📚Happy Reading📚
_______________________________________________Saat ini hujan dengan deras mengguyur di luar vila, juga sekaligus meluruh di dalam kamar itu.
Erika, wanita itu sudah berusaha sedari tadi untuk menghentikan air matanya.
Akan tetapi, seolah kubangan itu tidaklah mengindahkannya dan malah mengalir jauh semakin deras.
Ia benci dengan dirinya yang begitu cengeng. Apa yang sedang ia tangis saat ini, apakah pria brengsek itu? Ck, untuk apa dia harus menangisnya.
Benar-benar hanyalah kesia-siaan yang nyata dan yang jelas tidak ada gunanya.
Bantal empuk di balut sarban berwarna biru tua itu sudah basah sepenuhnya. Wanita itu menangis tanpa suara, dengan posisi tengkurap di sana.
Yoongi sendiri masih setia berdiri di balik pintu sejak satu jam yang lalu.
Dengan tangan yang tak hentinya ia bawa untuk mengetuk pintu bercat putih itu, berharap Nyonya mudanya keluar atau setidaknya menjawab pertanyaannya seperti:
"Nyonya, apa anda sudah tidur?"
"Nyonya, apa anda baik-baik saja?"
"Nyonya, anda sedang apa di dalam?"
"Nyonya, anda belum makan malam, haruskah saya menghangatkannya sekarang?"
Sayangnya, semua pertanyaan Yoongi tidak mendapatkan balasan satu patah katapun dari istri bossnya.
Pria Min itu membuang napasnya panjang, seraya memijit pelipisnya sendiri. Beberapa bodyguard yang mengamati Yoongi dari kejauhan tampak membawa raut bingung dengan asumsi tak menentu.
Sesampainya di vila tadi, Erika memang langsung mengunci dirinya di dalam kamar sampai sekarang.
Tidak peduli akan perutnya yang cukup kelaparan, wanita itu memutuskan untuk tidak akan keluar kamar apapun yang terjadi, sampai rasa sesak di dadanya terobati.
Yoongi sendiri tidak tau apa yang menjadi penyebab Nyonya mudanya menjadi seperti ini.
Yang jelas, pria Min itu menyadari ada sesuatu yang janggal saat Erika tidak jadi meminta eskrim dan malah meminta untuk langsung pulang ke vila. Bahkan membentaknya.
"Hm, baiklah, Nyonya. Jika anda membutuhkan sesuatu, silahkan anda panggil saya," ucap Yoongi sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pintu itu, namun lagi lagi di abaikan oleh Erika padahal wanita itu mendengarnya.
***
"Berapa usianya?"
Pria Jeon itu tidak tau, ia harus senang atau sebaliknya, saat mengetahui kalau Elsa di nyatakan positif hamil oleh Dokter yang memeriksanya tadi pagi, lantaran wanita itu mendadak jatuh pingsan.
Yoongi yang datang ke vila dan memberitahunya tentang kabar ini, dia interuksi untuk berganti tugas menjaga Erika di Vila.
Saat ini, Jungkook dan Elsa sedang berada di apartemen, tepatnya di atas ranjang dengan posisi Jungkook yang menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, sedangkan Elsa memeluknya dengan erat, membenamkan wajahnya pada dada bidang pria itu.
Setelah tadi Elsa sempat merengek untuk di ajak jalan-jalan lalu makan di luar dengan dalih sedang menyidam, Jungkook akhirnya mengurungkan niatnya untuk langsung pulang ke vila karena di luar sedang hujan deras dan Elsa tidak mau di tinggal.
"Hm, aku tidak tau. Yang jelas aku merasa tubuhku merasa tidak enak, sejak kamu menempatkanku di apartemen ini," bohong Elsa dengan raut sendu. Memainkan jarinya di antara perut pack Jungkook yang masih terbalut kemeja hitam.
Jungkook termangu.
Semenjak ia menempatkan Elsa di apartemen itu, pria Jeon itu memang tidak pernah mengunjungi Elsa, karena dia terlalu fokus pada Erika.
Jadi apa mungkin Elsa sudah hamil sejak lama, pikir Jungkook mengingat pria itu juga sudah cukup lama tidak menyentuh wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu.
Jungkook lantas memijit hidungnya sendiri dengan menatap Elsa dari atas, "Ya sudah, besok kita periksakan kandunganmu ke dokter agar ta---"
"Oh, Hm... Itu... Aku bisa memeriksakannya sendiri dan memberitahumu nanti," potong Elsa, gugup.
"Kenapa?" Jungkook menautkan kedua alisnya.
Elsa terdiam sesaat, lalu berusaha memutar otaknya, "Uhmm... Bukannya kamu selama ini selalu sibuk, bahkan kamu tidak pernah me---"
Ting!
Satu notifikasi yang masuk ke dalam ponsel Jungkook, berhasil mengambil alih atensi pria itu.
Elsa mendengus lantaran Jungkook mengabaikannya dan malah meraih benda pipih itu dari atas nakas dan membaca pesan itu dengan raut cukup serius.
Wanita itu merolling bola matanya, mengira Erika yang telah mengirimkan pesan pada Jungkook.
Elsa tau kalau Erika sekarang ada bersama dengan Jungkook, terbukti tadi ia melihat madunya itu bersama Yoongi, sang asisten kepercayaan Jungkook, jadi bisa di pastikan kalau antara Jungkook dan Erika masihlah ada sesuatu.
'Ck, tak akan ku biarkan Jungkook pulang malam ini. Selamat menikmati ranjang dinginmu Erika Lee.' batinnya licik.
Setelah membalas pesan itu, Jungkook pun langsung memasukkan ponselnya ke dalam sakunya.
"Hm, Ya sudah. Terserahmu saja. Sekarang tidurlah, aku---"
"Eunngghh... Bisakah malam ini kamu menginap disini? Aku masih sangat merindukanmu, Jung," tutur Elsa dengan tatapan memelas.
"Ak---"
"Kamu tega mau meninggalkanku disini sendirian, padahal keadaanku sedang hamil anakmu saat ini," potong Elsa dengan mimik mulai berkaca-kaca.
"Bu---"
"Kalau kamu tidak kasian denganku, tidak masalah, tapi setidaknya kasihani calon anak kita ini, dia ingin selalu dekat dengan papanya," sendu Elsa. Wanita itu terus menyela kalimat Jungkook hingga pria itu tidak berkesempatan untuk menjawabnya.
"Ta---"
"Uhmm... Apa jangan-jangan kamu tidak senang mengetahui aku sedang mengandung anakmu, iya, begitu? apa aku harus menggugurkannya saja, bukannya kamu sedari dulu menginginkan keturunan, kamu bilang Erika tidak bisa mem---"
"Ya. Ya. Ya. Aku akan disini. Sudah jangan bicara melantur lagi, sekarang cepat tidur, ini sudah malam." Jungkook langsung menyarkasnya dengan tatapan tajam saat mendengar nama Erika di sebutkan, sekaligus Elsa yang hendak menggugurkan bayinya.
Lantas, wanita itu tersenyum menang.
"Peluk, Baby Jeon ingin di peluk."
..
.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
🔞KARMA is REAL
FanfictionADULT⛔ RATE 21+++ SEBELUM BACA FOLLOW DULU, guys! "Kamu hanya milikku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskanmu. Aku bisa menghabisi siapa saja di antara mereka yang berusaha merebutmu dariku." Jeon Jungkook. "Aku berjanji tidak akan perna...