14. If

98 6 0
                                    

Crystal, Zanna, Nadira juga Aneisha tengah berada di salah satu gedung tak terpakai di SMA Gaswara. Dengan beberapa kotak bekal juga minuman yang telah mereka siapkan, terkecuali Crystal.

"Wah, lo semua pada prepare yaa."

"Iya dong, harus makan enak hari ini," Nadira mengambil beberapa buah yang pada salah satu kotak dan di sodorkan kearah mulut Crystal.

Crystal dengan senang hati menerima suapan itu. Mereka memakan bekal dengan senang.

"Gue mau ceritah deh" Nadira membuka suara, terlihat gugup dan ragu.

"Paan, buruan jangan buat gue penasaran." dengan meminum soda miliknya, Zanna menatap Nadira.

"Gue," perkataan Nadira terhenti seketika. Suara gebrakan pada pintu sama sekali tak dapat terhindarkan. Tatapan kaget tergambar helas dari mata ke empat perempuan itu.

"Siapa yang bolehin lo pada nongkrong disini!" geraman pada kata-kata lelaki itu sungguh menakutkan.

"Ya bolehlah, ini gedung punya sekolah ya jadi semua murid boleh kesini," Aneisha menatap tak suka pada lelaki itu. Siapa dia yang sekarang sok berkuasa di SMA Gaswara.

Lelaki tersenyum kecil maju sedikit demi sedikit. Crystal, Zanna, Nadira juga Aneisha telah berdiri untuk bersiaga.

"Gue? Gue anak pemilik ni sekolah, apa mau lo?" muka angkuh sangat tergambar pada wajah sok keren lelaki itu.

"Cuma anak pemilik sekolah bangga lo? Lo makan pake uang kita kali," ringan, perkataan Aneisha terdengar sangat ringan. Tapi memang ada benarnya.

Lelaki itu maju dan dengan kuat mendorong bahu Aneisha dengan cukup kuat. Aneisha mundur selangkah, "Oh, jadi lo murid tercerdas di sekolah ini, tapi mulut lo gak lo ajarin sopan?"

"Ngapain gue sopan sama lo? Lo siapa? Punya hak apa?" Zanna yang berada tepat di sebelah Aneisha memegang bahu Aneisha, memperingati bahwa ia telah terlalu jauh.

Entah mengapa, Aneisha sangat tidak suka kedamaiannya di hancurkan. Dan kali ini nyalinya bahkan naik dua kali lipat. Tidak menciut akibat tatapan mendominasi milik lelaki yang ada didepannya. Ia muak, setelah Rafanza apa lelaki ini ingin di cap sebagai pentolan sekolah yang sok  berkuasa?

Baru akan maju selangkah, terdengar suara pertengkaran dibelakang lelaki itu. Disana, Rafanza, Abraham juga Cakra telah berdiri dengan tegapnya.

Lelaki itu tersenyum miring melihat kedatangan mereka, "Wah, sampe Rafanza dateng kesini, jadi, siapa cewe lo Raf diantara mereka?"

"Gue gak ada masalah sama lo,  jangan sampe gue jadiin lo target selanjutnya."

"Selo dong, bucin banget lo."

Rafanza maju dan menggapai kerah baju lelaki yang bernama, Zico Fransisco. Senyum iblis milik Rafanza terbentuk sempurna. "Cari mati lo!" suara itu terdengar pelan namun tak sarat dari nada ancamana, mendominasi.

Zico dengan kuat mencoba melepas genggaman tangan Rafanza pada kerahnya. Zico dengan tiba-tiba dihempaskan hingga terjatuh pada lantai.

"Mau lo anak yang punya sekolah gue gak peduli, lo tau sendiri gimana kekuasaan bokap gue."

Zico berdiri dengan terus mempertahankan egonya. Ia tersenyum sinis, "Kita liat aja," setelah mengatakan itu Zico keluar dengan sesikit menabrak bahu Rafanza.

Nadira yang lemas sudah terduduk ada kursi. Begitu juga Zanna, ia menghela nafas panjang. Aneisha hanya terdiam, lalu menatap kearah Crystal yang tak melepaskan tatapannya dari Rafanza.

Aneisha berjalan kearah Crystal dan menarik lengan kanan Crystal kuat. Belum sempat menggapai pintu, lengan kiri Crystal ditah oleh Rafanza.

"Apaan sih Lo lepasin tangan lo," Aneisha terus mencoba melepaskan tangan Rafanza yang menggengam lengan Crystal. Aneisha tidak ingin jika sesuatu yang buruk terajadi lagi pada Crystal. Sangkut-paut Crystal dengan Rafanza harus segera dihilangkan. Kalau tidak entah apa yang akan terjadi.

HIDDEN SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang