6

3.5K 143 0
                                    

"Berhubung cewek lo gak ada disini, susunya boleh buat gue?" tanya Jeva.

Jevian tersenyum. Akhirnya, umpannya ditangkap oleh Jeva. Sudah ia bilang kan, pacarnya ini tidak akan kuat melawan susu kotak.

"Boleh," ucap Jevian.

Jeva tersenyum senang.

"Tapi lo harus bilang ke cewek gue, kalo dia harus maafin pacarnya ini," ucap Jevian.

Senyuman Jeva luntur. Cewek itu menatap Jevian dengan tatapan tajam. Hei, bagaimana dia bisa meminta maaf pada dirinya sendiri?

Jevian ini sengaja apa bagaimana?

"Gimana caranya?" tanya Jeva.

Jevian tersenyum senang, dia langsung menyodorkan ponselnya ke Jeva. Jeva mengernyit, dia tanpa menjawab langsung menerima ponsel milik Jevian.

"Lo telpon dia," ucap Jevian.

Jeva melototkan matanya. Dia menatap Jevian dengan tatapan kesal.

Menelponnya? Yang benar saja.

Jika ia menelpon kontak miliknya, sudah dipastikan semua murid tahu jika ia berpacaran dengan Jevian.

Hoho! Jeva jelas tidak mau melakukannya. Dia masih ingin melihat pacarnya kesal karena ia tidak mengenalinya dan menggoda pria lain.

"Oke," ucap Jeva.

Kedua sahabat Jeva nampak melototkan matanya. Hei, katanya ia ingin membuat Jevian kesal? Kalau Jeva menelpon nomornya sudah pasti ketahuan.

"Halo?"

Jeva sengaja mengeraskan suaranya. Supaya Jevian dengar siapa yang ia telpon.

Mata Jevian melotot lebar, apa ini? Kenapa pacarnya malah menelpon mamanya? Astaga, Jevian sudah dipastikan akan diteror oleh mamanya nanti.

"Halo, ini pacarnya cowok yang punya ponsel ini ya?" tanya Jeva.

Cewek itu mengubah sedikit nada bicaranya, supaya mamanya Jevian tidak mengenali suaranya.

"Oh iya, saya Deera. Kenapa ya mbak? Apa pacar saya itu selingkuh?"

Dalam hati Jeva rasanya ingin tertawa. Mamanya Jevian ini memang pengertian. Dia sudah menduga calon mertuanya itu akan menyamar menjadi Deera, atau lebih tepatnya menjadi dirinya.

Karena mamanya Jevian ini sangat sensitif jika ada wanita lain yang menelpon dirinya untuk menanyakan tentang Jevian atau ada perempuan selain Jeva yang menelpon anaknya.

"Oh enggak kok, saya cuma mau bilang. Tolong maafin pacar mbak ya, kalau gak dimaafin saya gak dapet susu kotak mbak," ucap Jeva dengan nada sedih.

Lebih tepatnya sih, pura-pura sedih. Hei, ayolah! Dia melakukan ini semua hanya demi susu kotak rasa cokelat. Bukan untuk Jevian.

Karena bagi Jeva, susu kotak dulu baru Jevian Altheir.

"Gitu ya mbak, ya sudah nanti saya maafkan."

Setelah mendengar ucapan itu, Jeva langsung menutup telponnya setelah berpamitan pada mamanya Jevian.

"Nih, lunas ya! Rama makasih udah beliin susu kotaknya," ucap Jeva sambil tersenyum manis pada Rama.

Rama gelagapan. Hei, dia tidak baper. Hanya saja tatapan tajam dari Jevian membuat Rama harus merasa waspada.

"Jevian yang beliin," ucap Rama sambil menunjuk Jevian.

Jeva pura-pura terkejut, "Gue gak tahu namanya, makanya bilang makasih sama lo. Lo ganteng deh Ram, jadian yuk!"

Rama menelan ludahnya kasar. Kenapa pacar sahabatnya ini malah mengajaknya pacaran? Tidak tahu apa, jika Jevian sedari tadi menatapnya dengan tatapan tajam.

"Gue udah ada pacar, mending lo jadian sama Jevian aja, dia jomblo," ucap Rama.

Kini giliran mata Jeva yang menatap Rama dengan tajam. Jomblo? Terus siapa Jeva ini? Pacar halunya gitu?!

Rama menatap kedua sejoli itu dengan tatapan frustasi. Dia merasa serba salah di depan mereka berdua.

"Dia kan pacarnya Deera, ngapain gue pacaran sama dia?" tanya Jeva sambil menunjuk Jevian.

"Tapi gak papa loh, nama kalian kan sama. Ada Deeranya, ayo jadian aja sama gue! Ntar kan gue bisa selingkuh dari Deera," ucap Jevian dengan watadosnya.

Jeva menatap Jevian dengan tatapan tajam. Hei, berarti pacarnya ini berniat selingkuh darinya?

"Dasar buaya! Dari mana lo tau nama gue ada Deeranya?!" tanya Jeva kesal.

Jevian menunjuk name tag milik Jeva. Jeva mengikuti arah telunjuk Jevian. Dia menatap Jevian dengan tatapan kesal.

Bukan! Ia bukan kesal karena Jevian tahu namanya. Tapi niat cowok itu yang mau selingkuh darinya!

Drrtt Drrtt

Jeva mengalihkan perhatiannya ke ponsel. Dia langsung membuka ponsel itu, dan betapa terkejutnya ia sampai mendapati nomor milik mama Jevian tertera di layarnya.

"Halo bun?"

Jevian yang sedari tadi memperhatikan pacarnya langsung terkejut saat Jeva mengatakan 'bun' sudah dipastikan jika cewek itu sedang telponan dengan mamanya.

"Kamu lagi ada masalah sama Vian? Kalo Vian selingkuh lapor ke bunda ya? Mau bunda coret nama dia dari kk!"

Jeva tersenyum canggung meskipun mama Jevian tidak mengetahuinya.

"Enggak kok bun, Vian gak selingkuh. Cuma lagi ada masalah kecil kok, nanti juga baikan," ucap Jeva.

Mata Jeva tertuju pada Jevian. Jeva melayangkan tatapan tajam pada Jevian, sedangkan sang empu menaikkan satu alisnya karena merasa bingung.

"Bagus deh, bunda lega dengernya. Nanti kalo Vian selingkuh, kamu bilang sama Vian. Kamu itu lagi hamil, kasihan anak kembar kamu sama dia."

Jeva terkekeh kecil. Astaga! Kenapa calon mama mertuanya ini sama seperti anaknya.

Hei, dia tidak hamil.

"Iya bunda, nanti Jeje bilangin. Kalo perlu Jeje minta surat cerai sama Vian," ucap Jeva.

Jeva langsung menutup telponnya kala mama Jevian berpamitan. Gadis itu menghiraukan tatapan Jevian yang seolah bertanya padanya.

Sedangkan Jevian sendiri, ia tengah bingung dengan ucapan pacarnya yang mengatakan 'cerai'

Cerai dalam hubungan keduanya berarti putus. Hei, Jevian salah apa sampai Jeva minta putus padanya?









Tbc
Hallo gimana ceritanya seru gak?
Oh ya, jangan lupa bintangnya dipencet+komen yaa
Kalo perlu follow akun author, biar pada kenal hehe ^^
Oke guys! Sampai ketemu lagi:)

2J [Jeva dan Jevian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang