22

1.4K 60 0
                                    

Jeva melirik sekitar, halaman rumah ini sudah berubah, tidak seperti saat ia datang ke sini dua bulan lalu. Halaman yang tadinya isinya hanya rerumputan saja, sekarang sudah diisi beberapa tumbuhan berbuah dan berbunga. 

Jeva tersenyum tipis, tangannya merentang menikmati udara sejuk di halaman itu. Seorang pemuda menepuk pundak Jeva, membuat sang empu terusik.

"Apa si Jep?" tanya Jeva.

Jevian menggeleng kecil, cowok itu sedari tadi memperhatikan pacarnya yang tengah menikmati udara di halaman.

"Ayo masuk," ajak Jevian.

Ya, halaman itu adalah halaman di kediaman Altheir. Kediaman Altheir sengaja membuat taman luas di depan rumahnya. Bahkan kalau ingin sampai di rumah tersebut, mereka harus mengendarai motor atau mobil.

Luas taman itu bahkan melebihi lapangan di SMA Juanda. Yang membuat taman itu tentu saja sang nyonya Altheir yang sangat suka berkebun.

Semua tanaman yang ditanam disini adalah tanaman yang diusulkan oleh nyonya Altheir.

Jika tumbuhan yang berbuah sudah matang, buahnya akan dibagikan dan ada juga yang dijual. Tentu saja yang menjual adalah para tukang kebun di kediaman Altheir.

Tukang kebun disini tidak hanya berjumlah satu atau dua orang saja. Melihat luasnya taman tersebut, akhirnya nyonya Altheir memutuskan untuk mempekerjakan lebih dari 10 orang.

Tentu saja nyonya Altheir dengan senang hati menambah beberapa tukang kebun. Siapa sih yang tidak kasihan melihat satu atau dua orang yang mengurus taman seluas itu? Nyonya Altheir yang memang memiliki sifat welas asih pun tidak sanggup melihat tukang kebun itu kelelehan.

Mari kita kembali pada Jeva dan Jevian. Mereka kini sudah sampai di mansion Altheir. Saat sampai di depan pintu, beberapa maid dan bodyguard sudah menyambut kedatangan mereka.

Jeva dan Jevian melangkah masuk, Jeva beberapa kali menyapa mereka yang menyambut kedatangan ia dan Jevian.

Tujuan Jeva dan Jevian kesini karena nyonya Altheir ingin kedua remaja itu berkunjung ke rumahnya. Jevian sang anak memang tidak tinggal di kediaman Altheir. Cowok itu lebih memilih tinggal di rumah yang ia beli dengan menggunakan uang hasil kerja kerasnya sendiri.

Nyonya dan tuan Altheir pun tidak masalah. Mereka malah bangga melihat anak mereka yang bekerja keras demi bisa membeli apa yang ingin ia beli.

"Aaa! Jeje! Kakak kangen banget sama kamu," ucap seorang wanita yang baru saja turun dari tangga.

Wanita itu tadinya ingin ke taman untuk memetik buah disana, namun saat melihat Jeva dan Jevian akhirnya ia mengurungkan niatnya.

"Jeje juga kangen kak Rose," ucap Jeva.

Rossie Madelva Altheir. Anak pertama dari pasangan Johannes Altheir dan Reisa Maldeva Altheir.

Anak Johan dan Reisa ada lima. Tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki. Yang pertama adalah Rossie Maldeva Altheir, yang kedua Rossana Maddy Altheir, yang ketiga Joseph Maldeva, yang ke empat Rianna Altheir dan yang terakhir Jevian Altheir.

Marga anak keluarga Altheir memang ada marga Maldeva. Maldeva sendiri adalah marga dari keluarga Reisa.

Selain keluarga Jeva saja yang memiliki anak kembar, keluarga Altheir juga punya. Bedanya anak kembar itu tidak identik. Yang satu perempuan, yang satu laki-laki.

Maddy dan Joseph adalah anak kembar. Kenapa nama Joseph tidak ada marga Altheir? Karena rencananya Joseph akan menjalankan bisnis keluarga Maldeva.

Kenapa tidak yang lain? Karena mereka tidak ada yang mau. Terutama Jevian, cowok itu jika tidak dipaksa melanjutkan bisnis ayahnya, dia tidak akan mau. Sedangkan anak yang perempuan, tentu saja tidak minat menjalankan bisnis. Mereka lebih suka membuka Cafe atau restoran.

"Udah acara peluk-pelukannya," ucap Reisa.

Jeva terkekeh, dia langsung berlari memeluk Reisa. Wanita paruh baya itu tersenyum kala calon menantunya memeluk dirinya.

Meskipun lima hari yang lalu ia bertemu dengan Jeva, tapi rasa rindu benar-benar tidak bisa disangkalnya. Apalagi ia dan Jeva jarang bertemu.

"Kangen tau bun," adu Jeva.

Reisa terkekeh pelan. Jeva ini memang manja padanya, bahkan bisa dibilang Reisa ini mama kedua Jeva.

Jika dengan Ivy, Jeva sangat jarang bermanja dengan mama kandungnya itu. Ivy selalu sibuk bekerja mendampingi suaminya. Bahkan terkadang, Ivy juga akan bekerja di butik miliknya. Hal itu tentu mengurangi waktu kebersamaannya dengan sang anak.

"Makanya tinggal sama bunda aja," ucap Reisa bercanda.

Jevian memutar bola matanya malas. Yang dimaksud tinggal oleh bundanya ini adalah Jeva disuruh menikah dengan Jevian secepatnya agar Jeva bisa tinggal lebih lama di kediaman Altheir.

"Dianya mau kuliah dulu kali bun," sahut Jevian.

Rossie yang tengah menyimak pun mengernyitkan dahinya. "Emang kamu mau kuliah dimana Je?" tanya Rossie.

Jeva melepaskan pelukannya dari Reisa, dia menatap Rossie lalu berdehem.

"Rencananya sih mau kuliah di luar negeri kak, soalnya aku udah rencanain dari dulu," ucap Jeva dengan senyuman tipis.

Rossie mengangguk, tidak ada salahnya sih. Tapi berbeda dengan Rossie, Reisa malah nampak khawatir. "Kamu gak akan ninggalin Jevian kan? Nanti Jevian bunda suruh kuliah sama kamu deh."

Jeva tiba-tiba tertawa. Ia merasa lucu dengan ucapan Reisa. Dia tahu bunda Jevian itu mengkhawatirkan dirinya, dan yang paling wanita paruh baya itu takuti adalah Jeva berpaling dari anak bungsunya.

"Jejep katanya mau kuliah disini aja bun, gak papa kok kalo aku kuliah sendiri. Lagian aku gak bakal oleng ke cowok lain," ucap Jeva.

Reisa masih saja tidak percaya. Hati setiap orang pasti mudah berubah jika tuhan sudah menakdirkan. Dia hanya takut kehilangan calon mantu seperti Jeva.

Reisa juga khawatir kalau nanti anaknya patah hati saat Jeva meninggalkan anaknya itu. Tentu saja Reisa tahu, Jevian sangat menyayangi Jeva. Dulu saat tahu Jeva pulang bersama dengan Sandy sepupu Jevian pun cowok itu mogok makan.

Alhasil Reisa memanggil Jeva untuk membujuk anaknya itu. Maklum saja, Jevian dulu belum terlalu mengenal Jeva. Dia terlalu takut kalau cewek itu berpaling darinya.

"Serius lo gak bakal oleng?" tanya Jevian.

Cowok itu sengaja bertanya supaya bundanya mau membujuk Jeva agar ia bisa satu kuliah dengan cewek itu. Meskipun Jevian sendiri ingin kuliah di Indonesia saja, tapi ia juga tidak akan membiarkan pacarnya kuliah sendiri di luar negeri.

"Lo gak percaya sama gue?" mata Jeva memicing curiga.

Reisa tersenyum tipis. Dia menatap kedua remaja di depannya dengan tatapan geli, meskipun sudah terbiasa dengan tingkah kedua remaja itu tapi tetap saja ia merasa lucu melihat kedua remaja itu yang seringkali bertengkar kecil.

"Udah ah jangan berantem," ucap Reisa.

Reisa langsung menggandeng lengan Jeva, lalu melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. "Kalo berantem lagi, bunda pastiin besok kalian nikah."







Hayoloh mau dinikahin
Enak deh punya mertua kaya tante Reisa. Kalian mau ga punya mertua yang kaya gitu? Jujur aja author mau hehe:)
-TBC-

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang