CHAPTER.11

465 47 0
                                    


                        📚Happy Reading📚
________________________________________________

Jungkook seketika terperanjat. Ia baru saja terbangun dari mimpi buruknya. Semuanya tampak begitu nyata, benar-benar menggambarkan kejadian tiga bulan yang lalu.

Napasnya Jungkook begitu memburu, peluh keringat membasahi sekujur tubuhnya.

Sontak saja hal itu membuat Elsa yang tidur di sampingnya, langsung ikut terbangun saat mendengar Jungkook berteriak.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" panik Elsa.

Wanita itu segera menyalakan lampu lalu mengambilkan minum untuk Jungkook.

Pria itu terlihat gusar, bahkan saat meminum air putih sampai tersedak. "Uhuk ... Uhuk ..."

"Hati-hati, sayang." Elsa dengan segala kelembutannya, menepuki pelan punggung Jungkook. "Kamu mimpi buruk, lagi?" tanyanya dengan raut bingung.

Ini bukan kali pertama, Jungkook terbangun karena mendapati mimpi buruk, tetapi suaminya itu tidak pernah mau menceritakan padanya tentang apa yang ada di dalam mimpinya.

Tentu saja hal itu membuat Elsa cukup curiga. Pasalnya, selalu saja ada nama Erika yang terselip di sana. Elsa sendiri terkadang dibuat bingung oleh sikap Jungkook, yang kadang baik, kadang dingin dan kadang emosinya meledak tak terkendali.

Yang jelas untuk saat ini, Elsa akan menjadi sosok penurut dan tidak penuntut sampai akhirnya dia dinyatakan positif hamil. Baru setelahnya dia akan mengatur rencana agar Jungkook bisa sepenuhnya bisa dikuasainya.

"Hm, aku tidak apa-apa. Lebih baik kamu tidur lagi, aku mau keluar sebentar," ucap Jungkook.

"Kamu mau kemana?" tanya Elsa saat Jungkook beringsut dari ranjang.

"Hanya mencari angin," jawabnya singkat.

"Aku temani, ya?" Elsa memasang wajah manis, tetapi langsung mengangguk patuh saat Jungkook menatapnya tajam.

***

Erika sama sekali tidak bisa tidur, sudah berjam-jam dia berdiam diri di pinggiran balkon dengan tatapan fokus menatap ke arah langit bertabur bintang.

Banyak hal yang ia fikirkan, masa depannya, perceraiannya, orangtuanya dan tentunya juga tentang pria Jeon itu sendiri.

Jeon Jungkook. Pria itu, sampai detik ini, nyatanya masih sepenuhnya ada di dalam fikiran dan juga hatinya.

Sungguh, tidaklah mudah melupakannya, sekalipun rasa sakitnya masih jelas begitu terasa.

Erika dan Jungkook berpacaran selama tiga tahun, sebelum akhirnya Jungkook memutuskan untuk menikahinya setelah lulus kuliah. Sayangnya, pernikahan mereka harus kandas di usia yang baru saja menginjak tahun ke-lima. Benarkah ini semua harus kandas?

Selama delapan tahun bersama, banyak sekali kenangan yang mereka lewati berdua. Mungkinkah Jungkook bisa dengan mudah melupakannya?

"Saya Jeon Jungkook, siap menerima segala kekurangan dan juga kelebihan Erika Lee sebagai istri saya. Menjadikannya satu-satunya wanita yang saya cintai dan berjanji akan selalu membahagiakannya dan tidak akan pernah menyakiti ataupun mengkhianatinya."

Plak!

"Atau aku akan benar-benar menceraikanmu, Erika Lee!"

Potongan-potongan kalimat itu kembali menyayat hatinya saat alam bawah sadarnya kembali membawanya pada moments indah dan juga moments pahit dalam hidupnya.

Erika menangis, menangisi takdir hidupnya.

Kenapa hidupnya bisa seperti ini. Suaminya yang begitu ia cintai dan juga di percayainya, kenapa dengan tega menghianatinya. Bahkan berkhianat dengan sahabatnya sendiri.

Mungkinkah Jungkook pernah sekali saja memikirkannya setelah pergi dari rumah malam itu atau pria itu begitu menikmati kesenangannya tanpa memikirkannya sedikitpun?

"Haahh ...."

Erika membuang napasnya berat. Lalu terburu menyeka air matanya, merasa bodoh karena lagi dan lagi menangisi pria brengsek yang kenyataannya mungkin kini tengah bahagia di atas penderitaannya.

Wanita itu mengusap-usap lengannya sendiri, saat hembusan angin menerpa cukup kencang, sampai akhirnya merasa hangat saat seseorang datang dengan meletakkan selimut hangat di kedua sisi bahunya.

"Kenapa belum tidur?"

Erika berbalik, spontan tersenyum tipis.

"Oppa terbangun?" tanya Erika.

Seokjin menggeleng, lalu membuka tangannya untuk merengkuh tubuh Erika. "Aku bahkan belum tidur. Kenapa kamu disini, menangisinya lagi?"

Erika merasakan kenyamanan, di sana, di antara dada bidang Seokjin, kepalanya menggeleng pelan, menepis tuduhan Seokjin meskipun kenyataannya adalah benar adanya. "Aku tidak bisa tidur," bohongnya.

Seokjin tertawa lirih, ada kesan remeh di sana. "Adik kelas nakal, haruskah kamu membohongiku? Ayo masuk, disini sangat dingin," ujarnya. Lalu membawa Erika masuk tanpa menunggu persetujuan wanita itu terlebih dahulu.

Saat ini sudah hampir jam dua belas malam, rumah mewah itu begitu sepi. Sebenarnya ini waktunya istirahat, tetapi Seokjin malah mengajak Erika untuk menuruni tangga dan membawanya ke dapur.

"Kenapa malah membawaku kesini?" tanya Erika bingung. Seokjin mendudukkan wanita itu pada kursi yang berada tidak jauh dari pantri dapur.

"Taehyung bilang, kamu belum makan malam, tadi. Kamu tidak suka menunya? Kamu mau makan apa, biar aku yang masakin ...."

Mendengar nama Taehyung, seketika membuat Erika langsung mendengus, tidak suka.

Dia langsung teringat kejadian di kolam renang yang menurutnya sangat memalukan, hingga membuatnya entah kenapa jadi sangat membenci putra bungsu keluarga Kim itu.

"Oppa, lebih baik aku menjadi office girl. Aku tidak mau menjadi sekretarisnya, Kim Taehyung."

.

.

.
Bersambung

🔞KARMA is REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang