📚Happy Reading📚
________________________________________________Taehyung sedikit merasa risih dengan pemandangan di depannya. Beberapa kali dia kedapatan mencebik dalam artian kesal, tetapi tidak tau karena apa.
"Bisakah tidak perlu berlebihan, dia juga punya tangan," ucap Taehyung dengan mengunyah makanannya, rasanya sungguh benar-benar hambar di dalam mulutnya.
Seokjin yang tengah mengiriskan steak panggang untuk Erika, sontak menolehkan kepalanya, lalu menggeleng pelan dengan bibir tersungging menahan tawa.
"Kau diam saja, Tae. Kau tidak tau caranya memperlakukan wanita dengan baik," serkah Seokjin. Pria Kim itu tau betul seperti apa sifat adiknya. Adik bungsunya itu tidak bisa tertarik dengan perempuan, makanya risih.
Taehyung berdecih.
Erika pun semakin merasa tidak enak, sedari tadi juga dia menolak, tetapi tetap saja Seokjin memaksakan kehendaknya. Melayaninya.
Tau sendiri, Erika kalau dengan Seokjin pasti menjadi sosok penurut dan tidak bisa berkutik, bukan karena ada rasa melainkan bagi Erika, Seokjin adalah pria terbaik yang pernah hadir di dalam hidupnya.
Meskipun di masalalu, Erika pernah menyakiti perasaan Seokjin, nyatanya pria itu tetap saja mau memperlakukan dirinya dengan baik, bahkan tetap mau menampungnya.
Padahal Erika sudah mantap untuk pulang ke Gwangju dan memutuskan untuk memberitahukan tentang masalah rumah tangganya pada kedua orangtuanya.
Alih-alih di izinkan untuk pulang, Erika malah di minta untuk bekerja di perusahaan pria Kim itu, ya meskipun pada akhirnya bukan menjadi sekretarisnya Seokjin, melainkan sekretaris Taehyung.
Pria menyebalkan, yang entah kenapa semakin hari tingkahnga semakin bertambah aneh, menurut Erika.
"Sudah oppa, tidak perlu. Aku bisa mengirisnya sendiri," Erika mengambil alih pisau dan garpu di kedua tangan Seokjin.
Sayangnya, tidak sengaja pisau itu malah terjatuh dan di saat Erika ingin mengambilnya, kening keduanya malah berbenturan karena niat hati Seokjin yang ingin mengambilkannya.
"Auh!"
"Aha, mian, mianhae ... Sakit, ya?" tanya Seokjin seraya mengusapi kening Erika. Wanita itu mengambil alih tangan Seokjin lalu menggeleng, "Nggak, nggak sakit, kog."
"Beneran? Udah gak usah di ambil. Aku suapin aja," ucap Seokjin.
"Oppa ...."
"Buka mulutmu," titahnya.
Erika menggeleng, merasa malu. Apalagi ini di tempat umum. "Aniya ...."
Seokjin yang membawa raut masam, tentu saja membuat Erika mau tidak mau membuka mulutnya dan menerima suapan dari Seokjin.
"Enak?" Erika hanya mengangguk, lalu memalingkan wajahnya yang mendadak terasa panas.
"Ri, ada---"
Belum sempat Seokjin meneruskan kalimatnya, tangannya sudah lebih dahulu membersihkan sudut bibir Erika yang sedikit belepotan.
Erika tergugu.
Sontak saja pipinya semakin memerah, terlebih saat mata keduanya bertemu kontak. Sayangnya moment itu tidak berlangsung lama, karena Seokjin malah mencubit pipi kiri Erika karena gemas, yang tentunya membuat si empunya mengaduh sakit.
"Aigoo ... Pipimu kenapa bisa seperti ini?"
"Ya. Ya. Uhh, sakit. Oppa jahat sekali." Erika menggerutu, tetapi setelahnya tertawa lepas karena melihat raut panik Seokjin.

KAMU SEDANG MEMBACA
🔞KARMA is REAL
FanficADULT⛔ RATE 21+++ SEBELUM BACA FOLLOW DULU, guys! "Kamu hanya milikku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskanmu. Aku bisa menghabisi siapa saja di antara mereka yang berusaha merebutmu dariku." Jeon Jungkook. "Aku berjanji tidak akan perna...