12

2.3K 98 0
                                    

Jeva menatap bangunan di depannya dengan tatapan kagum. Satu bulan ia tidak kesini ternyata bangunan ini sudah sedikit berubah. Bangunan yang tadinya hanya terdapat sedikit tanaman, sekarang sudah banyak.

Yang Jeva suka dari tempat ini adalah bunga. Beberapa jenis bunga ditanam di sini. Jeva akui penghuni rumah ini sangat suka berkebun.

Mama Jeva juga suka berkebun, hanya saja tidak banyak seperti di kediaman ini. Mamanya tidak terlalu menyukai bunga, wanita paruh baya itu hanya menyukai bunga mawar. Makanya di rumah Jeva banyak bunga mawar di setiap sudut halaman rumahnya.

Ivy lebih suka menanam buah-buahan. Maka dari itu ia sudah menyiapkan lahan luas untuk menanam tanaman buah.

Beberapa jenis buah baik dari Indonesia maupun luar negeri sudah ada di kediaman Jeva. Tiap kali berbuah, Jeva sangat suka memanennya bersama dengan Arsya.

Gadis kecil itu sangat suka jika diajak ke kebun milik Ivy. Apalagi saat melihat buah strawberry, gadis itu langsung antusias.

"Kakak!"

Seruan dari seseorang membuat Jeva terkejut, detik kemudian ia tersenyum manis kala menyadari orang yang memanggilnya.

"Hai cantik," sapa Jeva senang.

Arsyabilla Orlando, gadis kecil itu langsung memeluk kaki Jeva dengan erat. Maklum saja karena tinggi gadis itu dengan Jeva beda jauh.

Jeva langsung menggendong Arsya. Gadis kecil itu langsung berteriak senang. Meskipun dua hari yang lalu mereka bertemu, tapi Arsya sangat merindukan kakaknya itu.

"Mau berangkat sekarang?" tanya Jeva.

Arsya mengangguk senang. Gadis kecil itu tidak melepaskan rangkulannya pada leher Jeva. Jeva tentu tidak masalah dengan tingkah adiknya itu.

"Oke, kita pamit ke oma dulu ya," ucap Jeva.

Arsya lagi-lagi hanya mengangguk. Langkah Jeva masuk ke dalam rumah bertingkat dua. Rumah ini terlihat sederhana, berbeda dengan rumahnya.

Ternyata selera mamanya dengan kakak mamanya beda jauh. Jika kakak dari mamanya lebih suka rumah yang sederhana, beda dengan Ivy yang suka dengan rumah mewah tapi sedikit sederhana.

"Aaa! Bunda aku kangen," ucap Jeva.

Livia Orlando, wanita itu tersenyum manis. Dia langsung mengelus rambut Jeva dengan lembut. Livia hanya memiliki satu anak, anaknya adalah laki-laki.

Tapi karena kecelakaan pesawat itu, nyawa anak dan suaminya terenggut. Livia sendiri juga mengalami luka-luka akibat kecelakaan itu. Bahkan kaki Livia tidak bisa digerakkan. Kata dokter, kakinya lumpuh permanen. Hal itu membuat jiwa Livia terguncang, tapi keluarganya memberi semangat pada Livia hingga wanita paruh baya itu kembali menjalani hidupnya dengan tenang.

Livia satu-satunya keluarga Orlando yang tersisa. Ayah dari suami Livia hanya memiliki satu orang anak yaitu suami Livia. Kedua orang tua Hans Orlando sudah meninggal dua tahun setelah kelahiran Romeo Orlando, anak dari Livia dan Hans.

Hak asuh Arsya jatuh ke tangan Ivy. Livia sendiri sudah setuju karena dirinya tidak bisa merawat Arsya dengan kondisinya yang seperti ini.

Selama Arsya dirawat di rumahnya, ia berikan tanggung jawab merawat Arsya kepada pelayan kepercayaannya. Kelak saat Arsya dewasa nanti, ia akan menyerahkan kekayaan Orlando pada cucunya itu. Karena harapan keluarga Orlando ada ditangan Arsya.

"Kalian udah mau pergi?" tanya Livia.

Jeva mengangguk sebagai jawaban. Sudah satu bulan tidak bertemu dengan tantenya membuat Jeva merasa rindu. Dia ingin menginap disini seperti tahun lalu.

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang