"Apaan si lo?! Gue cuma deket doang sama dia! Urusannya sama lo apa?!"
Teriakan dari gadis itu membuat atensi semua murid di kelas menatapnya. Mereka memang sudah mendengar teriakan antara dua gadis yang tengah berdebat sejak tadi.
Kebetulan hari ini kelas mereka tengah jamkos. Katanya sih guru yang mengajar tengah ada urusan.
Niatnya mereka ingin santai-santai di dalam kelas, tapi karena kedatangan kakak kelas yang dandanannya menor, akhirnya mereka merelakan waktu santai mereka untuk melihat perkelahian antara kakak kelas dengan teman mereka.
Tentunya mereka mendukung teman kelas mereka. Teman yang selalu berkelahi dengan kakak kelas itu, gadis itu adalah ketua bagi teman kelasnya. Meskipun sudah ada ketua kelas. Tapi gadis ini diakui sebagai ketua bagi mereka.
"Gue udah berkali-kali ingetin sama lo kalo Kiano itu punya gue! Lo masih jadi adek kelas tapi kelakuannya ngelunjak sama kakak kelas!"
Gadis itu menatap kakak kelasnya dengan tatapan datar. Ingatkan dia jika ia tidak suka ada orang yang mengusiknya. Selagi ia tidak diusik, ia akan tetap tenang.
"Punya lo? Emang diakuin? Lagian Kiano sendiri ngaku di depan semua orang kalo lo bukan pacarnya dia," ucap gadis itu.
Gadis itu tersenyum miring. Hei, gadis sepertinya kok dilawan.
"Awas lo Jeva!" ancam kakak kelasnya.
Jeva melirik kakak kelasnya yang sudah keluar dari kelasnya. Selalu saja berakhir seperti ini, kakak kelasnya selalu saja koar-koar di kelasnya. Tapi kakak kelasnya selalu saja kalah saat berdebat dengannya.
Apalagi saat ia sudah membawa kata yang membuat kakak kelasnya itu kalah telak. Dalam hati Jeva berharap Jevian tidak tahu akan kejadian ini.
Jika cowoknya tahu, sudah dipastikan kakak kelasnya dalam bahaya. Karena Jevian tidak suka miliknya diusik oleh siapapun, mau ia perempuan atau bukan ia tidak peduli.
Jeva melirik teman-temannya, "Kantin yok! Tenggorokan gue kering."
Mereka langsung berlari ke arah Jeva. Jeva dan teman-temannya langsung keluar dari kelas menuju ke kantin. Beberapa anak kelas lain menatap anak-anak kelas Jeva dengan tatapan sinis.
Sudah biasa. Setiap kakak kelas itu datang ke kelas Jeva, anak-anak kelas lain pasti akan menatap mereka dengan tatapan sinis. Karena kakak kelasnya itu adalah ratu sekolah.
Hei, ratu? Bercanda. Kelakuan dakjal kayak gitu dijuluki ratu sekolah. Dasar! Murid di sekolah ini tidak waras. Kecuali Jeva dkk tentunya.
"Ikut gue."
"Eh-eh apa nih?"
Jeva tentu terkejut saat pacarnya menyeretnya ke taman sekolah. Kenapa cowoknya ini malah nampak marah padanya? Apa ia melakukan kesalahan? Atau cowok itu tahu ia dilabrak oleh kakak kelasnya tadi?
Jeva lupa kalau cowoknya berada di kelas sebelah, sudah pasti cowoknya tahu.
"Jauhin Kiano," ucap Jevian tanpa menoleh. Membuat Jeva merasa heran dengan tingkah pacarnya itu.
"Lah kenapa? Kan gak sampai ngerusak hubungan kita juga," ucap Jeva santai.
Jevian menatap Jeva dengan tatapan tajam. Tidak merusak? Mungkin iya karena dia dan Jeva tidak akan melibatkan orang lain dalam hubungan mereka.
Karena itu pantangan bagi mereka. Jika pun melibatkan, paling tidak hanya memancing salah satu agar cemburu, lalu setelahnya mereka tidak peduli dengan orang itu.
"Tapi gak baik buat lo Je!" bentak Jevian.
Jeva terkejut, cewek itu baru mendapati pacarnya membentak dirinya. Biasanya Jevian tidak pernah membentaknya.
"Gue gak mau jauhin Kiano Jep! Gue belum selesai. Tolong jangan larang gue, bukannya lo gak pernah peduli kalo gue deket sama siapapun selain lo? Gue juga gak pernah sampai pacaran sama mereka, karena gue tahu, gue punya lo dan begitupun sebaliknya," ucap Jeva panjang lebar.
Jevian mengusap wajahnya kasar. Dia tahu Jeva hanya main-main pada Kiano. Tapi ia tidak suka pacarnya disakiti oleh orang lain gara-gara Kiano. Dia tidak mau miliknya kenapa-napa.
"Gue tahu! Tapi apa lo pernah lihat larangan gue ini? Lo rasain apa yang gue rasain saat ini? Enggak Je! Lo terlalu fokus sama dia tanpa peduli sama diri lo sendiri!"
Jevian marah. Dia tidak suka pada pacarnya yang hanya mengejar apa yang ia inginkan tanpa memperdulikan dirinya sendiri yang bisa saja dalam bahaya.
Jeva tidak pernah melihat arti larangan Jevian selama ini. Jeva tidak pernah menghiraukan kekhawatiran pacarnya itu.
Jeva mengepalkan tangannya. Cewek itu menghalau air mata yang siap untuk jatuh. Jeva lemah pada pawangnya. Dia tidak suka Jevian menaikkan intonasi bicaranya.
"Diem! Gue gak mau turutin larangan lo kali ini, karena gue belum selesai!"
Jevian menggertakan giginya. Jeva ini sangat keras kepala. Cowok itu mengacak rambutnya frustasi.
"Terserah!"
Jevian langsung pergi meninggalkan Jeva yang menatap punggung cowok itu dengan tatapan sendu. Salahkah ia mendapatkan apa yang ia mau?
Jeva egois? Iya.
Jeva akui dia egois. Tapi selama apa yang ia mau belum ia dapatkan, ia akan terus berjuang. Meskipun Jevian melarangnya.
"Maaf..."
♢♢♢♢
Jeva menatap kakak ketiganya yang menatapnya juga. Jeva memutuskan untuk membolos saat kembali dari taman.
Saat ia sampai di rumah ternyata kakaknya mengikutinya sampai rumah. Cowok itu ikut membolos.
Mata Jeva sembab karena sedari tadi menangis. Katakan ia cengeng, karena jujur saja setiap ia dengan Jevian bertengkar, cowok itu tidak pernah membentaknya.
Jean menatap adiknya, mata adiknya itu memerah. Dia sudah tahu apa yang adiknya alami. Karena sebelum kesini, Jevian sempat mengadu padanya akan kelakuan Jevian pada sang adik.
Jean tidak masalah. Dia tidak menyalahkan Jevian. Pacar adiknya ini tidak mau Jeva terluka, tapi Jeva terlalu keras kepala sehingga sulit di nasehati.
Jevian juga sempat kelepasan membentak Jeva. Cowok itu baru sembuh, Jean memaklumi itu. Mungkin saja Jevian merasa lelah dan pusing menghadapi adiknya yang keras kepala.
Adiknya ini menuruni sifat mamanya yang sama keras kepalanya seperti Jeva. Bahkan saat melihat Bara dan Ivy yang tengah bertengkar, mengingatkan ia pada situasi adiknya dengan Jevian.
"Mau susu?" tawar Jean.
Cowok pendiam itu kali ini membuka suaranya. Dia dan kedua kakaknya sangat menyayangi Jeva. Mungkin hanya Jeva yang berhasil melembutkan sifat Jean.
Meskipun cowok itu sangat jarang berbicara. Tapi Jeva tahu kakaknya ini sangat sayang padanya.
Jeva menggeleng sebagai jawaban. Mendengar kata susu ia jadi ingat Jevian yang selalu memberinya susu.
Ah, baru beberapa jam ia bertengkar dengan Jevian, dia sudah merasa rindu dengan pacarnya itu.
"Gue mau tidur," ucap Jeva.
Cewek itu langsung masuk ke kamarnya tanpa menunggu jawaban dari sang kakak. Jean sendiri menatap punggung adiknya dengan tatapan lelah.
Adiknya ini keras kepala, tapi Jean tahu adiknya ini sadar akan kesalahannya. Tapi dia lebih mementingkan ego.
Dalam hati, Jean berpikir. Apa yang adiknya mau dari Kiano? Pasalnya baru kali ini adiknya begitu mempertahankan cowok itu. Bahkan sampai bertengkar dengan Jevian.
Siapa Kiano?
Tbc
1044 kata
Liat tanda bintang di sebelah kiri bawah? Nah iya itu, pencet ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
2J [Jeva dan Jevian]
Teen Fiction[PLAGIAT JAUH-JAUH! KARYA INI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI!] Dibuat: 2021 Publish: 2022 Orang bilang, Jeva itu orangnya kalem. Tapi menurut teman-temannya, Jeva itu cerewet. Jevanie Nadeera Lalubis. Cewek dengan sejuta pesona yang sifatnya cerewet, bisa...