4. Not Easy to Pass By

180 10 4
                                    

Tak terasa juga, hari berlalu dengan cepat, kadang entah mengapa rasanya begitu cepat menyelesaikan satu hari. Syukurnya dengan begitu rasa sepi yang memang telah dirasakan sejak lama akan sedikit mulai memudar bahkan terlupakan.

Simpelnya sih, segalanya akan berlalu dengan nyaman jika ada kesibukan. Ditambah lagi, beberapa pikiran yang melalang-buana diataskan dengan satu sumber nama. Crystal kadang heran, mengapa ia harus se-care ini pada setiap pergerakan lelaki itu.

Tak pernah terpikir oleh Crystal akan adanya urusan dengan sosok menakutkan itu. Dan dengan alasan sepele pula. Ya, hanya karena tatapan yang membuatnya kadang berpikir—Apa sebenarnya yang tersembunyi dibalik tatapan dingin tak tersentuh itu. Terdengar sepele bukan?

Sepanjang ia bersekolah tidak ada yabg begitu menarik perhatiannya. Crystal acuh akan segala hal yang tidak melibatkan dirinya. Everyday pass by without think about anything, but this case is difference. Like, ada sesuatu hal yang begitu menarik dirinya, bahkan tak segan meluruhkan egonya.

Crystal telah berdiri di sebuah meja dengan mencatat pesanan yang akan dipesan oleh pelanggan di meja itu. Crystal dengan cekatan mondar-madir mengantar juga mencatat pesanan. Tak lupa dengan senyum tipis yang terus terpasang pada wajahnya.

Crystal dipanggil oleh kasir, "Crystal, kamu hari ini sampe jam tujuh kan?" tanya Rahayu yang tak lain merupakan pemilik cafe ini.

"Iya nih mbak, kenapa ya?" ujar Crystal sembari mempelajari ekspresi Rahayu.

Rahayu menggeleng, ditatapnya Crystal yang masih berdiri tak bergeming dari tempatnya. "Kamu jaga mini market sampe jam berapa hari Ini?" tanya Rahayu lagi.

Terlihat sedikit mengingat memori yang ada pada kepalanya, "Sampe jam sepuluh mbak," jawab Crystal. Rahayu memanggutkan kepala pertanda mengerti.

Rahayu tersenyum penuh makna dan mengelus rambut Crystal lembut. "Kamu orang terkuat yang pernah mbak temuin, kalo butuh bantuan jangan segan bilang sama mbak, mbak bakal bantu," ujarnya.

Crystal tersenyum dan mengangguk. "Makasih banget mbak, semua yang mbak lakuin buat aku udah banyak banget," Crystal begitu bersyukur dengan dipertemukannya ia dengan orang-orang baik disekitarnya.

"Kita udah kaya saudara, jadi harus saling membantu," ujar Rahayu lembut. Crytal tersenyum mendengar itu. Kembali lagi, ternyata Tuhan masih mempertemukan orang-orang yang sangat menyangi juga memperdulikannya. Crystal sangat bersyukur dengan hal itu.

Pintu cafe berbunyi, pertanda ada pelanggan yang datang. Crystal dengan cepat melihat dan mendatangi pelanggan baru itu.

"Kalau sudah selesai memilih, bisa panggil saya," ujar Crystal dengan memberi buku menu pada seorang lelaki yang baru saja duduk itu.

"Gak perlu, gue mau americano," ujar lelaki itu dengan tatapan tak lepas dari ponselnya. Crystal mengangguk, "Tidak ada yang lain?" tanya Crystal meyakinkan pelanggan itu.

"Engga, udah deh lo buruan kasih pesenan gue!" ujar lelaki itu dengan nada kesal. Crytal berjalan meninggalkan pelanggan menyebalkan itu.

"Americano satu," ujar Crystal pada barista pembuat kopi. Crystal mendesah, hari ini cukup melelahkan. Cafe terlihat lebih ramai dari hari sebelumnya.

Crystal telah berganti baju dan berniat pergi ke mini market. Saat keluar, Rahayu telah berada didepan pintu ruang ganti.

"Ini gaji kamu bulan ini," ujarnya dengan dengan senyum indah.

Crystal menerima amplop itu dengan senang hati. Tentu saja, hasilnya berkerja selama sebulan telah ia terima. "Hah, akhirnya gajian," ujar Crystal. Crystal berpamitan pada Rahayu dan tidak langsung berjalan menuju mini market dimana ia berkerja.

HIDDEN SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang