Extra Part (II)

1.8K 78 10
                                    

Sebelumnya aku mau ucapin terimakasih buat kalian yang udah vote bahkan ada yang sampe spam, sumpah si aku gak nyangka bakalan ada yang vote padahal awal aku buat cerita ini tuh gak niat sama sekali. Bahkan sampe bilang, "Okelah bikin aja sesuai mood, masalah nanti di vote atau gak nya terserah tuhan."

Demi si, ini cerita pertama yang bikin aku seneng sekaligus syok. Tentu syok! Cerita ini berawal dari gak niat karena cerita lain yang aku niatin malah gak jadi.

Oke segitu aja untuk hari ini, intinya aku sangat-sangat berterima kasih pada kalian yang udah vote cerita aku. Btw, kalian nemu cerita ini darimana? Temen? Atau nyari sendiri terus ketemu?

Oh ya satu lagi. Aku ingetin kepada kalian yang selalu baca cerita aku tapi gak vote gak papa kok. Tapi alangkah baiknya untuk meninggalkan jejak barang secuil pun karena bagi kita para penulis itu butuh dukungan dari kalian, dan inget. Suatu saat kalau kalian bikin cerita terus gak ada yang vote, coba introspeksi diri dulu. Gimana sikap kalian sebelum kalian buat cerita? Jujur aku juga sering introspeksi, dulu sebelum aku baca cerita ini aku emang pernah jadi silent reader tapi setelah ngerasain punya cerita sendiri aku sadar kalau penulis pun butuh vote.
Untuk yang udah vote makasih, aku sayang sama kaliaannn!!





Happy Reading





Kisah kita sudah berakhir bukan? Aku menghela napas menatap bangunan megah di depan mataku. Beberapa tahun yang lalu aku memutuskan untuk pergi dari tanah kelahiranku.

Pengecut? Ya itu memang aku.

Aku hanya tidak ingin melihat laki-laki yang aku sayangi bersama dengan orang lain. Meskipun dari mulut berkata aku ikhlas tapi lain dengan hati.

Nyatanya melupakan tak semudah membalikkan telapak tangan. Mau seberusaha apapun aku, jika hatiku belum bisa mengikhlaskan semuanya akan percuma. Aku tidak akan bisa melupakan dia.

Aku mengepalkan tanganku mencoba memberi semangat pada diriku sendiri. Aku bisa, aku tidak boleh kabur dari masalah ini lagi karena nyatanya hal ini belumlah usai.

Aku menatap bangunan yang dari dulu masih belum berubah, aku merindukan bangunan ini setiap saat. Aku merindukan rumah dan kehangatan keluarga.

Aku hidup sendiri di London, kepergianku tentu dibantu oleh Jay. Laki-laki itu yang mengurus semua kebutuhanku selama disana dan dia juga yang membuat mereka tidak bisa menemukanku.

Haha, pengecut sekali diriku.

Setelah beberapa tahun aku memutuskan untuk pulang. Aku melakukan ini karena tersadar dari ucapan Jay yang menamparku. Tidak semuanya diselesaikan dengan acara kabur-kaburan seperti diriku.

Berkedok mengejar impian di London padahal ingin lari dari masalah yang membuat diriku merasa amat kecewa. Sebenarnya aku tidak lari dari masalah, awalnya aku hanya ingin kuliah disana dan menenangkan diri.

Namun nyatanya aku tidak pulang selama beberapa tahun, aku sadar ini sudah saatnya menyelesaikan masalah ini.

Keputusan dulu aku yang memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Jevian, tapi laki-laki itu tidak setuju. Aku tahu tidak mudah untuk aku dan dia saling melupakan begitu saja.

Tapi saat sebelum aku kembali kesini aku berharap Jevian sudah memiliki pasangan hidupnya agar aku tidak merasa kesusahan untuk menyelesaikan masa lalu yang belum kelar.

"Mama.."

Aku langsung menatap ke arah seorang pemuda yang tengah menatapku dengan tatapan terkejut. Aku menaikkan satu alis saat melihat paras yang tidak asing.

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang