49

749 39 0
                                    

"Jevian," panggil Jeva. Ini pertama kalinya Jeva memanggil Jevian dengan nama itu.

Jevian langsung menoleh. Melihat tatapan sendu pacarnya membuat hati Jeva tercabik-cabik.

"Maaf tapi-"

Cup

Mata Jeva membulat saat bibir Jevian membungkam mulutnya. Bibir cowok itu tidak bergerak, namun mata Jevian perlahan mengeluarkan air mata.

"Jangan tinggalin gue."

Ucapan Jevian keluar saat cowok itu menjauhkan bibirnya dari bibir Jeva. Cowok itu menunduk mencoba menutupi wajahnya juga matanya yang sedari tadi mengeluarkan air mata.

Jeva tanpa berkata langsung memeluk Jevian dengan erat. Dia tidak ingin menangis, namun sialnya air mata miliknya tiba-tiba ikut mengalir deras.

"Jep, maafin gue tapi gue gak bisa buat batalin gitu aja. Gue tahu ini sulit bagi gue maupun lo, ini sulit bagi kita Jep. Gue tahu itu. Tapi gue gak bisa buat batalin dan gak bisa buat tinggalin lo," ucap Jeva terisak.

Jevian melepaskan pelukan Jeva, tangan cowok itu menangkup wajah milik pacarnya. Jevian menggeleng.

"Gue tahu, tapi gue mau egois kali ini aja Je. Kalo lo gak bisa, ijinin gue ikut sama lo," ucap Jevian.

Jeva tidak menjawab, cewek itu malah menangis tambah kencang. Untung saja kamar Jevian kedap suara.

Jevian langsung memeluk tubuh pacarnya dan mengelus kepalanya dengan lembut. Tidak hanya Jeva yang sulit, ia juga.

Satu menit berlalu, tangisan Jeva perlahan mereda. Cewek itu bisa lebih tenang dari sebelumnya. Jeva menatap Jevian yang sedari tadi menatapnya. Pelukan keduanya terlepas sudah sejak satu menit yang lalu.

"Gue gak mau lo ninggalin kampus impian lo Jep, lo tau kan itu kampus impian lo sejak dulu? Gue gak mau egois Jep. Gue gak mau jadi penghalang buat lo ngeraih impian yang udah ada di depan mata lo," ucap Jeva.

Jevian menggeleng.

"Impian gue bukan itu yang paling penting Je, impian yang paling penting buat gue adalah lo. Jujur aja gue gak mau impian gue jauh dari mata gue, lo paham kan Je apa yang gue rasain saat ini?"

Jeva tahu, tapi dia tetap tidak bisa untuk mengizinkan Jevian ikut dirinya berkuliah diluar negeri. Namun jika ia ingin egois, ia bisa mengizinkan Jevian ikut dengannya.

"Gue gak bisa Jep, maaf."

"APA YANG GAK BISA SI JE! KALI INI AJA IJININ GUE, please.. gue mohon."

Jeva terlonjak kaget saat Jevian menaikkan nada pada ucapannya, namun Jeva berhasil mengendalikan dirinya agar tidak menangis lagi. Dia tahu Jevian tengah emosi, jadi dirinya harus bisa mengerti.

"Jep tapi--"

Cup

Lagi-lagi Jeva dibuat terkejut dengan tingkah pacarnya itu. Kini Jevian tidak hanya diam, dia mulai melumat bibir Jeva dengan lembut.

Jeva memejamkan matanya dan mulai membalas lumatan pacarnya dengan lembut juga. Ini baru pertama kalinya Jeva dan Jevian berciuman.

Tangan Jevian memegang tengkuk Jeva kemudian menekannya agar ia bisa melumat bibir Jeva lebih dalam. Jeva mengeluh beberapa kali dan mengeluarkan desahan saat lidah Jevian melilit lidahnya.

Jeva yang merasa kehabisan napas langsung memukul dada Jevian, mengerti akan kode tersebut, Jevian langsung mengakhiri ciuman keduanya.

Saat ciuman mereka sudah terlepas, Jeva langsung menghirup udara dengan rakus. Sedangkan Jevian menatap bibir Jeva yang masih terdapat saliva keduanya.

Sepertinya bibir Jeva kini menjadi candu Jevian, cowok itu kali ini langsung melumat bibir Jeva lagi, niatnya hanya untuk menghapus saliva yang masih tertinggal di bibir Jeva. Namun sepertinya Jevian kelewat menikmatinya.

Jeva yang baru saja menghirup napas langsung memukul dada Jevian lagi. Dia masih membutuhkan udara untuk dirinya bernapas. Namun cowok itu malah menciumnya lagi.

"Lo diem!"

Jevian langsung duduk anteng sambil melihat Jeva yang tengah menghirup udara. Diam-diam Jevian terkekeh melihat raut wajah lucu milik pacarnya.

"Je, ucapan gue serius."

Jeva langsung menoleh saat Jevian mengatakan hal itu. Dia tahu itu serius, tapi dia juga tidak bisa mengizinkannya.

"Gue gak butuh izin lo kalo lo gak bisa ijinin gue Je, jadi biarin gue lakuin hal yang gue mau kali ini," ucap Jevian.

Cowok itu kemudian mengecup bibir Jeva dengan cepat, cowok itu langsung berlari keluar kamar meninggalkan Jeva yang sudah kesal setengah mati.

"SINI LO BRENGSEK!"

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang