Extra Part (I)

1.8K 60 0
                                    

Penyesalan memang datang diakhir. Hubungan yang dimulai dengan permainan konyol berakhir begitu saja. Harapan-harapan yang terucap menjadi sebuah angan, janji yang terucap hanya sebuah bualan tanpa pembuktian.

Semuanya berakhir. Dia yang menyesal dan dia yang pergi dengan rasa kecewa.

Jevian Altheir akhirnya mengkhianati kepercayaan seorang Jevanie Nadeera Lalubis, seorang gadis yang memberikan kepercayaan penuh kepada Jevian.

Janji hanyalah janji. Hubungan mereka akan menjadi kenangan yang membahagiakan sekaligus menyakitkan.

Seperti kata orang, mau selama apapun hubungan seseorang jika tuhan tidak menghendaki maka mereka tidak akan bisa bersama. Jeva dan Jevian hanya diberi waktu selama mereka remaja saja, saat lulus tuhan tidak mengizinkan keduanya bersama lagi.

Seindah apapun moment yang terjadi, jika perpisahan tiba maka semuanya akan terasa menyakitkan. Bohong jika perpisahan itu indah.

Perginya Jeva meninggalkan rasa penyesalan di hati Jevian. Nyatanya mau secinta apapun dirinya dengan orang pertama, hanya Jeva yang bisa menempati hati seorang Jevian.

Jeva ada saat suka maupun duka. Jeva selalu mengerti dirinya, gadis itulah yang bisa mengubah dirinya menjadi Jevian versi yang sekarang.

Namun, gadis itu juga membuat Jevian kembali berubah menjadi Jevian yang dulu.

Perginya Jeva dan Jevian yang menyesal membuat seorang anak lelaki merasa kesepian. Anak yang terus menanyakan keberadaan ibunya pada sang papa dan sang papa yang hanya berdiam diri menatap kosong figura Jeva.

Rajaxon Altheir Lalubis.

Anak angkat Jeva dan Jevian itu tumbuh menjadi anak yang dingin. Bukan, bukan karena salah dididik oleh ayahnya. Tapi itu karena ia kehilangan sosok ibu yang berjanji akan melihatnya tumbuh besar.

Jaxon yang terus berpura-pura kuat namun nyatanya rapuh. Jaxon hanya seorang anak yang merindukan ibunya.

Kepergian Jeva tidak hanya meninggalkan kesedihan keluarga juga Jevian, namun Jaxon juga merasakan kesedihannya.

Sejak ia kecil, ia hanya diasuh oleh neneknya. Jevian yang masih terpuruk sama sekali tidak bisa merawat Jaxon.

Hingga anak itu tumbuh menjadi anak remaja yang kurang kasih sayang. Saat Jevian sudah pulih dari keterpurukannya, Jaxon tidak lagi bisa digapai.

Sudah cukup bagi Jevian yang kehilangan Jeva, ia tidak ingin kehilangan anak semata wayangnya. Meskipun Jaxon hanyalah anak angkatnya.

Bertahun-tahun Jevian mencari keberadaan Jeva, namun gadis itu selalu lolos dari lacakannya saat ia sudah mengetahui keberadaan Jeva.

Bohong kalau Jevian sudah tidak mencintai Jeva lagi. Bukannya perasaan itu menghilang ditelan waktu, perasaannya pada Jeva malah bertambah setiap waktu.

Jevian selalu berusaha menjadi ayah yang baik untuk Jaxon, cahayanya yang tersisa hanya Jaxon seorang.

Disela-sela pekerjaannya, Jevian selalu berusaha mencari keberadaan Jeva. Meskipun ia selalu dibenci oleh anaknya karena tidak pernah mencari keberadaan Jeva. Namun tidak ada yang tahu bahwa Jevian berusaha begitu keras untuk tahu keberadaan Jeva.

Bagi Jevian, biarlah semua orang membencinya. Selagi ia masih hidup, ia akan terus mencari Jeva juga membahagiakan Jaxon anaknya.

Meskipun anak itu selalu membencinya.

"Ngapain papa kesini?"

Jevian menatap anaknya dengan tatapan senang. Melihat anaknya ada di apartemen yang ia belikan, Jevian merasa senang.

"Papa kangen sama kamu," ucapnya.

Jaxon menatap papanya dengan tatapan dingin. Anak itu kemudian menunjuk pintu yang berada di belakang Jevian.

"Pintu ada disana."

Jevian yang merasa terusir hanya bisa menghela napas. Anaknya itu sangat sulit untuk ia luluhkan. Anaknya sangat membencinya, bahkan untuk melihatnya saja anak itu tidak sudi.

"Son, papa mau ketemu sama kamu. Apa salah seorang ayah menemui anaknya sendiri?"

"Salah. Seorang ayah gak pantes dateng setelah semua perbuatan yang dia lakuin!"

Jaxon menatap Jevian dengan tajam, telunjuknya kembali menunjuk ke arah pintu yang berada di belakang Jevian.

"Pulang atau aku tambah benci sama papa."

Jevian menghembuskan napas pelan. Laki-laki itu membalikkan badannya menghadap pintu. Ia mulai melangkah keluar apartemen dengan langkah yang berat.

Jevian tidak masalah dengan sikap kurang ajar anaknya, karena baginya ini adalah karma yang harus ia terima.

Dibenci Jaxon tidak sebesar dibenci oleh Jeva. Jujur saja Jevian takut kalau Jeva akan membencinya saat Jeva kembali ke Indonesia nantinya.

"Maaf Je.. maaf."

Hanya kalimat itu yang bisa Jevian ucapkan setiap harinya. Rasa penyesalan ternyata bisa membuat hidupnya seberantakan ini.

Jevian menatap ke arah langit yang memperlihatkan bulan dan bintang. Dia terkekeh pilu, hidupnya sekarang rasanya begitu hambar.

Setelah kehilangan Jeva, Jevian memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan Vena saat gadis itu menagih janjinya. Jevian tidak peduli jika nanti ia dicap tidak bisa memegang janji.

Jevian sudah memutuskan untuk menjauh dari Vena. Usahanya memang berhasil karena Vena telah menikah dengan pengusaha yang menjadi musuh bisnisnya.

"Kamu janji kan setelah aku pulang nanti kamu mau nikahin aku?"

"Iya aku janji."

Persetan dengan janjinya pada Vena, yang Jevian inginkan sekarang adalah kehadiran Jeva disisinya. Jeva berada disampingnya saja Jevian merasa senang.

"Pulang Je, aku kangen."

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang