CHAPTER.21

402 38 0
                                    


                        📚Happy Reading📚
________________________________________________

Sepasang manik jelaga itu menatap nanar saat kendaraan roda empat itu berlalu meninggalkan gerbang. Jungkook bergeming di tempatnya terduduk dengan sekujur tubuh kesakitan.

Seokjin, pria Kim itu meskipun usianya lebih tua satu tahun darinya, Jungkook yakin bisa dengan mudah menghabisinya.

Akan tetapi, pria yang ia kenal dengan nama Johannes Vante itu sepertinya memang bukanlah lawan yang bisa ia remehkan.

Bukan hanya masalah otak tapi juga fisik.

Pertanyaannya, kenapa saingan bisnisnya di Jerman itu bisa ada disini? Di rumah Seokjin?

"Arggh!"

Jungkook berusaha menggerakkan kakinya, namun sekali lagi, keinginannya untuk mengejar sang istri harus pupus, saat ponsel Erika yang memang selama ini selalu ia bawa tiba-tiba mengeluarkan bunyi yang cukup nyaring.

Jungkook ingin mengabaikannya, sayangnya ponsel itu tidak hanya berbunyi sekali, melainkan berkali-kali.

Jungkook mendudukkan tubuhnya dengan usaha cukup keras, kesusahan, badannya benar-benar terasa remuk, setiap inchiya begitu nyeri.

Desisan maupun ringisan terus saja menguar lemah dari belah bibirnya yang terbuka.

Tetes demi tetes cairan merah kental berbau anyir itu masih terus mengalir. Wajah tampan itu sepenuhnya berubah mengenaskan.

Klik!

"Ha-halo, Nyonya muda ...."

"Akh! Halo ...." Jungkook mengudarakan suaranya cukup pelan, membuka mulutnya saat ini sungguh sangat membutuhkan usaha cukup extra.

"Tu-tuan, apa ini tuan muda ...?" tanyanya di seberang. Terdengar suara seseorang di sana sedikit bergetar, Jungkook mengernyitkan dahinya.

Matanya menyipit, lalu mengarahkan tangan kanan yang menggegam benda pipih canggih itu untuk sekadar menemukan siapa gerangan yang tengah menelponya.

Dan jawabannya, telepon rumah.

"Ssshhh ... Ahjumma ... Ada apa menelepon?" tanya Jungkook balik, seraya membawa tubuhnya yang babak belur itu untuk berdiri, berjalan ke arah mobil yang ia parkirkan tepat di samping pagar mansion Seokjin.

Dua orang penjaga yang ada di pos depan mansion Seokjin, hanya mampu menatap pria Jeon itu yang berjalan tertatih-tatih tanpa memiliki keinginan untuk sekadar memapahnya sama sekali.

Yang benar saja, bahkan jika mereka diberikan wewenang, pastilah kedua penjaga itu akan menggebuki Jungkook hingga meregang nyawa karena tadi berani melukai majikan mereka hingga tak sadarkan diri.

"I-itu Tuan, sshhh ... Tu-tuan dan Nyonya besar sekarang ada di rumah, Tuan muda," lirih Ahjumma.

Suaranya menguar antara gugup dan juga takut. Telapak tangan kanannya memegang gagang telepon gemetar, sedangkan tangan kirinya membungkam mulutnya sendiri.

Berusaha sedikit meredamnya, alih-alih takut jika sampai suaranya di capai rungu kedua pasangan suami istri yang kini tengah berselesah di ruang keluarga.

Jungkook yang baru saja mendudukkan tubuhnya di kursi mobil, spontan membelalakkan kedua bola matanya.

"Mak- maksud, Ahjumma? Coba ulangi dan katakan padaku dengan jelas," pinta Jungkook dengan suara seraknya, yang mengira dirinya sedang salah dengar.

"Tuan dan Nyonya muda sed---"

"Ahjumma, anda sedang menelepon siapa? Menelepon Jungkook atau Erika?"

🔞KARMA is REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang