"Jeva dateng ke kantor gue, tapi gue masih bahas pekerjaan sama sekretaris gue."
Ya, setelah Jay pulang Jeva memang pergi ke kantor Jevian. Ia ingin melihat langsung kantor laki-laki itu karena selama ini ia belum pernah ke kantor Jevian.
Namun, saat sampai disana ternyata Jevian sedang bersama sekretarisnya. Akhirnya Jeva memilih untuk menunggu, namun kejadian tak terduga terjadi.
Sekretaris Jevian itu perlahan duduk di pangkuan Jevian, Jeva tentu marah melihatnya. Dan wanita itu langsung menarik sekretaris Jevian menjauh dari Jevian. Tapi siapa sangka kalau sekretaris itu membalas dengan mendorong Jeva hingga kepala gadis itu membentur ujung meja, tak hanya sekali, sekretaris Jevian kembali mendorong Jeva hingga perut Jeva rasanya begitu sakit.
Jevian kalap, ia langsung membawa Jeva dan menyuruh asistennya untuk memecat sekretarisnya. Tapi siapa sangka selama perjalanan Jeva selalu menggumamkan nama Jay hingga wanita itu tak sadarkan diri.
Kejadian itu menyebabkan Jeva kehilangan banyak darah, bahkan wanita itu harus melahirkan anaknya. Padahal waktu melahirkannya masih seminggu lagi.
Jay yang mendengar keseluruhan cerita itu berniat memukul Jevian, namun ucapan dokter yang menyuruhnya masuk ke ruangan Jeva diwarat pun menghentikan aksinya.
"Jay.."
Sesampainya di dalam Jay terkejut sekaligus senang saat melihat mata Jeva yang tadi terpejam kini terbuka.
"Iya Je kenapa? Mana yang sakit?"
Jeva menggeleng pelan sambil tersenyum.
"Jay, jangan salahin siapapun ya. Terutama Jevian. Dia gak salah," ucap Jeva.
Jay mengepalkan tangannya, cinta Jeva sebesar itu pada Jevian hingga melarang dirinya untuk membalas? Padahal laki-laki itu juga yang menyebabkan Jeva terluka.
"Kenapa?"
Jeva tersenyum tipis.
"Ini udah takdir Jay." Jeva menarik napas pelan lalu menghembuskannya perlahan.
"Jay, aku pengen liat anak kita lahir."
"Kamu bisa lihat dia Je, dia kan mau lahir sebentar lagi," ucap Jay.
Jeva hanya terdiam, namun kemudian wanita itu menyungging senyuman manis.
"Jay, aku sangat berharap anak kita lahir. Dia pasti tampan kayak kamu," ucap Jeva.
Jay tertawa pelan.
"Gen aku emang tampan Je, kenapa dia gak perempuan aja ya? Kalau dia perempuan kan, aku bisa liat kamu di anak kita."
Jeva terkekeh pelan.
"Kalo dia perempuan, kamu harus jagain dia dengan ketat. Takutnya dia niruin sifat aku," gurau Jeva.
"Jangan niruin sifat kamu, mending niruin sifat aku aja," ucap Jay.
Jeva mendengus.
"Kalo ngikutin sifat kamu, dia bakal nyebelin kayak papanya."
Jay tertawa. Jeva benar, ia memang menyebalkan dan sering membuat cewek itu kesal padanya. Tapi sifatnya lah yang membuatnya berhasil dekat dengan Jeva.
Jeva yang melihat Jay tertawa hanya bisa mengulas senyuman tipis, ia senang melihat wajah laki-laki itu tidak lagi sesuram saat mereka bertemu tadi.
"Jay, aku pengen minta sesuatu sama kamu. Tapi aku--"
"Minta aja Je, aku akan selalu nurutin apa yang kamu mau," potongnya.
"Jangan sedih."
"Hah?"
"Jangan sedih apapun yang terjadi nanti, aku gak mau lihat wajah kamu sedih. Janji sama aku kalo kamu bakalan bahagia nantinya," ucap Jeva.
Perasaan Jay mendadak tak enak.
"Tergantung Je, kalo kamu ada aku akan selalu bahagia karena bahagianya aku itu cuma kamu Je."
Tangan Jeva yang setengah lemas itu langsung menarik baju Jay hingga wajah laki-laki itu berada dekat dengan wajahnya.
Jeva dapat menangkap tatapan terkejut dari Jay, namun sedetik kemudian Jay kembali dibuat terkejut oleh tingkah Jeva.
Kedua bibir itu menyatu dengan sempurna, ciuman yang biasanya dilakukan oleh laki-laki lebih dulu, kini Jeva yang melakukannya. Bahkan cewek itu memimpin permainan.
Dokter dan suster yang berada disana memilih keluar daripada melihat adegan di depan mereka. Sedangkan Jay yang tadi terkejut nampak menikmati permainan.
"Emh.."
"Je," panggil Jay dengan suara serak. Laki-laki itu berada di puncak gairah namun masih memiliki batasan untuk tidak melanjutkannya.
"Maaf Jay, aku cuma kangen sama kamu."
Sudah mau melahirkan saja anaknya kembali bertingkah. Untung saja bisa menahan gairahnya agar mereka tidak melakukan hal lebih.
"Gak papa Je, kalo kamu udah sembuh nanti kita bisa lakuin hal yang lebih," gurau Jay dan dihadiahi pukulan oleh Jeva.
"Kamu nih!"
Jay tertawa dengan entengnya.
"Untuk semua kesalahan aku, aku minta maaf sama kamu Jay. Maaf juga gak bisa jadi yang terbaik saat aku masih menjadi istri kamu, aku gak tau harus kayak gimana lagi untuk menghilangkan rasa bersalahku ini. Aku sangat berharap aku bisa melihat anak kita," ucap Jeva dengan lirih namun Jay masih dapat mendengarnya.
"Kamu bisa Je."
Entahlah Jay, meski nanti aku gak bisa lihat anakku tapi aku harap. Aku bisa melahirkan anak kita Jay.
"Kalo nanti aku gak bisa nemenin dia, tolong gantiin aku Jay. Dan kamu, jangan berlarut dalam kesedihan."
"K-kalau kehidupan kedua itu ada, aku berharap kita bisa bersama selamanya."
Detik itu juga tubuh Jeva kejang-kejang, dengan panik Jay langsung memanggil dokter yang masih berada diluar. Jay terdiam menatap Jeva yang tengah ditangani dokter, ia tidak di perbolehkan berada di dalam.
Beberapa menit kemudian dokter beserta suster keluar dari ruangan Jeva.
"Gimana keadaannya dok?"
"Maaf pak, anak beserta sang ibu meninggal dunia."
Dunia Jay hancur detik itu juga. Wanita dan anak yang paling ia sayangi itu sudah meninggalkannya. Bagaimana ia bisa bahagia jika dua kebahagiaannya kini terenggut?
Jay langsung berlari meninggalkan keluarga Jeva yang tengah menangis, ia bisa mendengar Reza mengejarnya.
Jika kebahagiaannya tiada, bukankah ia harus menjemput kebahagiaannya agar ia bisa merasakan kebahagiaan?
Kalaupun kehidupan kedua itu gak ada, aku akan tetap bersama kamu Je.
"JAY!"
Cinta bisa membuat kita menjadi bodoh. Apapun akan kita lakukan untuk orang yang kita cintai, tapi tidak semua cinta itu membuat kita menjadi bodoh.
Kisah Jay bukan lah kisah cinta yang indah. Ia sudah merasakan sakit hati sebelum memiliki, setelah merasakan bahagia kini ia kembali merasakan sakit. Lagi dan lagi ia kehilangan wanita yang paling ia cintai. Tapi kini berbeda, ia kehilangan Jeva untuk selama-lamanya. Bahkan ia juga kehilangan anaknya.
Dunia Jay sudah hancur. Kebahagiaannya sudah pergi. Dan laki-laki yang tulus mencintai Jeva itu ikut pergi menyusul Jeva. Cinta laki-laki itu memang tulus, tapi laki-laki itu menjadi bodoh saat kehilangan.
-SELESAI-
KAMU SEDANG MEMBACA
2J [Jeva dan Jevian]
Teen Fiction[PLAGIAT JAUH-JAUH! KARYA INI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI!] Dibuat: 2021 Publish: 2022 Orang bilang, Jeva itu orangnya kalem. Tapi menurut teman-temannya, Jeva itu cerewet. Jevanie Nadeera Lalubis. Cewek dengan sejuta pesona yang sifatnya cerewet, bisa...