45

949 50 0
                                    

"Maaf ya susu, aku oleng dulu."
(Jeje)




_________

Jeva kini tengah berada di toko buku, ia tengah menemani laki-laki yang menjadi pacarnya untuk membeli buku kesukaannya.

Karena kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya dan disetujui oleh beberapa pihak, akhirnya mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih meskipun hanya sekedar dare.

Ya, mereka berdua adalah Jeva dan Kiano.

Laki-laki itu dengan berani datang ke rumah Jeva untuk mengajak gadis itu pergi ke toko buku.

Tentunya saat sampai di kediaman Lalubis terjadi drama yang amat membagongkan bagi Jeva. Kedua kakaknya Jeva bahkan tak segan-segan menatap sengit Kiano.

Untungnya cowok itu berjiwa baja, jadi ia tidak terpengaruh oleh tatapan dari kedua kakak Jeva itu.

"Lo kesini mau nyari buku apaan si? Dari tadi muterin tempat ini terus," ujar Jeva kesal.

Jeva memang lumayan suka pada buku, tapi jika disuruh untuk mencari buku ia memilih angkat tangan.

Lagi pula ia tidak suka ribet, kalau mau beli buku ya lebih baik dibeliin oleh Joya dan Deva, ia tinggal memberi mereka uang saja.

Kiano yang mendengar keluhan Jeva itupun lantas menghentikan langkahnya. Cowok itu membalikkan badannya ke arah Jeva sambil menatap cewek itu.

"Nyari buku kesukaan gue."

Jeva mengepalkan tangannya kesal.

"Ya buku apa Ano?!"

Bibir Kiano berkedut melihat ekspresi Jeva yang tengah marah malah kelihatan lucu dimatanya.

"Ini," ucap Kiano sambil menunjuk salah satu buku yang tersusun rapi di rak.

Jeva melototkan matanya. Dia menatap Kiano dengan tatapan kesal.

"Ck! Kenapa harus muter dulu sih?!"

Jeva rasanya ingin menenggelamkan cowok di depannya sekarang. Cowok itu berhasil membuatnya lelah hanya karena berkeliling untuk mencari buku tersebut.

Padahal mereka sudah melewati tempat buku yang sekarang tengah mereka tempati sebanyak dua kali. Itu artinya usahanya menahan lelah sia-sia saja.

"Sengaja, biar bisa lama sama lo."

Jeva mengibaskan tangannya merasa kesal pada Kiano. Moodnya seketika anjlok gara-gara laki-laki itu

"Bodoamat gue gak peduli. Gue capek mau pulang."

Kiano menggeleng kecil, cowok itu lantas menggandeng lengan Jeva yang sama sekali tidak dihiraukan si empu.

"Maaf."

Jeva melirik sekilas kemudian menatap ke arah lain, dia sama sekali tidak memperdulikan ucapan maaf dari Kiano.

"Kita beli susu kotak."

Jeva menoleh lagi, dia kemudian menggeleng. Meskipun susu kotak adalah moodbosteernya ketika bete, tapi untuk sekarang dia tidak ingin susu cokelat.

"Oke. Yogurt sama cemilan, kita mampir ke indojuni dulu," ujar Kiano.

Jeva mengernyit. Dia tidak pernah meminum yogurt, dia saja tidak tahu rasa yogurt bagaimana.

Ah tapi terserah pada Kiano saja. Ia akan melihat usaha cowok itu untuk mengembalikan moodnya yang anjlok.

♢♢♢♢

Beberapa menit kemudian, kedua sejoli itu sampai di indojuni yang jaraknya lumayan jauh dari toko buku.

Di daerah itu memang tidak ada indojuni yang dekat, makanya Kiano membawanya ke indojuni yang lumayan dekat.

Cowok itu menyuruh Jeva agar duduk di kursi depan indojuni. Cowok itu tentu tidak tega melihat Jeva kelelahan karenanya.

Tak lama kemudian, Kiano datang membawa beberapa bungkus cemilan. Cowok itu langsung duduk di samping Jeva yang ternyata tengah bermain game.

"Udahan dulu."

Jeva menatap ke samping dimana Kiano tengah menatapnya dengan tatapan serius. Jeva akhirnya meletakkan ponselnya.

"Nih." Tangan Kiano terulur memberikan satu yogurt yang sudah ia buka. Laki-laki itu memberikan yogurt tersebut untuk Jeva.

Jeva menerimanya dengan tatapan penasaran. Pasalnya ia tidak pernah meminum yogurt. Apalagi sampai merasakannya.

"Enak gak sih?" tanya Jeva.

Kiano mengangguk sebagai jawaban.

"Lo cobain deh No, gue takut gak enak," ujar Jeva dengan tatapan anehnya.

Kiano menggeleng kecil merasa lucu akan tingkah gadis itu. Dia kemudian mengambil salah satu yogurt lalu meminumnya.

"Gimana rasanya?" tanya Jeva.

Kiano terdiam sebentar, "Enak. Ada manis dan asam. Perpaduan yang pas buat gue," jelasnya.

Jeva menatap yogurt di tangannya dengan tatapan ragu. Entah mengapa saat Kiano mengatakan rasanya asam, dia jadi tidak ingin meminum yogurt itu.

Melihat tatapan Jeva yang nampak meragu, Kiano lantas berujar. "Yogurt minuman kesukaan gue dari kecil. Awalnya emang bakalan ngira rasanya gak enak karena asam, padahal gak bener. Justru meskipun asam, masih ada rasa manis. Itu sebabnya gue suka sama yogurt, kalo gak percaya lo bisa rasain sendiri."

Jeva menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. Ia dengan perlahan mendekatkan pinggir botol Yogurt ke bibirnya.

Saat Yogurt itu sudah sampai di mulutnya, matanya melebar. "Sumpah. Lo bener ini enak, enak banget!"

Kiano terkekeh kecil, ekspresi cewek itu benar-benar mirip seperti anak kecil yang tengah diberikan hadiah.

Mata Jeva berbinar senang tatkala merasakan rasa yogurt yang ternyata rasanya enak, bahkan hampir seenak susu kotak menurutnya.

"Pabrik yogurt mana si? Gue mau minta sama papa Bara buat beliin pabriknya," ucap Jeva.

Kiano menatap Jeva datar. Kenapa harus membeli pabriknya? Jika membeli di indojuni saja bisa dapat banyak.

Meskipun membeli pabrik juga bisa mendapatkan banyak yogurt, tapi tentu saja harga pabrik pasti mahal.

"Gak usah boros," ingat Kiano pada Jeva.

Kiano tentu tahu sekaya apa keluarga pacarnya itu. Apalagi cewek itu sampai berniat membeli pabrik.

Dulu saja saat kelas 10, gadis itu menghebohkan SMA Juanda karena berniat membeli sekolah itu dengan alasan murid-muridnya banyak yang tidak suka padanya.

Aneh? Tentu.

Tidak hanya itu, Jeva bahkan membeli café depan sekolah hanya karena dirinya sedang gabut.

Hal ini sudah menjadi hal biasa bagi anak SMA Juanda, banyak berita heboh yang disebabkan oleh Jeva. Gadis itu selalu membuat SMA Juanda gempar hanya karena kegabutannya yang sangat tidak wajar.

"Ish! Gue kan mau minum yogurt banyak-banyak dan pastinya gratis," ucap Jeva.

Kiano memutar bola matanya malas. Dia menatap Jeva dengan datar.

"Gue bisa beliin buat lo."

Jeva melirik.

"Oke. Tiap seminggu lo beliin dua kardus yogurt, rasanya tetep kayak gini," ujar Jeva sambil menunjukkan botol yogurt yang ia pegang.

Kiano mengangguk setuju.

"Apapun buat lo."

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang