Semua teman sekelas Jeva tengah berdiam diri. Keadaan kelas yang biasanya ramai pun sekarang tidak lagi. Bu Herma selaku guru terkiller di SMA Juanda pun duduk anteng sembari memperhatikan muridnya.
Kelas Jeva mengadakan ulangan dadakan. Membuat para murid yang tidak belajar pun merasa kesulitan dalam mengerjakannya. Beda lagi dengan anak-anak pintar yang sudah santai mengerjakan.
Jeva yang ikut pun nampak pusing. Soal angka itu membuatnya terus berpikir. Meskipun Jeva termasuk ke dalam jajaran murid terpandai di SMA Juanda pun merasa kesulitan.
Beda dengan Joya yang sedari tadi menggigit bibirnya karena pusing mengerjakan soal tersebut.
"Bu Herma kenapa masih disini sih?" kesal Joya.
Joya yang duduk dengan Deva pun membuat cewek itu menggeleng kecil. Joya memang selalu menggerutu sedari tadi karena dia tidak belajar tadi malam. Untungnya Deva selalu belajar tiap malam.
Joya melirik Jeva yang tengah fokus mengerjakan ulangannya. Beberapa kali Reza selaku teman sebangkunya meminta jawaban pada Jeva dan berakhir diberi jawaban dari sang empu.
Joya menyesal. Mengapa ia harus duduk dengan Deva yang sangat pelit dimintai jawaban?!
"Ssuutt suutt Jeje,"bisik Joya memanggil nama Jeva.
Jeva tentu tidak mendengar karena suara Joya lirih. Joya yang merasa tidak ditanggapi pun langsung melempar remasan kertas ke arah Jeva. Sialnya kertas itu malah mengenai kepala Reza.
Reza otomatis langsung menoleh ke pelaku yang melempar kertas ke kepalanya. Ia mendapati Joya yang memberi kode untuk menyolek Jeva.
"Lo dipanggil Joya," bisik Reza.
Jeva menaikkan satu alisnya, kemudian menoleh ke arah Joya yang tengah menggerakkan mulut serta tangannya seperti memberi kode pada Jeva.
Jeva memutar bola matanya malas. Dia dengan segera melempar kertas yang sudah ia remas ke arah Joya.
Joya dengan cepat langsung mengangkapnya, senyuman Joya perlahan terukir kala mendapati isi kertas itu yang ternyata berisi semua jawaban ulangan ini.
"Makasih," ucap Joya tanpa suara.
Jeva yang sedari tadi memperhatikan pun langsung mengangguk tanda mengerti. Reza yang berada di samping cewek itu hanya menggeleng kecil.
"Terlalu baik," celetuknya.
♢♢♢♢
Jeva, Joya, Deva dan Reza serta Abdul kini tengah berada di kantin. Kelima remaja itu sudah menyelesaikan soalnya lebih dulu dari teman-temannya.
Karena sudah selesai, bu Herma pun menyuruh mereka untuk keluar. Akhirnya kelima remaja itu langsung pergi ke kantin, karena perut mereka meminta untuk diisi.
"Sumpah ya, otak gue berasap," ucap Joya.
Abdul mencibir, "Alah.. tapi lo dapet contekan dari Jeva."
Jeva yang tengah makan pun tidak peduli dengan ucapan kedua remaja itu. Sedangkan Deva dan Reza memperhatikan keduanya sembari menggeleng kecil.
"Tapi gue udah berusaha ya, gue mikir tapi otak gue yang pas-pasan bisa apa?" drama Joya.
Reza mencibir. Cowok itu tentu tahu Joya itu pintar, hanya saja cewek itu malas. Jika kemalasannya tidak ada, sudah dipastikan Joya akan mendapat peringkat di kelasnya.
"Anaknya om Ade gak mungkin goblok. Om Ade aja pinter, anaknya pasti pinter juga," ucap Abdul.
Memang benar sih, keluarga Aldebaran memang termasuk keluarga pandai. Bahkan kepandaian mereka tidak diragukan lagi.
Dimulai dari para tetua dahulu dan penerusnya yang pandai. Sudah pasti Joya juga pandai, karena darah Aldebaran mengalir di tubuhnya.
"Tapi gue kalah pinter dari Jeva," lirih Joya.
Jeva mendengus. Matanya menatap Joya dengan tatapan malas. Bisa-bisanya Joya mengatakan kalau ia lebih pintar dari Jeva.
Padahal jika cewek itu tidak malas, sudah pasti Joya akan pintar seperti Jeva."Kalo lo gak males, lo bisa ngalahin gue," ucap Jeva.
Joya menyengir. Benar juga sih, selama ini ia hanya bermalas-malasan. Makanya setiap ada ulangan dia selalu mencontek jawaban milik Jeva.
Untung saja Jeva tipe teman yang baik. Makanya Jeva selalu memberi contekan pada Joya. Tapi tetap saja, Jeva tidak akan memberi contekanya dengan cuma-cuma.
Jeva memang memberi contekan, tapi bukan jawabannya langsung. Jeva akan mempersulit Joya supaya cewek itu paham dengan soal yang ia kerjakan.
"Ilangin males lo, malu dong sama Bima yang rese tapi prestasi jalan," ucap Deva.
Joya mendengus. Iya, dia tahu kok kalau pacarnya itu pintar. Tapi jika dibilang seperti yang Deva ucapkan, Joya jadi merasa minder.
"Jangan gitu De, kasihan Joya udah gak pede lagi," ucap Jeva.
Tentu saja Jeva menyadari tingkah sahabatnya yang nampak gelisah. Pikiran perempuan sepertinya pasti akan merasa minder jika dibilang seperti tadi.
Deva meskipun cewek kalem. Tapi kalau ngomong selalu bikin sakit hati. Terutama Joya yang gampang baperan.
"Ya sorry," ucap Deva.
Cewek itu menyengir lebar meskipun dalam hati terus merutuki ucapannya yang gampang membuat orang baper. Untung saja Joya tipe teman yang mudah memaafkan meskipun tingkahnya selalu bikin kesel.
"Sans aja De, kan kita temen."
Ya, begitulah namanya pertemanan. Ada yang bicara tapi tidak memperhatikan raut wajah temannya, ada pula yang mudah tersinggung tapi tidak ingin mengutarakan.
Namanya juga pertemanan. Kadang ada pertengkaran, kebahagiaan, dan kesedihan. Tidak semua harus itu-itu saja.
Nanti kalo gitu terus ya bosen. Ya kan?
Btw kalian punya bestie yang kayak gimana? Ada yang kayak Jeva, Deva, dan Joya?
Terus kalian itu tipe orang kayak gimana? Kayak ketiga cewek itu ngga?
Oke guys gitu aja, sampai ketemu lagi !
see youu<3
TBC.Note: jangan lupa vote, komen, and share
Thank youu! Sayang kalian banyak2 <3
KAMU SEDANG MEMBACA
2J [Jeva dan Jevian]
Teen Fiction[PLAGIAT JAUH-JAUH! KARYA INI HASIL PEMIKIRAN SENDIRI!] Dibuat: 2021 Publish: 2022 Orang bilang, Jeva itu orangnya kalem. Tapi menurut teman-temannya, Jeva itu cerewet. Jevanie Nadeera Lalubis. Cewek dengan sejuta pesona yang sifatnya cerewet, bisa...