CHAPTER.16

421 39 2
                                    

📚Happy Reading📚
________________________________________________

"Siapa katamu?!"

Jimin langsung menajamkan tatapannya. Beringsut dari duduknya dengan tangan membentuk sebuah kepalan.

"I-itu ...."

"Aissshh ... Brengsek! Siapa yang memberitahukan keberadaanku disini," kesalnya.

Bodyguard bertubuh gempal itu sontak saja menundukkan kepalanya, takut. Posisinya masih berada tepat di pertengahan pintu.

Tuan mudanya ini, jika sudah marah, bisa di pastikan kalau kekejamannya tidak boleh sama sekali di remehkan.

"Katakan padanya, kalau aku tidak sedang berada di sini," titah Jimin dengan suara berat, penuh sirat kecaman.

"Ba-baik, Tuan."

"PARK JIMIN!"

Belum sampai Jimin pergi meninggalkan ruangan tengah itu, Hyungsik sudah terlebih dahulu menerobos masuk melewati beberapa penjaga yang di miliki Jimin.

Tentunya, para penjaga juga sangat segan untuk memperlakukan Hyungsik secara kasar, karena pria paruh baya itu adalah Tuan Besar, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Papa dari Tuan muda mereka.

Jimin merolling bola matanya malas.

"Apa apa anda datang kemari, Tuan Park?" tanya Jimin dengan nada dingin. Tatapannya begitu acuh.

Hyungsik, menggeleng pelan, mengatur napasnya yang cukup memburu, karena sedari tadi terus saja di tahan oleh para penjaga di apartement Jimin agar tidak bisa masuk.

Untungnya dia datang dengan membawa beberapa anak buah, sesuai dengan apa yang di sarankan oleh Jungkook.

Setelahnya, pria itu mulai melangkah, mengikis jarak, untuk menghampiri Jimin.

"Ayo, pulang."

Hyungsik langsung berterus terang, bertele-tele bukanlah hal yang harus di lakukan jika berhadapan dengan Jimin.

"Pulang?" Dahi Jimin mengernyit. "Ke mana, ke rumah?" tanyanya dengan nada remeh. Jimin masih teramat kesal dengan Papanya.

"Kau harus pulang ke Milan."

Mendengar itu, Jimin langsung membelalakkan matanya, rahangnya seketika mengeras. Pupil matanya membesar sempurna.

"Tidak. Tidak akan pernah!" tolak Jimin lantang.

"Jangan kekanakan, Jim. Kau sudah menikah, memiliki istri dan juga mempunyai tanggung jawab."

Jimin terbahak.

"Menikah, istri, tanggung jawab? Haha ... Bulshit. Anda telah menjual anak kandung anda demi keuntungan anda sendiri, Tuan Park!"

Jimin menatap nyalang, sang ayah kandung. Tangannya semakin mengepal erat. Hingga buku-buku jarinya memutih.

"Park Jimin, jaga sopan santunmu. Aku Papamu," bentak Hyungsik.

"Papaku sudah mati 10 tahun yang lalu!"

Deg!

Plak!

***

"Ri ... Kamu mau makan apa?"

Pria Kim itu membawa Erika untuk masuk ke dalam resto, duduk bersebelahan, lalu membuka buku menu setelah di berikan oleh seorang pramusaji.

"Apa saja, terserah, oppa." Erika menjawabnya seraya memfokuskan pandangannya pada Seokjin, sama sekali tidak ingin menghiraukan Taehyung yang datang ikut mendudukkan dirinya di antara mereka dengan raut masam.

🔞KARMA is REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang