27. Do the Same Thing

79 3 0
                                    

Crystal tengah berada di mini market tempat ia berjerja, ditelisik kembali sebenarnya pekerjaan Crystal tidak terlalu berat. Terkadang ia dapat mengerjakan PR nya sembari menunggu pelanggan. Bahkan Crystal tidak pernah yang namanya lalai dalam hal tugas sebagai siswa, walau dengan otak yang tidak terlalu pintar, Crystal tidak ingin ketinggalan dalam hal pembelajaran.

Mimpinya tinggi, ia harus dapat menggapai itu walau berdiri dengan kaki sendiri.

Dengan wajah serius Crystal tengah mengerjakan tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia kemarin. Selagi mengerjakan tali fokusnya terputus kala melihat seseorang menaruh beberapa snack juga minuman bersoda.

Lagi-lagi, Abraham ada disana. Terlalu sering hanya untuk bertemu namun segan bertegur sapa. Ini sudah yang keberapa kali lelaki itu selalu berbelanja disana. Bukan, bukannya Crystal merasa tidak nyaman. Namun pertanyaan dalam otaknya, terlalu sering, kedua sejoli itu—Rafanza juga Abraham—sering kali bertemu dirinya disana. Apa mereka tinggal disekitaran mini market itu.

Anehnya, hanya tahun ini kedua lelaki itu intens datang.

"159.000, semuanya ada tambahan lain?"

Lelaki itu hanya menggeleng, "Ngomong-ngomong, lo tinggal didaerah sini?" Peratanyaan itu tersua, hanya untuk menvalidasi segala pemikirannya.

"Engga juga sih," Jawab lelaki itu sekenannya.

"Terus, ngapain jauh-jauh kesini?"

"Noh, lo liat dua kucrut disono, gue kalah taruhan tadi dan gue teraktir mereka. Fyi nih ya, rumah Cakra dikompleks deket sini."

Crystal mengangguk mengerti, ternyata Cakra yang tinggal disekitar sini. "Lo kira apaan nih, gue kesini?"

"Gue gak mikir apa-apa sih tapi aneh aja liat lo sering belanha disini sekitaran beberapa bulan ini, padahal kan gak pernah kemaren-kemaren."

"Iyaa juga ya, mungkin karena lo penjaganya?" Lelaki itu mengangkat belanjaan yang sudah tersusun dalam plastik lalu tersenyum.

"Thanks, gue duluan."

Aneh, tingkahnya jauh lebih aneh.

*****

Berjalan seorang diri, Crystal merasa sedikit mengatuk malam ini. Perempuan itu berjalan dengan terus memaksakan kedua matanya terbuka. Memasuki gerbang rumahnya Crystal terkejut dengan kehadiran Rafanza disana.

Terlihat kacau, dengan langkah sedikit lambat Crystal mendekati Rafanza yang terus menatap tanah. Tidak dipungkiri oleh Crystal juga ia merasa khawatir melihat sosok yang selama ini terlihat kuat nampak kacau, teramat kacau.

Lelaki itu mendongakan kepala, dan disanalah kedua pasang mata itu bertemu. Satu sorot yang dapat Crystal lihat hari ini, sedih walau domininan dingin itu nampak tergambar dengan kedua alis bertaut lalu diselingi senyum.

Entah ini hanya perasaan Crystal saja, namun akhir-akhir ini lelaki itu terlihat lebih sering tersenyum. Tidak juga percaya diri itu karena kebaradaan dirinya, tetapi Crystal merasa senang akan perubahan itu.

Masih sedia berdiri didepan sang prangai buruk Crystal merasakan telapak tangannya digapai lalu dielus ringan. Lalu telapak tangannya dibawa kearah pipi yang terlihat memerah entah karena cuaca yang memang dingin atau alasan lain.

Tangannya masih tergenggam dengan posisi pada pipi Rafanza, lalu dengan perasaannya Crystal sedikit mengelus pipi yang memang terasa dingin itu.

Crystal sama sekali tidak ingin bertanya, hanya dapat menunggu Rafanza itu bercerita jika ingin. Bercerita tentang hari yang ia lalui hari ini mengenai alasan dirinya terduduk disana dengan kekacauan yang amat terasa.

HIDDEN SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang