisa dibilang gitu. But now, i have you than more closer, right?" Bisa tidak sih ini lelaki disebelahnya sedikit memikirkan kata-katanya, maksudnya jangan terlalu implisit. Nyatanya sekarang jantung Crystal terasa akan meledak.

"Love you more than anything." Telak, kaki Crystal bagai tidak dapat menapak sekarang. Namun lagi-lagi logikanya berkerja. Sandiwara Al, ini cuma pura-pura-terafal dengan lancar walau hati sudah jungkirbalik.

****

"Pstt, lo sama Crystal udah kaya real couple tau gak?" Bisik Cakra yang duduk tepat didepan Rafanza yang tengah menerka dalam pikirannya sendiri.

HIDDEN SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang