31

1.2K 44 0
                                    

Malam harinya Jeva lagi-lagi dibuat kesal oleh para bocah-bocah kecil. Rumahnya kini sangat ramai karena keluarganya tengah berkumpul.

Jeva yang tadinya ingin bersantai pun tidak jadi karena gangguan dari para keponakannya.

Kakak sepupu Jeva sudah menikah dan banyak yang sudah memiliki anak. Sepupu Jeva yang seumuran pun hanya satu, itupun laki-laki.

Keturunan Lalubis atau keluarga papanya memang laki-laki semua kecuali anak Bara. Bisa dibilang hanya Jeva yang menjadi keturunan perempuan satu-satunya di keluarga Lalubis.

Untungnya keponakan Jeva dari si sepupu ada yang perempuan, meskipun masih kecil tapi Jeva senang karena ada keturunan Lalubis yang perempuan selain dirinya.

Para keponakan Jeva selalu bertanya pasal Jevian, gara-gara cowok itu yang sangat menyukai anak kecil, ia jadi disukai oleh keponakannya.

Bahkan mereka selalu bertanya.

Kak Jeje, bang Jejepnya kok gak ada?

Abang ganteng lagi apa kak?

Kapan bang Jejep kesini?

Aku mau ketemu bang Jejep ya kak?

Dan masih banyak lagi.

Karena pertanyaan dari keponakannya itulah Jeva merasa pusing. Mau tak mau akhirnya ia menelpon Jevian yang katanya tengah berada di markas bersama dengan Jaxon.

Mendengar nama anaknya, Jeva langsung antusias menyuruh Jevian membawa Jaxon kemari.

Jevian hanya mengiyakan saja, tentunya ia tak sendiri kesini, jika ia sendiri sudah pasti akan merasa kesusahan membawa Jaxon.

Jevian yang tak mau Jaxon kenapa-napa pun langsung mengajak Dicko.

Oh ya, ngomong-ngomong soal Dicko, cowok itu juga dekat dengan keluarga Jeva. Bisa dibilang keluarga Dicko dulunya adalah sahabat dari Liam, selaku kakek Jeva.

Kurang lebih sepuluh menit kemudian Jevian, Dicko dan Jaxon sampai di kediaman Lalubis. Mereka tentu disambut dengan ramah oleh penghuni kediaman itu.

Jevian dengan segera menghampiri Jeva yang tengah dikerubungi para anak kecil, tentu Jevian tidak sendiri, ia bersama dengan Dicko yang tengah menggendong Jaxon.

"Halo boy and girl!"

Anak-anak yang sedari tengah menjahili Jeva pun langsung berhenti dan menatap Jevian yang tadi memanggil.

Mata mereka berbinar senang, mereka langsung memeluk cowok itu dengan erat.

Jeva memutar bola matanya malas, tadi saja saat cowok itu tidak datang ia jadi kerepotan sendiri karena ulah jahil dari keponakannya.

Tatapan Jeva beralih pada Jaxon yang tengah digendong Dicko. Dengan segera ia mengambil alih Jaxon dari gendongan Dicko.

Jaxon yang digendong pun tertawa kecil, nampaknya anak itu senang karena Jeva menggendongnya.

Sedangkan Dicko langsung bergabung dengan Jevian yang tengah bermain bersama keponakan Jeva.

Cowok itu sudah akrab dengan keponakan Jeva karena Dicko kerap kali main ke kediaman Lalubis.

Jeva sendiri langsung pergi ke depan, dia merasa sumpek mendengar keramaian yang dibuat oleh Jevian dan keponakannya.

"Loh cucu mama kesini sama siapa?"

Jeva menoleh kala Ivy bertanya. Dia tersenyum tipis lalu melangkah mendekat ke arah Ivy.

"Sama calon mantu tadi," ucap Jeva.

Ivy manggut-manggut. Sudah ia duga kalau calon menantunya itu yang membawa cucunya kemari, pasalnya siapa lagi yang bisa membawa cucunya selain menantunya itu?

"Jeviannya mana?" tanya Ivy kala menyadari ketidakberadaan Jevian.

Mendengar nama Jevian, Jeva langsung memutar bola matanya malas. Ia teringat akan keponakannya yang rusuh menyuruh Jevian datang ke rumahnya.

"Biasa tuh, cucu mama."

Ivy terkekeh melihat ekspresi anaknya yang tengah kesal. "Mereka keponakanmu juga kak."

Fyi Jeva setelah Arsya resmi menjadi anak Lalubis, ia berganti panggilan yang tadinya adek sekarang menjadi kakak.

"Keponakan tapi ngeselin," cibir Jeva.

Ivy terkekeh, dia sangat hapal sifat anaknya itu. Gadis itu selalu kesal pada keponakannya yang selalu menjahili dirinya.

Apalagi mengingat sepupu Jeva yang usil-usil sedari dulu. Wajar saja sifat anaknya menurun dari sang ayah atau tidak ibunya.

Tapi keponakan Jeva banyak yang menuruni sifat ayah mereka yang kebanyakan usil. Terutama keponakannya yang laki-laki.

"Ajaran siapa dulu dong."

Jeva dan Ivy menoleh, mereka mendapati seorang pria tengah berdiri dengan tangan menepuk dadanya beberapa kali.

Jeva memutar bola matanya malas, diam-diam dia mencibir pria itu yang gayanya terlalu pd.

"Keponakan gue kapan dateng?"

"Lebaran gajah," balas Jeva asal.

Pria itu bukannya marah malah terkekeh. Dia merasa lucu melihat wajah kesal sepupunya itu.

Dwingga Lalubis. Sepupu Jeva dari ayahnya. Laki-laki yang selalu membuat Jeva merasa kesal kala keluarga Lalubis berkumpul.

"Apa si Jeje, gak jelas kamu," ucap Ingga.

Jeva menye-menye, "Ya bodo aing, lo siapa? Kita kenal?"

Tawa Ingga semakin kencang kala cewek itu justru membalas ucapannya.

"Kenalan dong," ucap Ingga kemudian menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Jeva menyambut uluran tangan itu dengan senyuman tipis, dalam hati ia misuh-misuh menyumpah serapahi sepupu laknatnya itu.

"Halo Wing, gue Jevanie yang paling kece badai," ucap Jeva memperkenalkan diri.

Dwingga mendengus. Sepupunya itu sangat suka memanggilnya wing padahal semua keluarganya memanggilnya dengan nama ingga.

"Halo Jevrik gue Ingga, cowok mapan dan tampan. Salam kenal," balas Ingga memperkenalkan diri.

"Apa si anjing, nama gue Jeva!"

"Jeva! Jaga bicara kamu!"

Dwingga tersenyum puas kala menyadari raut pias dari sepupunya itu. Tidakkah Jeva ingat kalau mamanya masih berada di sampingnya?

Jangan lupakan Jaxon yang tengah menatap ketiganya dengan tatapan polos seorang bayi.

"Aduh! Ampun mama aku khilaf!"

Jeva mengaduh kala mamanya menjewer telinganya dengan keras.

Melihat penderitaan dari sepupunya, tawa Dwingga semakin keras. Lagi pula siapa yang berani melawan Ivy?

"Mampus lo Je, mampus lo!"

Jeva mendengus, dia menatap sepupunya dengan tatapan tajam.

"Mama.. liat tuh Wingnya mampusin aku," adu Jeva pada Ivy.

Ivy menghela napas, "Udah ah, sini Jaxonnya biar sama mama aja."

Setelah mengatakan itu, Ivy langsung mengambil alih Jaxon dari gendongan Jeva. Setelah Jaxon berada di gendongannya, wanita paruh baya itu langsung pergi meninggalkan Jeva dan Dwingga.

"Lo sih! Aahhh gue kesel sama lo!"

Dwingga mengernyit bingung melihat sepupunya pergi meninggalkan dirinya.

"Gak jelas ah Jevrik," ucapnya.

"DWINGGANJING!"

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang