Rafanza, Abraham juga Cakra tengah berjalan dilorong SMA Gaswara. Dengan santai Rafanza berjalan dengan terus menatap datar orang-orang di sekitarnya. Pikiran Rafanza masih saja di penuhi dengan hal yang sama sekali tak ingin ia pikirkan.
Rafanza terus menerka, apa sebenarnya yang ia pikirkan. Mengapa ia menjadi bukan seperti dirinya.
Rafanza yang tengah bertarung dengan dirinya sendiri tiba-tiba merasa tabrakan keras pada bahunya. Siswa yang memakai kaca mata juga membawa tas besar itu menundukan wajahnya dan meminta maaf.
"Maaf? Buat apa gue maafin sampah kaya lo!?" ujar Rafanza menarik kerah lelaki berkaca mata itu dan membenturkan punggung lelaki itu pada dinding.
Rafanza tertawa kecil melihat ekspresi ketakutan lelaki itu. "Lo kira gue orang baik yang mudah maafin orang?" ujarnya terus menekan cengkramannya pada kerah baju lelaki itu hingga lelaki itu sulit bernafas.
"Heh! Mulut lo ada guna gak! Jawab!" bentak Rafanza dan dengan sekali hempasan lelaki itu telah terjatuh pada lantai. Di injaknya dada lelaki itu tanpa ampun.
Abraham yang melihat kilatan amarah pada mata Rafanza hanya karena masalah sepele ini terus menerka. Tak sering, Abraham akan langsung menanyai apa sebenernya yang terjadi, tapi terkadang pula ia hanya menampunhnya didalam kepala, mencoba mencari jawabannya itu sendiri. Apa sebenarnya masalah yang sedang di pendam lelaki itu-terus menerka hingga buntu pikirannya.
Semua mata yang tertuju pada momen itu hanya dapat terpaku di tempat. Cakra menghembus nafas kasar dan segera menarik Rafanza sebelum lepas kendali. Sebelum si mata empat itu hancur ditengah lorong sempit.
Cakra memegang bahu Rafanza, "Raf, buat kali ini lo lepas aja, gak lo liat dia lemah." kata Cakra dengan memandang lelaki yang sudah terbatuk merasa tekanan pada dadanya.
Rafanza menyentakan bahunya agar terlepas dari tangan Cakra. Rafanza berjalan mendahului Abraham juga Cakra.
"Kalo menurut gue sih, tuh orang kaya gini gegara cewek kemaren." kata Abraham asal.
"Hah? Maksud lo?" ujar Cakra dengna tatapan ingin tahu.
"Ya, yang kemaren buat masalah sama dia, lo tau sendiri siapa," kata Abraham lalu melangkah meninggalkan Cakra yang masih bingung dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Abraham.
Mengingat kejadian kemarin, Cakra berdecak. Ternyata kehadiran perempuan itu semakin membuat runyam segala masalah sekarang. Cakra melangkahkan kaki menyusul kedua sahabatnya itu.
Crystal yang sejak tadi melihat kejadian itu terdiam lama. Dilihatnya seorang siswa berkaca mata yang tengah dibantu beberapa siswa lain untuk berdiri. Ia berjalan menuju kelas dan sedikit melirik kearah kelas dimana lelaki kejam itu berada.
****
"Al, lo liat kejadian pagi ini?" tanya Zanna heboh.
"Gila sih gilaa, selama setahun gue sekolah di SMA Gaswara, tapi gue gak pernah liat Rafanza sebrutal ini, lagi banyak masalah kali ya." ujar Zanna melanjutkan.
"Sebelum bahas si cowo kejam itu, gue mau tanya lo Al, badan lo gak sakit lagi?" Aneisha dengan tatapan mata sedih menatap Crystal.
"Iya, sorry sekali lagi Al, kita kemaren gak bisa bantu lo," kata Nadira merasa menyesal.
"Gue gapapa, cuma benturan kecil doang kok" kata Crystal. Namun tetap saja ketiga sahabatnya itu tak percaya akan kata-katanya. Siapa yang akan mempercayai bualan macam itu?
"Bener? Jangan bohong Al." kata Zanna mencoba mengulik lebih dalam.
"Bener, udah ah, kaya yang lo semua liat gue baik-baik aja" kata Crystal meyakinkan dengan senyum tipisnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/243194079-288-k4137.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN SIDE
Teen Fiction"Mata Lo! Gue benci mata Lo!" Pertemuan yang diawali dengan saling adu mata merebah ruah menjadi lantunan cerita paling tidak dapat ditebak. Apa benar takdir selalu punya caranya tersendiri untuk merubah karakter seseorang dengan kedatangan manusia...