CHAPTER.7

527 45 0
                                    

📚Happy Reading📚
________________________________________________

Sudah dua hari Erika berada di mansion mewah milik Seokjin. Selama itu pula dia tidak di perbolehkan untuk melakukan apapun, selain istirahat, istirahat dan istirahat.

Seokjin melarang keras Erika untuk keluar kamar, karena kondisi Erika yang memang masih belum sembuh total.

Semua kebutuhan wanita itu, Seokjin yang menyiapkannya. Cukup berlebihan, tetapi Seokjin sangat keras kepala dan sama sekali tidak menerima penolakan.

Justru semua itu membuat Erika tidak enak hati. Sungguh, perlakuan Seokjin benar-benar mengingatkan Erika pada kenangan mereka di masa silam.

Keduanya dulu memang sangat dekat, sebelum akhirnya insiden itu terjadi dan keduanya tidak pernah bertemu kembali.

Jungkook melarang keras dirinya bertemu dengan Seokjin. Lalu apa jadinya jika Jungkook tau dia sekarang berada di mansion Seokjin.

Ah, untuk apa memikirkannya, toh dia juga sudah tidak memiliki hubungan apapun dengan pria Jeon brengsek itu.

"Fiuhhh ..." Erika membuang napasnya cukup lumayan panjang. Di siang hari seperti ini, mansion besar itu sangatlah sepi.

Selain Erika yang ada di dalam mansion mewah itu, hanya ada Kang Ahjussi yang menjaga pos di bagian depan.

Moon Ahjussi dan Moon Ahjumma hanya berada di mansion itu untuk mengerjakan tugas mereka, selebihnya mereka akan kembali ke rumah mereka sendiri yang berada tidak jauh dari mansion Seokjin.

Hari ini Seokjin pergi pagi-pagi sekali karena ada meeting penting di kantor. Selama dua hari, pria itu tidak mau pergi ke kantor dan memilih bekerja dari rumah, tentu saja Erika lah alasannya.

Saat ini wanita itu sedang berjalan menuruni tangga, tujuannya ingin ke kolam renang. Setidaknya melihat air yang meluap jernih, di bawah teriknya sinar matahari, cukup membuat perasaannya yang berkecamuk ikut tenggelam di sana.

Setelah mendudukkan dirinya di tepi kolam, kakinya pun di masukkan ke dalam sana.

Di kedua sisi telinganya terpasang earphone berwarna ungu muda, yang memperdengari musik salah satu boyband terkenal di Korea.

Erika begitu menikmati alunan itu, sembari memejamkan matanya pun kakinya di ayunkan di dalam sana.

Air yang tenang kini tiada lagi, semuanya membaur, seiring hentakan kecil yang membuatnya berkecipak.

Sejujurnya, wanita itu tengah berusaha menepis semua kegundahan yang menyergap batinnya.

Di dalam kesenjangannya, dia teringat akan obrolannya semalam bersama Seokjin.

Jika di fikir-fikir, dia tidaklah mungkin selamanya mau menumpang di rumah Seokjin.

Akan tetapi, untuk pulang ke rumah orangtuanya, dia sama sekali belum berani.

Apa nantinya yang harus Erika jelaskan, saat dia pulang kesana sendirian, tanpa adanya Jungkook yang menemaninya.

Papanya memiliki riwayat jantung, Erika tidak mungkin langsung berterus terang tentang kehancuran rumah tangganya, yang mana sahabatnya sendirilah yang menjadi orang ketiganya.

Bagaimana kalau sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Erika tidak mau bertindak gegabah.

"Jadi, sekarang apa yang akan kamu lakukan." Seokjin bertanya dengan penuh kelembutan, jari-jarinya sibuk menyelipkan rambut Erika ke belakang telinga wanita itu.

Erika hanya menggeleng pelan, tanda tidak tau. "Aku tidak akan mengizinkanmu, jika kamu sampai mengulangi kesalahanmu itu lagi. Masa depanmu masih panjang. Banyak kebahagiaan yang bisa kamu nikmati selain bunuh diri."

Mendengar itu, dada Erika terasa tercubit.

Betul juga apa yang diucapkan Seokjin. Kenapa bisa malam itu, dia menjadi kelewat bodoh. Kenapa dia tidak berfikir dua kali untuk mengakhiri hidupnya.

Apa sebesar itukah cintanya pada Jungkook?

"Aku belum tau, oppa. Aku ingin pulang, tetapi aku juga takut. Papa memiliki riwayat penyakit, aku tidak akan sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya kepada kedua orang tuaku," jawab Erika lirih.

Seokjin membenahi posisinya, tatapannya begitu teduh dan menentramkan jiwa. Menatap lamat wajah cantik Erika yang ada di hadapannya.

Tangannya beralih menggenggam tangan Erika dibawah sana.

"Kamu bisa tinggal di sini selama yang kamu mau, yang jelas aku tidak akan membiarkan sesuatu hal yang buruk, kembali menimpamu," ucap Seokjin serius.

"Tidak, aku tidak mau semakin merepotkanmu, oppa. Hanya untuk beberapa hari, setelahnya aku akan pergi dari sini secepatnya."

"Kenapa?" Raut Seokjin terbaca tidak menyukainya. "Apa kamu ingin kembali lagi pada Jungkook? Dia bahkan su---"

"Aniya, oppa. Aku tidak akan kembali pada pria itu, aku hanya ingin segera memperjelas statusku saja dengannya. Aku ingin perpisahan itu segera di naikkan ke pengadilan," ujar Erika. Sedikit ada kegamangan disana, tetapi Erika harus bisa memantapkan hatinya meskipun sakitnya masih begitu teramat terasa.

Lebih baik menjadi janda daripada harus hidup dengan adanya wanita kedua, dia tidak sekuat itu sebagai seorang wanita.

Belum lagi jika masalah yang menyangkut tentang kandungannya, Erika tidak sanggup.

"Kalau memang begitu, biarkan aku membantumu untuk mengurusi perceraianmu. Aku memiliki banyak kenalan pengacara yang cukup handal. Jungkook tidak akan bisa mengajukan banding dan perpisahan itu akan dengan mudah disetujui," ungkap Seokjin.

Erika menumpuk tangannya di atas punggung tangan Seokjin. Tersenyum tipis di sana.

"Dengan seperti itu, oppa malah semakin membuatku tidak bisa membalas kebaikanmu," tutur Erika sendu.

"Kalau begitu, menikahlah denganku."

BYURRRR!

Tubuh Erika tersentak, saat debuman kencang itu berhasil membawa cipratan air yang membasahi wajah serta tubuhnya.

Matanya terbuka spontan dan menemukan seseorang baru saja melompat masuk ke dalam kolam renang.

Erika langsung menarik kakinya dari dalam kolam, lalu mengibas-ngibaskan tangannya pada celananya yang basah.

"Aissh ... Tuan muda, Kim!" kesalnya sembari menghentakkan kakinya. Akan tetapi, si empunya malah merolling acuh.

"Ck, kalau mau melamun, jangan disini. Ini kolam renang, diperuntukkan untuk orang mandi. Kau mau melihatku mandi?"

Erika membiarkan mulutnya terbuka.

.

.

.
Bersambung

🔞KARMA is REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang