CHAPTER.5

604 44 1
                                    

📚Happy Reading📚
________________________________________________

Semalaman penuh, Seokjin memilih untuk menunggui Erika di dalam kamar.

Berusaha agar tetap terjaga di sebelah wanita itu, takut saja kalau tiba-tiba Erika terbangun dan kedapatan dirinya malah tertidur lelap, meski tidak menampik, jika pria itu juga sedikit lelah karena sedari pagi sibuk di kantor.

Sebelumnya, Seokjin juga menghubungi salah satu temannya yang berprofesi sebagai Dokter untuk memeriksa keadaan Erika.

"Tenang saja, dia tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu untuk dikhawatirkan secara berlebihan, karena dia hanya demam biasa."

Penjelasan itulah yang cukup bisa membuat Seokjin sedikit bernapas lega, setidaknya asumsi-asumsi buruknya tidak menjadi nyata.

Walaupun kenyataannya, sampai perputaran waktu melewati tengah malam, Erika belum juga menunjukkan tanda-tanda siuman.

Cukup membuat Seokjin frustrasi, pria itu memilih untuk duduk di atas kursi tepat berada di samping Erika.

Kepalanya bersemayam di sisi ranjang, dengan tatapan fokus menelisik wajah cantik nan damai milik wanita itu.

Sejujurnya, perasaannya sampai detik ini masih tetaplah sama. Jantungnya bahkan tidak berhenti berdebar, sejak dia menemukan kembali wajah yang entah kapan terakhir kali ia lihat, di bawa masuk ke dalam mansionnya oleh adik bungsunya.

Pun tidak terlalu mengingat, kapan terakhir kali dirinya bisa merengkuh tubuh wanita itu agar berada di antara pelukan hangatnya.

Mungkinkah lima tahun yang lalu? Bukan, bahkan lebih dari tahun itu.

Cukup lama, tetapi semuanya masih terekam jelas dalam ingatannya, semua hal tentang wanita itu. Wanita yang pernah menjadi cinta pertamanya.

Setitik air matanya jatuh dengan bebas, setelah tatapannya dari kepala Erika yang dibaluti perban, teralihkan pada punggung tangan Erika yang di usapnya pelan.

Genggamannya terus terpatri di sana, terasa begitu enggan melepasnya walaupun hanya sejenak.

"Jika sampai semua ini benar-benar karena ulahmu ... aku tidak hanya akan sekadar memberikan pelajaran, melainkan akan ku pastikan kau akan membayarnya dengan nyawamu, Jeon Jungkook, sialan!" gumam Seokjin, penuh penekanan.

Jungkook salah besar, jika mengira Kim tampan itu masih sama seperti dulu.

***

Keesokan harinya, Seokjin bangun terlebih dahulu. Tersenyum tipis saat wajah yang pertama kali dia lihat adalah wajah Erika.

Setelah mengusap pucuk kepala wanita itu secara lembut, Seokjin bergegas keluar kamar dan langsung menuju ke dapur.

Tujuannya adalah membuatkan bubur ayam untuk wanita itu.

Sibuk berkutat dengan alat-alat dapur, sampai-sampai tidak menyadari kalau Taehyung mengamati segala pergerakannya sedari tadi.

'Aku baru tahu kalau Jin Hyung juga bisa bucin. Ck, apa wanita itu kekasihnya? Astaga, seleranya sungguh aneh.' Taehyung membatin dengan memandang remeh.

Mata phoenix pria itu menyorot penuh maksud, kedua tangannya bersedekap di dada.

Dan, tepat di saat Seokjin ingin mengambil mangkuk, pria itu seketika terperanjat saat menemukan adik bungsunya tengah memperhatikannya dengan posisi tubuh menyandar di samping lemari pendingin.

"Kya! Sejak kapan kau ada di sana?" tanya Seokjin seraya mengusap-usap dadanya yang bergemuruh karena kaget.

Taehyung memainkan lidahnya di dalam mulut, hingga sisi pipi itu tampak menonjol.

🔞KARMA is REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang