36

1K 44 0
                                    

Sorry ya lama banget ngepublishnya. Sekolahku udah full day kawan-kawan, jadi gak bisa buat up serutin awal-awalan. Ditambah lagi tugas yang semakin numpuk padahal udah mau pas.

Oh ya, kapan nih kalian pasnya? Kalo aku sih kemungkinan tanggal 22 or 23. Btw buat kalian yang mau pas semangat ya! Semoga bisa naik kelas! Aamiin..

Oke sekian dari aku, selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak.

*tandai typo


***



Pagi harinya, keluarga Lalubis melakukan aktivitas seperti biasanya. Kini mereka tengah sarapan bersama, tentunya dengan ketiga bersaudara yang saling diam-diaman.

Sedari kemarin hingga tadi malam, ketiga saudara itu tidak seperti biasanya yang akan bertengkar kecil dan berakhir baikan.

Raiden yang biasanya membuat ulah pun hanya diam tanpa suara, dia akan berbicara jika penting dan diam jika tidak ada yang mengajaknya berbicara.

Ivy dan Bara pun merasa heran dengan tingkah ketiga anaknya itu, biasanya mereka yang sering meramaikan kediaman Lalubis.

"Kalian kenapa sih?"

Bara melirik istrinya yang tengah menatap ketiga anak mereka dengan tatapan heran, kemudian tatapan Barat beralih pada Jean yang nampak santai menyantap sarapannya.

"Je, coba jelasin ke mama kalian kenapa?" tanya Ivy pada Jeva yang tengah menyuapkan lauknya.

Jeva mendengus, hal itu tak luput dari pandangan Bara yang tengah mengernyit heran melihat anak gadisnya yang nampak kesal.

"Tanya sendiri sama dalangnya. Aku itu udah gede bukan anak kecil lagi yang harus nurutin ini itu sesuai sama apa yang mereka mau, bisa gak sih kasih satu aja kesempatan buat aku bebas? Kalian giniin aku bukannya buat aku ngerasa terjaga, contoh dong kaya Jean yang selalu dukung aku."

Jeva menarik napasnya pelan sambil memperhatikan raut wajah keluarganya, lalu kembali berujar.

"Aku lakuin itu pun bukan karena serius, aku tau itu salah tapi hal ini kan gara-gara temen Jeje bukan karena Jeje jadi jangan salahin di satu pihak doang dong!" lanjutnya sambil menaikkan suaranya.

Raiden menatap adiknya dengan tatapan jengkel. "Kit--"

Jeva mengisyaratkan Raiden diam menggunakan telapak tangannya yang terangkat satu. Dia menatap Raiden dengan tatapan sama kesalnya.

"Apa?! Lo sama Radevan sayang sama gue? Itu bukan sayang namanya kalo gak dukung apa yang menjadi keputusan adek lo sendiri. Emang apa salahnya gue gak bilang apapun tentang gue ke elo berdua? Kita itu udah sama-sama gede, udah punya privasi masing-masing yang gak perlu dijabarin semuanya. Lo ngotak gak si?! Selama ini tingkah lo berdua selalu bikin gue ngerasa dikekang?"

Bara yang melihat suasana yang semakin panas pun akhirnya angkat suara.

"Sudah Je, jangan dilanjutkan."

Jeva mendengus, dia langsung pergi meninggalkan ruang makan, namun di langkah ke lima ia membalikkan badannya.

"Jangan kira selama ini aku gak awasin papa ya, aku juga risih sama mereka yang selalu awasin aku."

Bara tersentak, dia tidak menyangka anaknya akan tahu ia selalu diawasi oleh pengawal bayangan yang ia tugaskan untuk menjaga anaknya itu.

Ivy memicingkan matanya menatap Bara dengan tatapan curiga. "Coba jelasin sama aku apa yang kamu sembunyikan dari aku?"

Bara meneguk ludahnya kasar, dia menarik napas lalu menghembuskannya perlahan.

"Maaf.. tapi-"

"Aku pamit."

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang