📚Happy Reading📚
________________________________________________Kelopak mata pria paruh baya itu spontan langsung terpejam, saat mendengar makian di seberang sana.
Tangan kirinya mengepal menahan emosi. Kepalanya terasa berdenyut nyeri. Lagi-lagi anaknya membuat ulah yang hampir saja berimbas mengacaukan semuanya.
Padahal, baru saja sebulan dia bisa bernapas lega, karena anaknya itu menikah dan pergi dari Korea, tetapi kenapa sekarang anaknya malah kabur dan meninggalkan istrinya disana.
Hyungsik benar-benar tidak habis fikir. Dia berharap Jimin tidak melakukan hal bodoh lagi.
"Aku minta maaf, Frank. Aku akan segera membawa Jimin ke Milan setelah ini."
Suara geraman pun napas terbuang berat tampak terdengar santer di sana. Hyungsik benar-benar hampir saja terkena serangan jantung saat mendengar kabar buruk ini.
Jimin sudah lebih dari tiga hari di Korea, tetapi dia sama sekali tidak mengetahuinya. Entah di mana anaknya itu sekarang, Hyungsik harus segera bertindak.
"Aku tunggu. Awas saja kalau kau tidak segera membawa Jimin ke sini, aku akan menarik semua investasiku dan juga membatalkan semua perjanjian kita," ancam Frank. Dari nadanya terdengar tidak main-main. Keduanya bersahabat baik selama bertahun-tahun, hubungan mutualisme ini bisa saja berakhir buruk jika Hyungsik lengah sedikit saja.
Hyungsik tergugu. Lalu berdehem ringan, "Tenanglah, aku bisa mengendalikan putraku. Kupastikan akan secepatnya membawanya pulang ke Milan."
"Oke, aku pegang kata-katamu."
"Hm, bisakah aku bicara dengan Alexa?" pinta Hyungsik, ragu.
"Untuk apa?" Frank menyarkas tidak suka.
"Hanya ingin bicara dengan menantuku, apa Alexa ada di sampingmu?"
Frank menoleh, melihat Alexa yang sembab. Mendesis pelan. Awalnya Frank sama sekali tidak mengetahui kalau Jimin pergi dari rumah, atau lebih tepatnya kabur dari rumah.
Kalau saja pelayan di rumah putrinya itu tidak memberitahunya, bisa dipastikan Frank tidak akan pernah tau, akan apa yang terjadi dengan putri semata wayangnya.
"Mertuamu ingin bicara." Frank menyodorkan ponselnya, memberikannya pada Alexa, wanita berusia dua puluh tiga tahun itu tampak takut-takut, tetapi akhirnya dengan gugup menerimanya.
"Halo, papa ...."
***
Jungkook sedang ada di dalam ruangannya, masih sama, menyibukkan diri dengan berkas-berkas di tangannya.
Menghalau segala pikiran yang berkecamuk di kepalanya, bohong jika dia selama beberapa terakhir ini merasa tenang, fikirannya terus memikirkan keberadaan Erika. Istri pertamanya.
Kenyataannya mereka belum resmi berpisah, jadi status Erika masihlah menjadi istrinya, menurut Jungkook.
"Sayang." Elsa bergelayut manja, mengumbar senyum, membuat Jungkook menoleh sekilas.
"Hm, ada apa?"
Elsa memindah posisi, agar duduk di atas pangkuan Jungkook. Menggoda pria itu, karena selama beberapa hari, Jungkook tidak mau di ajak berhubungan, sekalinya berhubungan malah meneriaki nama Erika.
Tentu saja Elsa kesal, merasa posisinya masihlah belum aman. Apalagi di kantor tidak ada seorang pun yang tau jika dirinya adalah nyonya Jeon.
Entah kenapa Jungkook merahasiakan hubungan mereka, padahal mereka berdua sudah menikah, meskipun pernikahan keduanya berlangsung di Jerman dan hanya mengikrarkan janji di Gereja saja, tetap saja statusnya sekarang adalah istri Jeon Jungkook. Pria tampan, mapan dan kaya raya.
"Humm ... Fokus sama aku, dong." Elsa mengambil alih berkas di tangan Jungkook dan membawa tangan pria itu untuk melingkari pinggangnya.
"Jangan seperti ini, ini di kantor." Jungkook menarik tangannya, tidak suka. Dia tidak mau ada orang lain yang melihat keduanya dalam posisi itu.
Jungkook masih mempertahankan imagenya. Bagaimanapun semua orang tau kalau Erika adalah istrinya.
"Huh!" Elsa mendengus sebal, beranjak dari pangkuan Jungkook dengan wajah murung. Jungkook melihatnya. Pria itu segera berdiri setelah berdecak.
"Jangan ngambek gitu, dong. Kamu harus tau status kita di kantor. Aku hanya tidak ingin kalau orang-orang ke---" Ucapan Jungkook terhenti saat Elsa memotongnya.
"Kenapa. Biar saja semua orang tau kalau aku juga istrimu. Sampai kapan kamu mau menyembunyikan status kita, aku juga ingin diakui sebagai nyonya Jeon. Aku tidak suka orang-orang merendahkanku dan hanya memandangku sebagai sekretarismu," ucap Elsa panjang lebar.
Mendengar itu, Jungkook langsung menatapnya tajam. Dia tidak suka dibantah, apalagi kalau sampai ada wanita yang berusaha mengendalikannya.
"Berhenti menuntut. Kamu harus tau diri dan sadar posisi," kecam Jungkook.
Elsa berjengit, dia salah bicara, Jungkook belum sepenuhnya dikuasai olehnya, tentu saja ini tidak baik untuk posisinya.
Elsa langsung buru-buru mendekati Jungkook dan minta maaf. Membawa air wajah sendu, berharap Jungkook luluh dan tidak ada kelanjutan dalam emosinya. "Sayang, aku minta maaf. Aku tadi hanya kesal karena kamu terus saja mengabaikanku."
Jungkook memutar bola matanya, lalu membalikkan badannya, hingga mau tidak mau Elsa langsung memeluk Jungkook dari belakang, menahan tubuh gagah itu dengan lingkaran tangannya. "Jangan marah. Apa aku salah kalau ingin diakui sebagai istrimu," sendu Elsa.
Jungkook memejamkan matanya, sedikit merematnya tangan Elsa yang melingkari perutnya, " Tidak salah, akan tetapi itu tidak akan pernah terjadi. Kamu harus ingat perjanjian di antara kita." Elsa terkesiap, melepas spontan tangannya yang melingkari perut Jungkook.
Baru saja Elsa mau berbicara, pintu ruangan Jungkook di ketuk seseorang. "Masuk ...."
Yoongi masuk seraya membungkuk sopan, memberi kode pada Jungkook kalau ada seseorang yang datang ingin bertemu dengannya.
Jungkook langsung memberi jarak pada Elsa, saat mengetahui siapa sosok di balik pintu, yang hendak masuk ke dalam ruangannya.
***
"Aku ikut." Taehyung dengan wajah datarnya langsung masuk ke dalam mobil Seokjin. Membuka pintu belakang dan duduk di kursi penumpang.
Seokjin mengernyit bingung. Menoleh ke belakang, sedangkan Erika mendelik kaget. "Ke-kenapa harus ikut?"
Dari tatapannya, terlihat sekali kalau Erika tidak nyaman. Taehyung memasang wajah acuh, tetapi dalam hatinya ada kekesalan yang bergemuruh.
"Hum, tumben. Biasanya juga kalau di ajak keluar nggak mau," timpal Seokjin.
"Sudahlah, cepat berangkat. Aku hanya sedang bosan di rumah, apalagi ditinggal sendirian."
Seokjin semakin dibuat bingung oleh adik bungsunya itu, Taehyung yang ia kenal selama ini malah sangat tidak menyukai keramaian dan lebih cenderung suka menyendiri dan menghabiskan waktu sendiri.
Bahkan selama tinggal di Jerman pun, dia juga jarang di rumah orangtuan mereka, karena Taehyung bilang lebih nyaman tinggal sendiri di apartemen pribadinya.
"Ayo, berangkat. Tunggu apa lagi."
Mau tidak mau, Seokjin langsung menginjak pedal gas nya, sesekali menatap kaca kecil di depannya.
Tanpa sengaja, melihat Taehyung yang menatap Erika begitu intens. Seokjin termenung.
.
.
.
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
🔞KARMA is REAL
FanfictionADULT⛔ RATE 21+++ SEBELUM BACA FOLLOW DULU, guys! "Kamu hanya milikku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskanmu. Aku bisa menghabisi siapa saja di antara mereka yang berusaha merebutmu dariku." Jeon Jungkook. "Aku berjanji tidak akan perna...