CHAPTER.32

986 28 2
                                    


📚Happy Reading📚
________________________________________________

Derap yang dihasilkan oleh langkah kaki itu menguar begitu tergesa-gesa, seorang anak laki-laki di balut jaket berwarna merah dengan kerah list putih juga mengenakan celana jeans sobek-sobek, tampak membawa raut menyedihkan sesaat setelah memasuki gedung rumah sakit.

Kubangan di pelupuk matanya terus mengalir seiring dengan deru napasnya yang juga begitu memburu. Pria itu benar-benar terlihat kacau saat ini, "Suster, dimana ruangan pasien yang baru saja mengalami kecelakaan," tanyanya panik.

Anak laki-laki berusia dua puluh tahun itu baru saja mendapatkan telepon, kalau ibunya mengalami kecelakaan dan saat ini sedang kritis di rumah sakit. Mendengar kabar itu tentu saja membuatnya panik bukan main.

Tanpa menunggu lama, ia pun segera menuju ke rumah sakit, meninggalkan teman-temannya di Base camp-nya tanpa mengatakan sepatah katapun.

Setelah mendapatkan informasi dari resepsionis, ia pun langsung menuju ke ruangan ibunya dengan berlari secepat kilat. Dia tidak akan sanggup jika harus kehilangan lagi dan lagi.

Ibunya adalah hartanya yang paling berharga.

Sesampainya di koridor paling ujung dengan nomer ruangan yang sama seperti yang di beritahukan oleh suster tadi, ia pun mulai memperlambat langkah kakinya saat melihat ada seseorang tengah duduk di luar ruangan yang ia tuju.

"Apa aku mendengar nomer kamar yang salah," gumamnya. Menyapukan pandangannya, tetapi ia yakin tidak salah.

Perempuan bersurai hitam panjang yang tadinya duduk di kursi tunggu, langsung berdiri saat bersitatap dengan manik jelaga mengembun milik anak laki-laki itu.

Jeon Jungkook, anak laki-laki itu berlari kecil, hingga keduanya saling berhadapan.

"Apa ka---"

"Lu siapa? Kenapa bisa ada disini?" potong Jungkook, menatap penuh selidik. Pun juga membawa sedikit pikiran negatif di sana.

"Hm, aku Erika. Aku yang membawa Bibi Hyuna ke sini, apa kamu putranya?" tanya Erika

"Oh."

Setelah ber-oh saja, Jungkook langsung melenggang pergi untuk memasukkan dirinya pada ruangan sang ibu.

Sedangkan Erika mematung di tempatnya. Ekor matanya melirik sekilas pada kaca pintu itu, lalu membuang napasnya cukup panjang.

"Hm, lebih baik aku pulang saja sekarang. Lagipula sudah ada putranya, jadi aku tidak ada gunanya juga terus di sini," gumam Erika lalu pergi dari rumah sakit.

Di dalam ruangan, Jungkook terus saja menggenggam tangan sang ibu. Suaranya tidak menguar, tapi air matanya masih terus mengalir.

Dia berharap ibunya segera sadar membuka mata, karena Dokter bilang ibunya sudah melewati masa kritis setelah mendapatkan transfusi darah dari gadis yang mengantarkannya tadi ke rumah sakit.

Jungkook tadi bahkan mengabaikannya, sebelum sempat bertanya banyak hal dan juga mengucapkan terima kasih, tahu-tahu saat keluar ruangan, gadis itu sudah tidak ada di kursi tunggu.

"Apa gadis itu sudah pulang?" tanyanya pada diri sendiri. Jungkook mulai menyusuri koridor hingga keluar gedung rumah sakit tetapi tetap saja tidak menemukan gadis itu.

Satu hal yang ia ingat, namanya adalah ERIKA.

Pertemuan singkat yang sepertinya tidak membawa kesan apapun di antara keduanya, tetapi tidaklah sama dengan pertemuan mereka berdua setelahnya dan juga selanjutnya.

🔞KARMA is REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang