CHAPTER.2

791 59 2
                                    


📚Happy Reading📚
________________________________________________

JEON JUNGKOOK POV

Hah!

Rasanya darahku benar-benar mendidih saat ini. Kepalaku terasa begitu berdenyut nyeri.

Tidak tau kenapa aku merasa ada yang hilang.

Helaan frustrasi terus terhempas begitu saja dari mulutku, uapan itu menguar membawa sirat sesak dalam dadaku.

Entah kemana perginya wanita itu?!

Di luar sedang hujan deras, aku tau betul itu, bahkan sambaran petir terus saja menyahut bak pedang yang melayang ingin saling menikam.

Rasanya, aku ingin acuh, tetapi kenapa sebagian dariku mengkhawatirkannya?

Cih, khawatir macam apa?!

Dia wanita yang tidak tau malu, tidak tau diri pun terlebih lagi sangatlah tidak pandai bersyukur.

Kurang apa coba menjadi istriku?!

Toh, statusnya masih menjadi istri pertamaku, sedangkan Elsa menjadi istri keduaku.

Apa susahnya menjadikan Elsa sebagai madunya, kulihat juga Elsa adalah wanita baik-baik.

Elsa bahkan jauh lebih rendah hati ketimbang dirinya, istri keduaku itu mau saja menikah denganku saat aku menginginkan seorang momongan tanpa menuntut lebih banyak kepadaku, asalkan aku bisa bersikap adil.

Lama-lama aku semakin sadar, perangai Erika memang sudah berubah dan jauh melenceng.

Selama lima tahun membina rumah tangga, Erika adalah istri yang sangat penurut, dia bahkan tidak pernah membantah apapun keinginan dan keputusanku.

Termasuk untuk fokus sepenuhnya untuk menjadi ibu rumah tangga dan membiarkan aku saja yang bekerja.

Kurang apa kasih sayangku selama ini, kenapa dia jadi egois begini. Dia belum tau seperti apa sunyinya rumah tanpa ada tawa anak kecil.

Aku menginginkannya!

Jika ku pikir-pikir, benar juga yang di katakan oleh Elsa. Aku menikahi sahabatnya sendiri bukankah itu hal yang menguntungkan?

Dari pada aku harus menikah dengan wanita lain yang tidak dia kenali. Di mana coba jalan pikirannya!

Rahangku mengatub rapat saat potongan-potongan kalimatnya mengitari alam bawah sadarku.

"Atau apa?!" sarkasnya.

Tatapannya menajam dan begitu menusuk, seakan membawa racun berbisa dari sana, seumur-umur aku tidak pernah melihat sikapnya yang seperti ini.

Suara itu terus terngiang-ngiang dalam pikiranku. Ku akui, aku tidak pernah memakai kekerasan dalam mendidiknya, untuk menyentil dahinya saja kulakukan penuh kelembutan, tetapi apa ini?

Dia bahkan sudah tidak memiliki rasa hormat lagi kepadaku yang masih menyandang status sebagai suaminya.

Kurang apa selama ini aku mencintainya dan bahkan aku memberikan apapun untuknya demi bisa membuatnya bahagia!

Emosiku benar-benar dipermainkan oleh wanita yang pernah kuperjuangkan mati-matian semasa duduk di bangku kuliah itu.

Tampaknya, aku salah, karena sedari dulu aku terlalu memanjakannya hingga dia menjadi wanita liar seperti ini.

Rahangku mengeras, amarahku rasanya sudah mencapai ubun-ubun, gigi-gigiku saling bergemelatuk mendengar kalimat sarkasnya.

"ATAU AKU AKAN BENAR-BENAR MENCERAIKANMU, ERIKA LEE!"

🔞KARMA is REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang