📚Happy Reading📚
________________________________________________"Hahahaha ...."
Akhirnya, Jimin hanya mampu tertawa sumbang, setelah melihat kepergian Hyungsik dari apartemennya.
Pria paruh baya itu tampak tergugu dan tidak mampu berkata-kata lagi saat Jimin berteriak lantang dengan membawa tatapan permusuhan penuh dengan kebencian.
Tidak sadar, air matanya dengan lancang tiba-tiba jatuh saat tawanya menguar penuh keputusasaan.
Hoseok yang menyadari tubuh Jimin hampir kehilangan keseimbangan, langsung berlari untuk menopangnya.
Membawa tubuh ringkih itu untuk berposisi nyaman di atas sofa. Hoseok sudah cukup mengenal lama Jimin.
Meskipun Hoseok jauh lebih tua dari Jimin, pria itu begitu menghormati Jimin sebagai Tuannya.
Tidak perduli seburuk apa Jimin di mata orang lain, baginya Jimin tetaplah dewa penolongnya, karena kebaikan Jiminlah ibunya yang sekarat setelah mengalami kecelakaan tabrak lari, akhirnya bisa selamat dan bahkan bisa hidup layak sampai saat ini.
Hal itulah yang membuat Hoseok begitu merasa berhutang budi pada Jimin.
Terkadang seseorang memang bisa dengan mudah menilai, tanpa berusaha ingin jauh lebih banyak dalam mengenal.
"Kau lihat, Hossi ... Dia bahkan tidak pernah mau mengerti akan keinginan dan juga perasaanku. Kebahagiaanku seakan bukanlah hal penting baginya. Tapi jika sudah menyangkut Jungkook, dia benar-benar buta, seolah melupa jika anak itu hanyalah anak sambungnya, sedangkan aku jelas-jelas adalah anak kandungnya sendiri."
Hoseok tak sanggup mendengar suara parau Jimin. Bulir bening merebak di sekitaran kelopak matanya.
"Sudah, Tuan. Hidup terus berjalan, suatu saat pasti akan ada masa dimana kebahagiaan sepenuhnya menjadi milik anda. Lebih baik anda segera minum obatnya, Dokter Hwang mengatakan agar anda tidak boleh melewatkan jadwal obat untuk anda konsumsi," ujar Hoseok.
"Hiks, aku lelah, Hossi ... Aku butuh Erika, dialah obatku yang sebenarnya."
***
Hyungsik sudah sampai di mansionnya, wajahnya terbaca sangat gelisah. Bingung sekali harus bagaimana.
Apa dia harus mempercayai Jimin?
Tapi Jungkook sendiri bilang, kalau Erika sedang tidak enak badan makanya beberapa minggu terakhir ini tidak pernah datang berkunjung.
Hyungsik fikir Erika sedang berbadan dua, karena melihat Jungkook tersenyum saat mengatakan kalau menantunya itu sedang tidak enak badan.
"Yeobo, kamu sudah pulang?"
Kalimat itu mengudara dari pita suara sang istri, sontak saja membuat lamunan Hyungsik buyar sepenuhnya.
Hyuna, istrinya, ibu kandung Jungkook, yang mulai kehilangan sebagian rambutnya itu tampak berjalan perlahan menghampirinya, di temani wanita paruh baya di sebelahnya.
"Istriku, kamu habis dari mana? Jangan membuat dirimu lelah, harusnya kamu istirahat saja." Hyungsik membawa tatapan cemas, langsung bangkit dan mengambil alih Hyuna untuk dipapahnya agar bisa duduk di atas sofa."Haha, Suamiku kamu terlalu berlebihan. Jangan memperlakukan aku seperti orang sakit. Aku bisa berjalan sendiri, aku sehat," ungkapnya, sembari tertawa.
"Iya, kamu memang sehat. Tapi tetap saja harus banyak istirahat."
"Hm, suamiku aku ingin pergi," pinta Hyuna.
"Pergi, kemana?"
"Aku ingin ke rumah Jeon, aku sangat merindukan Erika."
Tak!

KAMU SEDANG MEMBACA
🔞KARMA is REAL
FanficADULT⛔ RATE 21+++ SEBELUM BACA FOLLOW DULU, guys! "Kamu hanya milikku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskanmu. Aku bisa menghabisi siapa saja di antara mereka yang berusaha merebutmu dariku." Jeon Jungkook. "Aku berjanji tidak akan perna...