📚Happy Reading📚
________________________________________________Pria tampan dibalut kemeja putih serta setelan jas hitam dengan dasi merah melingkari apik lehernya itu tampak menghelakan napasnya sesaat setelah keluar dari bandara.
Rintikan kecil mulai jatuh yang tanpa menunggu lama menghujam semakin deras.
Tangan kanannya sibuk merogoh saku celana bahannya, mengeluarkan benda pipih yang bisa di perkirakan harganya cukup fantastis dari dalam sana.
"Sebaiknya aku tidak perlu menghubungi, Hyung. Aku akan pulang menggunakan taksi saja."
Pria itu bergumam lalu mengurungkan niatnya untuk mendial nomer seseorang di sana.
Dia memang baru saja menginjakkan kakinya kembali di tanah kelahirannya, setelah beberapa tahun terakhir ini memilih untuk tinggal bersama dengan kedua orangtuanya serta kakak sulungnya di Jerman.
Bukan tanpa alasan dia kembali ke negeri ginseng itu, karena kakak keduanya sedang membutuhkannya bantuannya dalam mengurusi proyek besar.
Selama ini kakak keduanya itu sibuk mengembangkan perusahaan yang di wariskan oleh kakeknya dari papa kandungnya.
Sedangkan kakak sulungnya, diberikan tanggung jawab untuk mengurusi perusahaan milik papa sambungnya yang berada di Jerman.
Meskipun sepak terjangnya patut di acungi jempol dan tidak mampu di anggap remeh oleh siapapun, nyatanya dia sendiri lebih suka berada di urutan kedua.
Terbukti tender bernilai ratusan juta dollar itu berhasil dia menangkan.
"Tuan, taksi ....?"
Sebuah mobil berhenti tepat di depan pria itu, pun tanpa menunggu lama pria tampan itu langsung memasukkan tubuhnya ke dalam kendaraan roda empat itu, membiarkan sang supir memasukkan kopernya ke dalam bagasi.
"Kita kemana, Tuan?"
"Antar aku ke alamat ini."
Supir itu mengangguk paham. Cukup tercengang karena alamat yang di berikan oleh penumpangnya itu adalah kawasan elite yang tidak sembarangan orang bisa tinggal di sana.
Selama perjalanan pria itu hanya diam, sibuk merileksasikan pikirannya, matanya terpejam dengan kepala sengaja disimpan untuk bersandar nyaman.
Perangainya sendiri memang sangatlah dingin juga kelewat irit bicara, sekali bicara lontaran itu menguar penuh sirat mematikan yang terasa mencekik lawan bicaranya, bahkan bisa di katakan sikapnya sedikit arogant untuk ukuran wajah tampannya yang terlihat penuh dengan karisma.
Dugh!
"Akh ..."
Pria itu mengaduh sakit saat kendaraan yang di tumpangnya tanpa bibuba mengerem mendadak.
Aura dinginnya seketika memancar penuh maksud, di antara ketiga saudara itu, si bungsu memanglah yang paling berbeda.
Siapapun yang melihatnya air wajahnya saat ini pasti akan langsung bergidik ngeri karena ketakutan mendapat tatapan mematikan yang seolah siap menelan apapun di hadapannya secara hidup-hidup.
"Ada apa?!"
Suara bariton memberat itu sukses merusuk ke indera pendengaran sang supir, salivanya bahkan sampai kesusahan untuk tertelan saat secara mendadak kegugupan itu menyergapnya.
"I-itu Tuan, di depan ada orang. Hujannya sangat deras, saya tidak bisa melihatnya dengan jelas jadi saya refleks menginjak rem."
Sepasang mata hazel itu memicing, "Bunyikan klaksonnya," titahnya dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
🔞KARMA is REAL
FanfictionADULT⛔ RATE 21+++ SEBELUM BACA FOLLOW DULU, guys! "Kamu hanya milikku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskanmu. Aku bisa menghabisi siapa saja di antara mereka yang berusaha merebutmu dariku." Jeon Jungkook. "Aku berjanji tidak akan perna...