Awalnya, Rafanza hanya ingin berjalan dengan langkah yang rancu tak tahu arah. Namun, matanya kembali melihat seseorang dibalik kaca sebuah Cafe biasa dimana gadis itu berkerja membuatnya terdiam. Hanya untuk menatap saja dirasa sudah cukup.
Lucu sebenarnya hidup ini, kali ini Rafanza merasa sangat amat tidak pantas. Hanya untuk sekedar bertegur sapa.
Tatapan Rafanza terputus kala melihat Crystal melihatnya. Lelaki itu lanjut berjalan, entah apa namun ia merasa belum siap untuk bertegur sapa sejak kejadian malam itu.
Maka diputuskannya untuk kembali ambil langkah.
Sedang, Crystal yang cukuo terkejut dengan kehadiran sang teruna hanya dapat membeku. Dengan mata yang pancarkan sinar rindu. Pertemuan kemarin tidak dapat dinilai baik. Hanya ada kemarahan juga kesalah pahaman.
Tapi ia bisa apa, Crystal lah yang lebih dulu memutuskan hubungan yang belum sempat dimulai. Crystal pula yang jauhi dan bangun tembok tinggi-tinggi.
Namun siapa sangka, hatinya terasa begitu hampa.
Ternyata, kehadiran sang prangai buruk begitu mendistrak segala pikirannya.
Crystal hanya dapat terdiam lama hingga Mbak Rahayu menyadarkan lamunan gadis itu.
"Dek, Mbak bisa minta tolong gak?"
"Oh, iya, gimana Mbak?"
"Beliin bahan ya, kemaren Mbak lupa pas ke grosir malah gak kebeli."
"Ya udah, sini biar Crystal yang beli."
Rahayu tersenyum, "Makasih ya dek, udah mbak list kok daftar belanjaannya."
"Oke, Mbak."
*****
Harusnya Crystal langsung saja kembali ke Cafe dan melanjutkan perkerjaannya itu namun langkahnya malah terbawa kearah seseorang yang terlihat begitu familiar.
Tentu sangat familiar baru saja tadi mereka beradu tatap.
Crystal langkahkan kakinya menuju Rafanza yang tengah memperhatikan anak-anak yang sedang bermain di taman bermain. Tatapan Rafanza begitu berbinar, layaknya ia tidak pernah melihat tatapan itu.
Mendekat semakin mendekat, hingga Rafanza sadar akan keberadaan orang lain didekatnya.
Betapa terkejutnya Rafanza kala melihat ada Crystal tepat disampingnya. Dengan spontan Rafanza lalu menjauh belum siap berada di jarak sedekat itu dengan Crystal.
"Rafa.. please, maafin aku karena kemaren tiba-tiba ngejauhin kamu dan gak ada alesan pastinya."
Rafanza masih terdiam, mendengar tutur maaf Crystal buatnya kalut. Ia saja belum mengucapkan kata itu atas semua kesalahannya namun Crystal sudah lebih dulu.
Dengan langkah pelan Rafanza menjauh, karena ia bingung harus berbuat bagaimana. Buntu sudah pikirannya saat ini.
"Ini bukan salah kamu Al." Kata Rafanza lalu dengan langkahnya yang mulai ia bawa pergi. Ia malu, ia takut, karena ia merasa seperti berada di lain lini waktu. Harusnya ia yang mengucap maaf. Harusnya ia yang mengakui segala kesalahannya. Namun apa daya, ia belum siap akan ini. Sekarang.
Crystal yang melihat Rafanza makin menjauh lalu berjalan mendekat. Menahan tangan Rafanza yang terasa gemetar.
"Raf... kamu harus dengerin aku dulu."
"Al, kamu gak salah, kamu gak usah jelasin apa-apa." Dengan cepat Rafanza lepaskan kembaki genggaman hangat Crystal.
"Raf, beneran kita harus omongin ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN SIDE
Fiksi Remaja"Mata Lo! Gue benci mata Lo!" Pertemuan yang diawali dengan saling adu mata merebah ruah menjadi lantunan cerita paling tidak dapat ditebak. Apa benar takdir selalu punya caranya tersendiri untuk merubah karakter seseorang dengan kedatangan manusia...