46. Letter

38 2 0
                                    

SEDIKIT GAMBARAN RAFANZA KEMARIN!

DO NOT RE-UPLOAD!DO NOT SHARE EVERYWHERE!THIS ROLE NOT BE ABLE TO BE ROLE PLAYER!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DO NOT RE-UPLOAD!
DO NOT SHARE EVERYWHERE!
THIS ROLE NOT BE ABLE TO BE ROLE PLAYER!

Rasa resah juga gelisah yang kali ini menyergap hati Rafanza terasa bagai belati yang berhasil dengan mudah menusuk dadanya, mengenai hatinya. Mengoyak sedikit demi sedikit hingga akhirnya tidak tertahan lagi. Kali ini rasanya luka yang memang telah berdarah-darah sejak dulu pun belum sempat sembuh telah di isi dengan luka baru. Dan Rafanza tidak siap akan itu.

Sejak perpisahan semalam dimana Crystal berikan satu kotak untuknya. Dengan pesan, untuk kamu yang selalu bisa bersinar walau banyak gelap yang mau lingkupi.

Dan setelah banyak panggilan telepon yang diisikan harap akan dijawab. Dengar suara lembut juga cekikikan lalu katakan, i'm just kidding, how's the cookie?

Tapi tidak ada jawaban disana hanya ada Rafanza yang menggeram rendah, wajah risau, gelisah sebadan-badan. Menengadahkan kepala menghadap langit yang sudah tertutup awan hitam gelap ditambah lagi ia tidak ada kuasa untuk pergi kembali menemui sang kasih yang hanya beri sepucuk surat berisi diksi yang pada faktanya akan jadi sasaran benci Rafanza.

Benci karena itu jadi perantara perpisahan. Tapi tentu, Rafanza tidak benci Crystal sama sekali.

Mengacak rambutnya Rafanza terduduk pada teras kamarnya, tanpa diketahui satu titik air turun jatuh pada pipinya. Kepala tertunduk bagai tidak ada lagi semangat. Rafanza ingin temui Crystalnya tapi langit tak beri kesempatan sebab hujan membasahi bumi, sebab Rafanza takut berjalan ditengah malam kala hujan.

Sampailah Rafanza didepan rumah Crystal pagi ini, sejak semalam tidak ada jawab pada setiap panggilan juga pesan yang ia kirimkan. Rafanza hanya ingin lihat semuanya baik-baik saja, sampai-sampai ia lupa untuk jemput Sheila. Kepala berisi seribu satu pikiran buruk.

Disana, dimana tempat sang kasih tinggal tidak ada sama sekali gerangan gadis itu menampakan diri. Maka dengan tidak sabar Rafanza melangkahkam kaki, menuju pintu putih lalu mengetuknya berkali-kali. Tidak ada jawaban dan Rafanza menggeram.

"Al... please jangan kaya gini ke aku—"

"—Aku gak bisa Al.. aku butuh kamu."

Kali ini rasanya berbeda dimana Rafanza rasa kehilangan yang baru berisi lima puluh persen sudah terasa bagai luka yang akan ia rasakan selamanya.

Bergegas Rafanza kembali berjalan kearah mobil melanjukannya dengan kencang pula. Dengan harap bertemu Crystal lalu bicarakan semuanya baik-baik. Rafanza begitu takut akan kehilangan orang tersayang dalam hidupnya, sama saat pelatih boxingnya yang meninggalkannya  bersisakan rindu pada raga yang tak bersisa.

*****

Keadaan sekolah sangat ramai dengan siswa yang sibuk lalu lalang, disekitar koridor, disekitar lapangan. Ada satu langkah yang sangat tahu kemana harus melangkah, dengan tegas dan tatapan mata yang juga tak bergiming. Satu tujuan untuk datang pada Crystal-nya lalu bicara, karena Rafanza tak ingin ada lagi kehilangan.

Rafanza abaikan lambaian tangan Cakra juga Abraham dan berakhir saling tatap bingung dari keduanya. Tak tahu apa yang sedang terjadi, karena merek tahu Rafanza punya Crystal sekarang dan semua akan baik-baik saja.

Maka keduanya bawa langkah sejajar ikuti Rafanza dengan sedikit berlari kecil.

Begitu sampai dikelas Crystal, edaran mata elang Rafanza melingkupi seisi kelas, hingfa hening dan tatapan yang konstan berfokus pada Rafanza termasuk ketiga sahabat Crystal yang sedang mengobrol. Dan hanya ada satu kursi kosong yang belum dalam pemiliknya. Maka ada tatap bergetar, tidak mungkin.

Rafanza melangkah lalu bersitatap dengan ketiga perempuan dihadapannya, "Crystal belum dateng?" Tanya Rafanza dengan tatapan yang datar namun tidak juga tenang.

"Crystal izin hari ini Raf, katanya ada kepentingan." Ujar Aneisha dengan suara tenang pula, walau ia rasa memang ada yang tidak beres dengan Crystal yang tiba-tiba berpesan tidak dapat menghadiri sekolah hari ini.

"Sampe hari apa?" Maka ada satu angkat bahu dengan gelang.

"Kita juga gak tau, Al juga kirim chat dari nomor yang tau punya siapa." Aneisha mengambil ponsel miliknya pada laci lalu menunjukan pada Rafanza.

Unknown number
Isha, gue gak bisa dateng kesekolah hari ini. Ada hal penting yang mau gue urus. Sorry ya cuma bisa ngabarin ini aja.
Crystal

Ada satu balas yang dikirimkan oleh Aneisha namun tidak juga berbalas. Yang tanyai kemana dan ada urusan apa.

Rafanza hela nafas panjang lalu kembalikan ponsel milik Aneisha. Tertunduk dan hanya dapat tumbuhkan harapan, nanti Crystal akan kembali dan semuanya pasti akan baik-baik saja.

Kembali kekelas dengan wajah lesu Rafanza langsung menjatuhkan kepala segala pikiran buruk coba ia singkirkan namun tidak juga tersisih malah semakin ramai saja.

"Raf lo kenapa, ada masalah sama Crystal?" Tanya Abraham yang sejak tadi hanya dapat perhatikan setiap gerak-gerik Rafanza.

"Rafa, kali ini lo gak bisa simpen ini sendiri, kita bisa bantu lo tau sendiri kita ada disini." Ujar Cakra yang langsung bawa dirinya duduk dihadapan Rafanza.

Maka ada Rafanza yang angkat kepala, tatap kedua sahabatnya yang minta penjelasan tentang perilaku anehnya, ada satu surat ia ambil dari dalam sakunya.

Diberikan kepala Abraham juga Cakra yang langsung mengambil itu lalu membacanya.

Untuk kamu yang selalu bisa bersinar walau banyak gelap yang mau lingkupi.

Haha, lucu ya kalo surat-suratan gini. Tapi aku rasa kalo ngomong langsung akunya yang gak sanggup. Rafanza Dillon Abichandra, kamu sosok paling kuat yang pernah aku temui. Aku tau masih banyak hal yang kamu simpen sendiri, kamu enggan buat cerita. Aku tau banyak sekali luka yang kamu coba tutup. Tapi kamu tau, sekarang aku rasa bukan waktunya buat aku masuk dalam hidup kamu. Aku gak mau salahin waktu yang buat aku ketemu kamu terus banyak hal yang terjadi setelahnya. Karena aku beruntung udah disediakan bahu buat bersandar dan bercerita, terimakasih ya. Jangan khawatir aku baik kok, tapi mungkin aku gak bisa bareng kamu. Maaf dan lagi terimakasih banyak.

Jangan hirauin banyak hal buruk dideket kamu, aku tau kamu bisa.

Al.

Yang paling buat Rafanza tidak habis pikir adalah kata-kata tidak bisa bersama. Dan Rafanza tidak ingin itu terjadi, ia butuh Al-nya. Ia butuh bertemu dan bercerita banyak hal tentang dirinya. Tapi sekarang, tempat ternyaman untuk bercerita mendadak menjaga jarak. Dan Rafanza tidak inginkan itu.




22.10, 20 Maret 2022
Seee youuuuuuu

HIDDEN SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang